Lukman F. Mokoginta: Pilihlah Capres Yang Peduli Masalah Lingkungan


JAKARTA (wartamerdeka) -Mantan politisi yang menjadi Staf Khusus Menteri Lingkungan Hidup Lukman F. Mokoginta Kamis kemarin (2/6), di Jakarta, meluncurkan buku bertajuk Bumi Bukan Milik Kapitalis. Peluncuran buku yang membahas masalah lingkungan hidup itu ditandai dengan sebuah ‘’diskusi media’’ dengan dipandu oleh seorang wartawan senior Dr. Ir. Albert Kuhon MS dan dihadiri sejumlah wartawan dari media cetak dan elektronik.


Dalam diskusi tersebut, Lukman F. Mokoginta yang pernah menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) DPRD DKI Jakarta periode 1994-1999 ini mengungkapkan keprihatiannya terhadap makin rusaknya lingkungan hidup di Indonesia akibat terlalu merajalelanya peran kapitalis di Negara ini. Yang lebih memprihatinkan lagi, para kapitalis itu ternyata mampu mempengaruhi kebijakan para pemimpin politik dan eksekutif, sehingga lebih memperparah lagi kerusakan lingkungan hidup di Indonesia.

Salah satu hal yang membuat kerusakan lingkungan hidup ini makin parah adalah karena sejumlah pemimpin di negeri ini sangat kurang perhatiannya terhadap upaya memperbaiki mutu lingkungan. Bahkan dalam konteks Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) yang akan berlangsung 8 Juli mendatang, menurut Lukman Mokoginta, sebagian besar calon presiden dan wakil presiden tidak mempunyai visi yang jelas soal lingkungan hidup.

Kurangnya kepedulian terhadap lingkungan hidup dari para capres dan cawapres, kata Lukman, jelas sangat memprihatinkan kita semua. Hal yang sama juga tampak dalam Pilkada di berbagai daerah, yang sangat minim mengangkat isu soal lingkungan hidup.

Oleh karena itu, dalam rangka untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Indonesia, Lukman F. Mokoginta mengajak kepada masyarakat Indonesia untuk tidak memilih capres yang kurang perduli terhadap lingkungan hidup. ‘’Pilihlah capres dan cawapres yang punya visi jelas dan peduli terhadap masalah lingkungan hidup,’’ujar Lukman.

Tapi, benarkah tak ada capres yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup? ‘’Dari visi dan misi yang disampaikan para capres dan cawapres, tampaknya hanya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup,’’ujar Lukman.

Diakui oleh Lukman F. Mokoginta bahwa dirinya sengaja memposisikan diri sebagai provokator untuk mengkampanyekan masalah lingkungan hidup yang berkaitan dengan soal politik.

Menurut Lukman F. Mokoginta, untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mencegah kerusakan lingkungan hidup yang makin parah diperlukan political will dari pemerintah. ‘’Disinilah perlunya kita memilih pemimpin yang benar-benar peduli terhadap lingkungan hidup. Mulai dari tingkat presiden hingga bupati atau walikota,’’ujar Lukman.

Untuk mengkampanyekan masalah ini, Lukman F. Mokoginta sering keliling ke berbagai daerah, terutama saat ada kegiatan Pilkada. ‘’Saya memang selalu memprovokasi masyarakat di berbagai daerah agar memilih pemimpin atau calon kepala daerah yang peduli terhadap lingkungan hidup,’tambahnya.

Lukman F. Mokoginta yang juga Ketua Dewan Direktur Lembaga Studi Sosial, Lingkungan dan Perkotaan (LS2LP) lalu membeberkan bahwa sejak lahirnya UU No 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, perilaku manusia Indonesia yang sebelumnya masih setia terhadap pola kearifan local dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan serta merta berubah. Nafsu memperkaya diri seiring dengan berubahnay pola hidup di era Soekarno yang kental dengan penolakan kapitalisme, berubah menjadi pola hidup yang akrab dengan kapitalisme. Modal asin mengalir, instasi bertumbuh diman-mana, persigan untuk menjadi yang terkaya menjadi keniscayaan. Keliharan konglomerat dan para orang kaya baru menjadi trend di tahun 70-an dan 80-an. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi dan berkisar sekitar 8 persen. Situasi dan kondisi yang tidak kondusif terhadap pelestarian lingkungan semakin nyata dan terlihat dengan mata telanjang.

‘’Perusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi harus diantisipasi dengan strategi dan implementasinya secara baik. Dan hal ini tentu tidak akan lepas dari pemimpin suatu Negara seperti presiden dan cabinet yang dibentuknya. Karena itu kesalahan dalam memilih pemimpin akn berdampak buruk bagi lingkungan, sebaliknya tepat menentukan pilihan akan memberikan dampak positif bagi masyarakat bangsa dan Negara,’’ujar mantan aktivis GMNI ini.

Ketika ditanya siapa capres yang layak dipilih berkaitan dengan kepeduliannya terhadap masalah lingkungan, Lukman F. Mokoginta dengan tegas menyatakan bahwa SBY yang paling layak. ‘’Ada sembilan alasan utama untuk memilih SBY sebagai presiden yang beriphak pada pelestarian lingkungan hidup, ‘’katanya.

Di antara alasan itu, di antaranya SBY menyatakan dalam programnya bahwa pengelolan sumber daya alm danb lingkungan yang tidak tepat menghaislkan kerusakn lingkungan hidup yang berdampak buruk pada kehidupan manusia, kini maupun mendatang. Selain itu, SBY juga tak hentinya-hentinya mengatakan perubahan iklim bukan lagi wacana tapi fakta. Dalam upay itu SBY berperan aktif dalam konferensi PBB yang diikuti 192 negara pada 3-15 Desember 2007 di Bali tentang Perubahan Iklim. Bali Road Map ini kemudian menjadi acuan PBB dalm konferensi selanjutnya.

‘’Kepedulian terhadap lingkungan ditunjukkan pula oleh SBY dalam Konferensi Kelautan se Dunia (World Ocean Confrence) dan Coral Trianggle Initiative (CTI) yang berlangsung di Manado 11-15 Juli 2009, yang melahirkan Deklarasi Kelautan Mando,’’katanya.

Tak hanya itu. Menurut Lukman, SBY juga menggerakkan pencarian dan pemanfatan energy terbarukan, baik dari konversi minyak tanah ke gas, pengolahan sampah untuk energy listrik dan pupuk, pemanfatan panas bumi, serta penelitan dan pengembangan pembuatan biofuel untuk transportasi, rumah tangga dan industry.***

1 Komentar

  1. Mantan politisi yang satu ini memang selalu memihak pada penguasa yang sedang berkuasa

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama