Ribuan Korban Banjir Bandang Wasior Mengungsi di Manokwari dan Nabire

-Anak Wakil Bupati  Teluk Wondama Luka Berat


Keterangan Foto: Menko Kesra dan Mensos saat meninjau lokasi banjir bandang di Wasior.(foto: Rais Rasyid)



WASIOR-Ribuan warga Wasior mengungsi ke daerah Wondama, Manokwari, dam Mabire. Kota Wasior sendiri kini sepi dan hanya beberapa warga yang masih bertahan. Menurut laporan Rais Rasyid, wartawan Koran Suara Akar Rumput yang juga menjadi korban banjir banding di Wasior, yang dihubungi via telepon Senin pagi (11/10/2010), pengungsi korban banjir bandang Wasior yang ditampung di Wondama 2283 orang,  di Manokwari 1859 orang, dan di Nabire 233 orang.


“Sedangkan soal korban, hingga saat laporan yang masuk, meninggal 144 orang, hilang 123 orang,  luka berat 185 orANG, luka ringan 535 orang. Salah korban yang menderita luka berat adalah Dewi, anak dari Ibu Bupati Teluk Wondama. Sedangkan keluarga Bupati Teluk Wondama Drs. Albert H. Torey MM, selamat. Bantuan sudah mulai masuk dari Menteri Sosial dan Menko Kesra nyumbang 2 M,” ujar  Rais Rasyid.
Musibah banjir bandang di Wasior ini menurut Rais menimpa dua distrik yaitu Distrik Wondiboi dan Distrik Wasior Kota. Paling parah di Distrik Wasior Kota, meliputi Kampung Rado. Kampung Sanduwai, Kampung Waskum, Kampung Waskam dan Kampung Masabuai.  Jumlah penduduk di dua distrik itu sekitar 13 ribu.
Sementara itu, para pengungsi di Manokwari berada di tenda pengungsian di Lapangan Kodim Manokwari, Papua Barat.
Sekitar 1.047 warga mengungsi di sejumlah tenda-tenda yang berwarna hijau. Dalam satu tenda dihuni sekitar 30 orang.
Seorang pengungsi, Oto, terlihat bersama keluarganya. Mereka datang dari Wasior karena sudah tak tahu harus ke mana lagi. "Kami dari Wasior datang kesini berharap pemerintah Manokwari bisa membantu kami," katanya.
Sedangkan Istri Oto, berharap anak-anaknya bisa sekolah lagi. "Karena ini kan sudah waktunya ulangan. Kalau tinggal berapa bulan di sini, nanti bagaimana masa depannya" imbuhnya.
Sementara itu, di posko kesehatan tampak terlihat obat-obatan untuk para pengungsi. Bahkan seorang bocah kecil terlihat bersama ibunya. " Dia sebelumnya kena malaria dan belum sembuh. Waktu pagi itu berangkat sekolah belum minum obat, takutnya dia deman lagi," ujar ibu dari anak itu.
Jumlah pengungsian diperkirakan akan terus bertambah, sementara jumlah tenda di Lapangan Kodim terbatas. Padahal masih banyak korban Wasior yang berusaha keluar dari lokasi bencana.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertambangan Pemerintah Provinsi Papua Barat, Robert Karma, mengaku belum menemukan indikasi banjir bandang karena adanya pembalakan liar. Menurutnya, musibah di Wasior murni karena faktor alam saja.

"Sejauh ini kita lihat dari pohon tumbang yang terbawa arus banjir bandang, tidak ditemukan adanya bekas potongan dari mesin potong kayu. Jadi kita belum bisa katakan ada pembalakan liar," terang Karma.

Menurut Karma, hutan di kawasan Wasior adalah hutan cagar alam. Perizinan untuk memotong pohon pun sangat sulit diperoleh.

"Belum lagi kalau dilihat dari keadaan geografisnya sangat sulit memasukkan alat berat kesana," ujarnya.

Banjir bandang di Wasior terjadi pada Senin 4 Oktober. Warga menceritakan, air yang datang bagaikan gelombang tsunami. Sedikitnya 59 orang tewas dan puluhan lainnya masih dicari.

Menurut laporan Rais, banjir bandang ini murni karena bencana alam. Dirinya sudah mengecek, tak ada kegiatan penebangan liar atau illegal di hutan sekitar Wasior. (aris kuncoro)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama