Bentrok Antar Etnis, Tarakan Rusuh

TARAKAN - Sedikitnya 300 aparat Brimob dibantu pasukan dari Polres Tarakan, Kalimantan Timur  turun mengantisipasi terjadinya bentrok lanjutan antara kelompok suku Tidung yang dianggap tempatan dan suku Bugis yang dianggap pendatang. Pada Senin 27 September 2010, jalan-jalan utama kota Tarakan sempat didominasi suku Tidung, sementara suku Bugis lebih memilih menghindar.

Kota di Kalimantan Timur bagian utara itu sepanjang hari terasa mencekam. Muncul kekhawatiran kota terancam gejolak perang antarasuku. Kejadian itu dipicu oleh tewasnya Abdullah Salim, warga suku Tidung dalam sebuah pengeroyokan.

Suasana mencekam terutama terasa di sekitar lokasi bentrokan dekat pelabuhan feri baru, Juwata, yang menjadi wilayah komunitas etnis pendatang. Namun, pusat-pusat perekonomian di tengah kota pun lumpuh karena toko-toko tampak tutup.

Kabid Humas Polda kaltim Kombes Pol Antonius Wisnu Sutirta menyatakan, Senini siang sekitar pukul 14.00Wita Polda Kaltim memberangkatkan Direktur Intelkam Kombes Pol Rudi Pranoto, Wakil Direktur Reskrim AKBP Dono Indarto, Kasat I AKBP Handoyo bersama petinggi Polda Kaltim serta Kasat Brimob Polda kaltim AKBP Leo Bona Lubis besrta jajaran perwira lainnya terjun langsung untuk meredakan kerusuhan Tarakan.

Konflik antarkelompok di Tarakan kali ini berawal ketika salah seorang anak Abdullah melintas di sebuah gang yang dijaga sejumlah lelaki. Mereka mencegat putera Abdullah lalu memalak dengan alasan untuk membeli sesuatu. Namun putera Abdullah menolak memberi uang yang diminta tersebut.

Keributan kecil pun sempat terjadi. Anak Abdullah marah, sementara sejumlah pria tersebut mengeluarkan kata-kata umpatan. Sesaat setelah kejadian itu, Abdullah datang menghampiri pria tersebut setelah mendapat laporan dari puteranya. "Maksud kedatangan korban saat itu untuk mendamaikan putrranya dengan sejumlah pria yang mencegat anaknya," ujar kerabat dekat Abdullah.

Namun hanya dalam hitungan menit setelah pertemuan itu berlangsung di gang, tiba-tiba sekelompok orang datang menyerang Abdullah di rumahnya. Abdullah, yang dikenal sebagai tokoh masyarakat daerah setempat, ditemukan tewas sekitar pukul 03.00 Senin dini hari.

Mayatnya ditemukan di semak-semak dengan luka di sekujur tubuh. Bahkan, kedua tangannya terpotong akibat ditebas senjata tajam. Sementara puteranya mengalami luka serius akibat turut dianiaya.

Sesaat setelah jenazah Abdullah ditemukan, situasi di Tarakan langsung mencekam. Puluhan bahkan ratusan warga, maupun kerabat korban, berupaya menyerang balik. Mereka menyisir setiap daerah, gang, dan rumah-rumah mencari pelaku pembunuhan dengan menggunakan senjata tajam.

Maka suasana  Tarakan sejak Senin pagi, benar-benar menegangkan. Pertokoan di Jalan Mulawarman, Jl Yos Sudarso dan Jl Sudirman, pun tutup. Sementara etnis lokal dari berbagai pulau di sekitar Pulau Tarakan mulai berdatangan ke Selumit, kawasan yang didominasi penduduk lokal. Mereka melengkapi diri dengan mandau dan sumpit, senjata khas suku yang tinggal di Kalimantan.

Warga suku Tidung mulai bergerak ke kota. Mereka konvoi di jalan utama Kota Tarakan. Bahkan mereka menutup sejumlah jalan. Warga mencegat para pengguna jalan untuk menanyakan identitas.
Sebelumnya, ratusan warga membakar sebuah rumah pelaku pembunuhan terhadap Abdullah. Sementara itu seorang yang diduga pelaku pembunuhan telah dibawa ke Mapolres Tarakan. Polisi lantas memeriksa pula lima orang yang diduga pelaku pembunuhan.

Mengantisipasi bentrokan meluas, Yonif 613/Raja Alam diturunkan ke lokasi untuk mengevakuasi warga Juwata. Penduduk diungsikan ke markas Yonif 613 yang tak jauh dari tempat kejadian. Situasi di tengah Kota Tarakan kemudian diupayakan berangsur-angsur agar kembali aman terkendali. Polres pun telah menyatakan kondisi Siaga I untuk mengantisipasi keadaan terburuk.

Tak hanya itu. prajurit Yonif 613/Rraja Alam juga melakukan sweeping setiap warga yang melintasi Jl Mulawarman atau depan Markas Yonif. Aparat kepolisian dari Polresta Tarakan, Brimob Polda Kaltim dan TNI pun bersiaga di jalan-jalan kota dengan persenjataan lengkap.

Situasi Terakhir

Walikota Tarakan H Udin Hianggio, Selasa, 28 September 2010 sekitar pukul 01.00 dini hari menyatakan, malam tadi bertempat di Kantor Camat Tarakan Utara telah berlangsung rapat antara kedua kubu warga yang bentrok serta semua unsur muspida, tokoh agama, pemuka masyarakat serta TNI dan Polri. Dalam rapat tersebut Walikota mengharapkan agar kedua kubu dapat menahan diri dan tetap menjaga keamanan di kota Tarakan serta menghindari bentrok susulan.

Udin Hianggio juga mengatakan bahwa dalam rapat tadi semua kubu bisa memahami, namun masalah proses hukum terhadap korban yang meninggal Polisi sedang melakukan penyelidikan. Ia juga mengatakan sampai malam ini situasi Tarakan aman dan terkendali, aparat kepolisian maupun TNi tetap berjaga dan berpatroli.

Setelah pulang dari Samarinda menghadiri Rapat Kerja Bupati/Walikota dan perangkat SKPD sekaltim dengan Gubernur di Lamin Etam, Udin Hianggio langsung ke rumah duka keluarga Abdullah. "Sanak keluarga dan kerabat almarhum dapat memaklumi penjelasan kami dan ingin persoalan ini cepat selesai," ungkap Udin Hianggio.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama