Menteri Perumahan Djan Faridz Tinggalkan Kesan Buruk di DPD RI


JAKARTA (wartamerdeka.com) - Bukan rahasia umum lagi, jika Djan Faridz sebelum jadi Menteri Negara Perumahan Rakyat, sering tak hadir ketika masih jadi anggota DPD RI (Dewan Perwaklan Daerah Republik Indonesia).  Kesan yang ditinggalkannya kurang baik, menurut beberapa kalangan yang sering beraktivitas di DPD RI. Baik pers, maupun sebagian anggota dan staf ahli DPD RI.

Pasalnya, Djan Farids perwakilan DKI Jakarta ini sering mengecoh banyak pihak, dengan berbagai macam alas an kegiatan, yang kadangkala jadi kurang dipahami, dimana kegiatannya yang lebih dominan.

Tapi tetap saja terpilih jadi Menteri, kendati dirinya ditengarai sering bolos waktu di DPD RI. Bahkan yang lebih parah lagi, beberapa kali rapat paripurna DPD RI, Djan Faridz pernah terpatau wartawan yang sering meliput di DPD RI, menandatangani absensi anggota, tapi kenyataannya, kursi yang ditempatinya kosong hampir tiga perempat waktu rapat paripurna. Entah kemana perginya.

Sebelum jadi Menteri, kehadirannyapun makin jarang, karena dia sibuk mengurusi pencalonannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Banyaknya aktivitasnya diluar DPD, apalagi dia juga menjabat Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta.


Bahkan Aminullah, salah satu aktivis LSM di Jakarta menilai bahwa Djan Faridz sudah mengambil ancang-ancang dan mulai melakukan penggalangan massa untuk ikut bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang akan digelar tahun 2012 mendatang.

Terang saja, jika Anwar (rekan Aminullah-red) yang juga aktivis sebuah Parpol di Jakarta menilai, Djan Faridz tak malu menerima gaji dari negara, sementara ia tidak melaksanakan tugas dan fungsinya secara konsisten.

Menurut Anwar pula, Djan Faridz lebih banyak menggunakan uang negara daripada menggunakan uang pribadinya, walau sebagai anggota DPD RI, dia menerima gaji setiap bulannya tak kurang dari Rp 50 juta.

Diketahui, meski ia memiliki usaha di bidang konstruksi di rumahnya, di Jalan Tambak, Jakarta Pusat, namun ia dinilai nyaris tak mengeluarkan anggaran pribadinya, karena ia disebut-sebut sebagai orang yang kikir dan selalu memperhitungkan nilai rupiah yang dikeluarkan untuk diberikan kepada seseorang atau kelompok.

Ketika hal ini dikonfirmasi ke Badan Kehormatan (BK) DPD RI hasil nihil, karena terkesan Ketuanya melindungi koleganya yang sering bolos. Ketua BK menghindar ditemui wartawan.
Hal lain yang makin memperkuat fakta, ketika beberapa kali dicek di ruang kerja da rapat-rapat alat kelengkapan DPD RI, sejumlah staf sekretariat DPD RI mengatakan jarang melihat anggota DPD RI dari Provinsi DKI Jakarta itu masuk kantor.

“Bapak jarang masuk kantor,” kata staf Djan Faridz di Kantor DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, baru-baru ini.

Bahkan dari orang-orang terdekatnya tersiar kabar bahwa Djan Faridz memiliki karakter yang kurang bagus. Ia dinilai memiliki sikap arogan dan tidak mau disalahkan. Dengan tabiat seperti itu, banyak orang yang merasa takut untuk menegurnya, padahal yang bersangkutan malas masuk kantor. Hingga terakhir sebelum dirinya jadi Menteri, Djan tidak mau menemui beberapa wartawan yang hendak melakukan konfirmasi.

Malah, Public Relationnya, Sukron, mengatakan kepada wartawan: “Bapak selalu sibuk. Saya mohon maaf, karena bapak menyampaikannya seperti itu.”

Mau jadi apa nanti kebijakan dan kinerja Menegpera, jika kesibukannya yang konon disebut-sebut luar biasa, malah tidak sinkron dengan tupoksinya? (DANS)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama