Desa Linggamukti Gelar Acara Hajat Lembur Diburuan

Kades Linggamukti   Kaneng Sunarya (insert)
PURWAKARTA (wartamerdeka.com) - Hajat Lembur atau lebih populer disebut Ruwat Bumi dilaksanakan seluruh warga Desa Linggamukti Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta Rabu (18/04) bertempat di Aula Balai Desa Linggamukti.  Acara Ruwat Bumi diikuti Kegiatan Gempungan Desa dihadiri Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Para Kepala Dinas, SKPD, Muspika Darangdan, Para Kades, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan segenap masyarakat Desa Linggamukti.

Kepala Desa Linggamukti Kaneng Sunarya  kepada wartamerdeka.com menyatakan bahwa Kegiatan Hajat Lembur ini sudah menjadi rutinitas sejak Indonesia Merdeka Tahun 1945 silam. Hajat Lembur biasa dilaksanakan pada tanggal 20 April. Namun, tahun ini kegiatan Hajat Lembur dilaksanakan tanggal 18 April berbarengan dengan Kegiatan Gempungan,”ungkapnya.

Menurutnya, dalam kegiatan Hajat Lembur ini, diikuti warga dari 18 RT mengirimkan Arak-arak Dongdang, Bidang Kesenian Sunda dan Olahraga. Dalam Bidang Kesenian, di antaranya Pencak Silat, Kecapi Suling, Calung, dan Reog, Di Bidang Olahraga Lomba Sepakbola, Bulutangkis, dan Tenis Meja,”ungkapnya.

Sementara, dalam Kegiatan Ruat Bumi ini memiliki 10 butir maksud dan tujuan di antaranya Sumujud Ka-Gustina, Ngalaksanakeun Parentah Agamana, Mulang Tarima Kana Jasa Pamingpinna, Ngamumule Budaya Karuhunna, Ajen Inajen Jeung Sasama, Ngalaksanakeun Budaya Lemburna, Gawe Rancage Tanpa Pamenta, Taat Kapimingpinna, Nyukseskeun Kawajibana, dan Teu Milampah Narkoba Jeung Maksiat. Tandasna Guru Ratu Wong Atua Karo. “Artinya taat kepada guru dan pemimpin dan ibu bapak,”ungkapnya.

Adapun dalam Ruwat Bumi dilaksanakan Istighosah, Baca Kitab Suci Al-Qur’an yang diamini oleh 314 Tokoh Adat, Semua Unsur Tokoh dan Para Mubaligh. Bahkan dalam Tausyiah langsung dipimpin oleh Mubaligh dari Darangdan KH. Adnan Saleh.

Kegiatan Ruwat Bumi dilaksanakan selama 2 hari 2 malam, mulai hari Selasa, Selasa malam Rabu, Rabu dan malam Kamis. Kegiatan Hajat Lembur yang paling menarik dan tidak bisa dihilangkan adalah berebutan Seeng/Dengdeng Nasi. Ritual itu lazimnya dilaksanakan pada hari Pernikahan Warga Desa Linggamukti.

Secara hakikat pepatah mengatakan Ritual Sosial itu dengan bahasa saeutik hayang mahi, hanteu rea hayang nyesa (Sedikit supaya cukup, tidak banyak tapi ada sisa) dan secara lahiriyah Keur Nyatuken Sagala Kalangan (mempersatukan, memperkuat gotong royong, persatuan dan kesatuan semakin kokoh). Akhir kegiatan dilaksanakan Pagelaran Wayang Golek dari Bandung Jawa Barat Dalang H. Dede Amung Sunarya,”pungkasnya. (Andhi Jalal)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama