Kirab Bersih Desa Tradisi Unik Warga Purbosuman


PONOROGO (wartamerdeka.info) - Kirab bersih desa warga Purbosuman, Ponorogo, Jawa Timur, sejak lama sudah menjadi tradisi di masyarakat. Bahkan ternyata, acara ini sudah merupakan agenda wisata yang rutin diselenggarakan  setiap tahun. Kirab bersih desa ini pada intinya acara spiritual dengan melakukan tradisi membersihkan desa dari roh-roh jahat, dan memohon keselamatan dan kesejahteraan  kepada Sang Pencipta, agar masyarakat bisa hidup aman, damai dan tentram alam setiap aktivitasnya.


Tradisi ini sekaligus dilakukan ziarah ke makam Ki Ageng Jati Sulur (pendiri kawasan kelurahan Purbosuman), dengan mendoakan agar arwahnya iterima disis Tuhan Yang Maha Esa, dengan diiringi pertunjukan seni budaya Reog Ponorogo, dari pusat keberangkatan Kantor Lurah, hingga ke taman makam.

Tak kurang 600-an warga  berkumpul di Balai Desa Purbosuman yang mengikuti kegiatan malam Jumat Pon, lalu, yang terdiri dari berbagai kalangan masyarakat, baik tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, maupun karang taruna. Selanjutnya, rombongan beranjak menuju makam Ki Ageng Jati Sulur.


Drs. Imam Rohni, S.Sos, MSi, Kepala Kelurahan Purbosuman, mengatakan, acara ini dimaksudkan, untuk menghargai para leluhur terutama pejuang dan pendahulu kita yang berjasa besar terhadap kelurahan Purbosuman. Adalah  tokoh Spiritual pada jamannya pada abad ke-17, yaitu: Ki Jonasi,  Pangeran Purbonegoro, dan Ki Sumo, seorang abdi kinasih. Tiga tokoh ini begitu besar jasanya terhadap warga kelurahan Purbosuman. “Mereka adalah pendahulu yang babat alas (hutan) pada waktu itu, sehingga menjadi sawah, karang pradesan ( kawasan ) yang kini menjadi wilayah subur makmur adalah kelurahan Purbosuman,” ujarnya, kemarin.

Dikatakan, kegiatan malam itu ditandai kesiapan setiap rukun tetangga membawa tumpeng  sesaji, pawai obor, yang di ikuti oleh Karang Taruna, pemuda- pemudi dan warga, tentu kita juga melibatkan Warok Ponorogo yang di dalam kehidupan masyarakat Ponorogo  Warok Ponorogo adalah merupakan Kasatria yang berpakaian hitam-hitam, berjenggot, berjambang menggunakan kolor sakti, Dalam bahasa daerah disebut ‘Nengenake Mring Bebener Ngedohke Kanistan’ artinya dekat dengan kebenaran dan menjauhi tindakan yang nista dan selalu bersikap tanggap , tanggon dan tanggung jawab.

Adapun acara di makam, dilakukan dengan prosesi ziarah dan tabur bunga, setelah kang Amat, Tetua Warok minta ijin kepada  Juru Kunci Makam ki Ageng Jati Sulur dan menyampaikan maksud dan tujuannya, rombongan warga Purbosuman, untuk kegiatan ziarah  ke makam leluhur yang dipimpin lurah Rohni. Segera acara inti di mulai. Di kawasan makam ki Ageng Jati Sulur di gelar panggung gembira yang diisi dengan lagu-lagu Jawa, versi Campursari, dan juga dilantunkan kidung Macapat yang memiliki makna Pituah. Kembang api dinyalakan menambah semarak acara.

Pada  kesempatan itu, dilakukan pembacaaan sejarah berdirinya Kelurahan Purbosuman oleh Sumardji, tetua desa, yang menekankan, bahwa warga Purbosuman sudah selayaknya berterima kasih kepada pendiri kawasan Purbosuman, sehingga kini dapat ditempati bersama-sama sampai sekarang.

Sedangkan keberadaan pohon jati, kata Sumardji, yang sudah berumur ratusan tahun yang tidak jauh dengan makam Ki Sumo, adalah merupakan teken (tongkat) Pangeran Purbonegoro yang ditancapkan  sehingga tumbuh sampai saat ini. Nama Pangeran Purbonegoro dan abdi kinasih ki Sumo, akhirnya menjadi cikal bakal nama Kelurahan Purbosuman.

Salah seorang warga, bernama Belon dan teman-temannya, ketika ditanya wartawan menjelaaskan, setiap ada kegiatan bersih desa ini mereka selalu dating, “Kami selalu datang mengikuti acara ini. Bagi kami, hal ini sangat menarik, karena mengajarkan kami untuk menghargai para leluhur,” ujarnya.

Sementara itu, Teno Saja, Pemerhati Sosial Masyarakat, asal Ponorogo, yang sehari-hari aktivitas di Parlemen Senayan, Jakarta, dan selalu menyebut dirinya rakyat jelata, yang mengikuti acara karena kebetulan pulang kampung, ketika dimintai pendapatnya menjelaskan: “ Ini acara yang baik mengajarkan kepada kita, kata Bersih Desa artinya hidup bersih, tertib, menghargai leluhur, serasi dengan sesame. Tentu harapannya, terjadilah tatanan kehidupan yang damai, sejahtera, saling hormat-menghormati dan hidup rukun. Apalagi ini sudah masuk dalam agenda rutin tahunan. Saya kira baik itu,“ ujarnya semangat.

Acara juga dihadiri: Kapolres Ponorogo, Muspicam Kec. Ponorogo, Utusan Dinas Pariwisata Kab. Ponorogo, Camat Siman, Ir. Prasetyo Heru Waskito (yang pernah menjabat Lurah 15tahun di Purbosuman), Tokoh-tokoh masyarakat, Petugas Keamanan dari Kepolisian dan dari Kodim, serta masyarakat wisata dari daerah lain. (DANS/TEN)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama