Kenaikan Harga Bahan Baku Ancam Kelangsungan Usaha Perajin Batik

REMBANG-Di pasaran saat ini tak hanya bahan baku kain saja yang harganya naik, tetapi kebutuhan lain bagi perajin batik juga meningkat dan makin langka. Hal itu mengancam kelangsungan usaha para perajin batik, khususnya kelas bawah.

Ketua koperasi perajin batik lasem, Santoso Hartono ditemui kemarin di kediaman sekaligus tempat pamer produk batik merk CV Beruang Pusaka, desa Karangturi kecamatan Lasem menyebutkan, sekarang ini harga bahan baku naik sangat tinggi, sekira 35 persen.  "Kondisi itu sangat membebani perajin, apabila kenaikan harga terus terjadi, perajin terancam bangkrut," ungkapnya..

Menurut dia, perajin batik khususnya skala kecil berharap agar harga bahan baku batik bisa kembali turun. Kenaikan harga bahan baku terjadi sejak Agustus lalu, terutama terjadi pada gondorukem (bahan pembuat malam/lilin) dan kain. "Harga gondorukem naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 33.000 per kilogram, sedangkan harga kain naik dari Rp 5.500 menjadi Rp 9.000 per yard," paparnya.

Ditambahkannya, selain mahal bahan baku batik sekarang ini juga sulit diperoleh. Sementara kenaikan harga bahan baku tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual kain batik, sehingga mengakibatkan banyak perajin mulai kesulitan menjalankan usaha. "Paling tinggi harga jual kain batik berkisar lima persen, itu saja untuk produk kalangan perajin skala atas," cetusnya

Terpisah Kepala Dinas Perindustrian,  Perdagangan, Koperasi dan UMKM Rembang Waluyo melalui Kabid Perindustrian Sudirman saat ditemui mengimbau perajin agar lebih jeli dalam memilih pemasok bahan baku yang jumlahnya banyak. "Perajin kita harap berproduksi secara lebih efisien," tuturnya.

Sebab menurutnya pemerintah tidak bisa mengintervensi harga bahan baku di pasaran. Sehingga perajin lebih tepat membatasi produktivitas. "Untuk sementara memenuhi pesanan yang diterima dan memproduksi motif-motif ciri khas batik Lasem yang jelas pangsa pasar dan pembelinya," cetusnya.

Sementara itu Yeny Sudiyono anggota Komisi B DPRD Jateng terkait hal tersebut melihat beberapa permasalahan yang dihadapi pengrajin batik khususnya di Kabupaten Rembang yang terancam gulung tikar. Dia memperkirakan permasalahan tersebut terjadi akibat besarnya  ekspor gondorukem ke berbagai negara dan itu menjadi salah satu pemicu.

Dia berharap kepada pemerintah hendaknya ekspor dibatasi berdasar kajian dan kebutuhan dalam negeri. “Di samping itu  pemerintah juga diharapkan segera memberikan stimulan kepada perajin batik yang terancam mati suri,”  pungkasnya (Hasan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama