Komisi VI DPR Segera Panggil Pertamina, Soal Keengganan Turunkan Harga BBM

JAKARTA (wartamerdeka) -  Adanya kebijakan baru Menteri Energi dan Sumber Daya Energi (ESDM) yang memberi selisih positip kepada Pertamina atas turunnya harga minyak mentah dunia, dinilai tidak pro rakyat.


Pasalnya, penurunan harga minyak mentah dunia, tidak diikuti dengan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Padahal, ketika harga minyak mentah dunia naik, Pemerintah langsung menaikkan harga BBM di Indonesia. Rakyat tentu harus menanggung kenaikan tersebut.

Belakangan, Pemerintah mengatakan tak akan tergesa-gesa menurunkan harga BBM, sekalipun tren pelemahan harga minyak dunia berlanjut. Harga jual premium dan solar akan dipertahankan guna mengkompensasi kerugian Pertamina yang sebelumnya tercipta, ketika harga minyak tinggi.

Menanggapi pertanyaan mengapa ada kebijakan baru yang demikian, Ketua Komisi VI DPR RI, Ahmad Hafisz Tohir mengatakan, akan memanggil Pertamina usai reses (minggu kedua Agustus-red).

“Kami akan panggil segera Pertamina usai reses nanti,” kata Tohir menjawab pertanyaan wartamerdeka.com, dari Los Angeles, Amerika Serikat, Kamis (24/07/2015) malam waktu setempat.

“Itu namanya akal-akalan Alibaba,” tandasnya.

Menurut Tohir, harusnya Pemerintah wajib menurunkan harga BBM dari yang sekarang ini. Sebab harga minyak mentah dunia sudah turun. Bahkan trennya makin jauh menurun.

“Saya perlu menegaskan, bila perlu Pemerintah saat ini juga menurunkan kembali harga BBM sesuai harga keekonomian saat ini. Kebijakan ini harus segera dilakukan untuk membangkitkan  perekonomian nasional yang sedang lesu,” ungkap Tohir dalam rilis sebelumnya.

Selain itu, menurut Tohir, penurunan harga BBM dengan mengikuti tren penurunan harga minyak mentah dunia, sangat diperlukan untuk merangsang  kembali daya beli masyarakat yang sempat down. Karena selama ini daya beli (sektor konsumsi) menjadi salah satu andalan di sektor ekonomi untuk menekan laju inflasi

Dikatakan Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini, dengan kebijakan Jokowi yang mencabut subsidi BBM dan menyerahkannya kepada mekanisme pasar, maka Pemerintah wajib mengevaluasinya.

“Sepanjang pengalaman saya yang telah menggeluti industri hulu migas dan menjadi Managing Director di beberapa perusahaan migas Nasional sejak 1998, dengan kebijakan Jokowi yang mencabut subsidi BBM dan menyerahkannya kepada mekanisme pasar, berarti harus mengikuti fluktuasi harga pasar pula. Maka, Pemerintah wajib mengevaluasi kembali harga BBM, dari harga yang ditetapkan saat ini,” paparnya.

Sangat berbeda dengan keinginan DPR, sebagaimana diungkapkan Ketua Komisi VI DPR, Hafisz Tohir. Sebab Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said malah mengatakan telah berdiskusi dengan manajemen Pertamina guna merumuskan pengelolaan harga BBM.
Perundingan tersebut dikatakan telah mempertimbangkan kecenderungan turun harga minyak dan potensi pelemahannya di masa mendatang, serta faktor depresiasi kurs.

“Tetap saja posisi kita harus melihat perkembangan dengan cermat, dan jangan lupa selama beberapa waktu lalu Pertamina menanggung kerugian karena kita punya kebijakan ingin menstabilkan harga,” ujarnya usai halal bihalal di gedung Kementerian ESDM, Rabu (22/07/2015).

 Menurut Sudirman, hal itu merupakan wujud konsistensi Pemerintah dalam mengelola masalah subisidi.

“Kalau ada yang meragukan konsistensi kami, ya kami akan jalan terus. Tapi di satu sisi masyarakat akan dibantu untuk menstabilkan cara mereka mengelola ekonomi,” tegasnya.
Bahkan Sudirman menegaskan, jika harga minyak terus turun atau terdeviasi dari batas yang ditetapkan, maka selisih positifnya akan ditabung untuk menutup kerugian Pertamina ketika nantinya naik.

“Jika harga minyak terus turun atau terdeviasi dari batas yang ditetapkan, maka selisih positifnya akan ditabung untuk menutup kerugian Pertamina ketika nantinya naik,” pungkasnya.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) melansir telah menemui kesepakatan dengan pemerintah terkait upaya menutup selisih rugi penjualan BBM ke masyarakat. Saat ini sedang dihitung kerugian Pertamina selama ini dan tahapan ke depannya untuk kompensasi.

Sementara itu diketahui, fluktuasi harga minyak dunia saat ini mengalami tren penurunan hingga 50 dolar AS/ barel. Tren ini diprediksi akan terus menurun, dengan akan masuknya kembali minyak asal Iran ke pasar global. Hal ini terutama disebabkan karena adanya kesepakatan bersejarah nuklir, menyusul Iran dengan 6 negara besar setelah perundingan yang alot selama 10 tahun diselingi embargo minyak asal Iran pada 2012.

Bahkan melansir laman AFP, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Agustus anjlok 1,63 dolar AS menjadi ditutup pada 41,41 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu minyak Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, patokan global, menetap di 58,86 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 1,65 dolar AS dari penutupan Selasa kemarin. (DANS)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama