Kawasan Hutan Bakau Sepanjang 8 Km di Rembang Ditetapkan Menjadi Mangrove Centre

REMBANG-Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Rembang yang baru diselesaikan penyusunannya, hutan bakau/mangrove di pesisir pantura ditetapkan menjadi mangrove centre. Selanjutnya kawasan tersebut digunakan sebagai pusat study pengembangan budidaya tanaman bakau untuk mengatasi abrasi di perairan kabupaten Rembang.

Kepala Bidang Fisik dan Prasarana (Fispra) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappesa) Rembang Sugiarto ditemui di ruang kerjanya Sabtu kemarin menyebutkan, hutan bakau sepanjang 8 kilometer yang membentang dari perairan desa Kabongan lor hingga Punjulharjo terbukti mampu menyelesaikan masalah abrasi laut di kawasan tersebut. "Oleh karena itu pemerintah kabupaten Rembang menetapkannya menjadi mangrove centre," terangnya.

Menurut dia, mangrove centre nantinya merupakan pusat study budidaya tanaman bakau, metode pananaman dan perawatan serta penyedia bibit tanaman bakau. "Akan digunakan untuk penghijauan kawasan pantai guna menahan laju abrasi," ungkapnya.

Terpisah, Suryadi warga desa Pasarbanggi penggagas, perintis dan pelopor penghijauan pantai dengan menaman bakau di kawasan pesisir sekira delapan kilo meter itu, saat ditemui dikediamannya di desa Pasarbanggi hari Minggu kemarin mengaku sangat gembira tatkala mengetahui informasi bila hutan bakau yang dikembangkannya ditetapkan menjadi mangrove centre.

"Perjuangan selama kurang lebih tiga puluh tahun menghijauakan area itu ternyata tidak sia-sia. Dengan adanya keputusan pemkab Rembang memasukkan kawasan hutan mangrove dalam RTRW bahkan menjadi pusat study penanganan abrasi," sebutnya dengan mata berkaca-kaca.

Dia berharap ada tidak lanjut dari mangrove centre dengan sejumlah rencana strategis dan action plan. Pasalnya beberapa waktu belakangan ini warga desa setempat sering kewalahan ketika menerima kedatangan rombongan peneliti yang melakukan study budidaya mangrove.

"Aparatur desa dan warga sering kerepotan menyediakan tempat menginap dan kebutuhan makan, manakala dalam waktu bersamaan datang puluhan orang melakukan penelitian," cetusnya

Lelaki yang mendapat gelar kehormatan tak resmi sebagai profesor mangrove oleh sejumlah perguruan tinggi labih lanjut menambahkan, selama 10 tahun terakhir kawasan hutan bakau menjadi tujuan pusat study budidaya mangrove sebagai solusi penanganan abrasi laut. Mahasiswa fakultas kehutanan dan geologi diantaranya dari Unversitas Dipenogoro (Undip) Semarang, Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta, Institut Pertanian (IPB) Bogor dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadwalkan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di kawasan tersebut.

"Butuh kerjasama dengan stakeholder terkait untuk memberikan solusi atas permasalahan yang sering membuat warga kewalahan," imbuhnya.(hasan/kir)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama