KOREM 071/WK GELAR UPACARA MEMPERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA KE-89 TAHUN 2017


BANYUMAS (wartamerdeka) - Suasana khidmat tampak saat pelaksanaan upacara memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-89 Tahun 2017 yang diikuti prajurit Wijayakusuma dan ASN Makorem 071/Wk dan Balak Aju Kodam IV/Dip jajaran Korem 071/Wk, Sabtu (28/10) di Lapangan Upacara Makorem 071/Wk Jl. Gatot Subroto No. 1 Sokaraja Banyumas.


Selaku Inspektur Upacara Kasrem 071/Wk Letkol Inf Ariful Mutaqin.
Upacara memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-89 Tahun 2017, diawali dengan pengibaran bendera Merah Putih, mengheningkan cipta,  pembacaan teks Pancasila, pembacaan UUD 1945, pembacaan ikrar Sumpah Pemuda.

Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Imam Nahrowi  dalam amanatnya yang disampaikan Kasrem 071/Wk menyampaikan delapan puluh sembilan tahun yang lalu tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, sebanyak 71 pemuda dari seluruh penjuru tanah air berkumpul di sebuah gedung di jalan Kramat Raya, daerah Kwitang Jakarta. Mereka mengikrarkan diri sebagai "Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa yaitu Indonesia".

"Sungguh sebuah ikrar yang sangat monumental bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ikrar ini nantinya, 17 tahun kemudian melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, " ungkapnya.

Dikatakan, Sumpah Pemuda yang dibacakan di arena Konggres Pemuda Ke-2 yang dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama dan daerah. Jika kita membaca dokumen sejarah konggres pemuda ke-2, kita akan menemukan daftar panitia dan peserta konggres yang berasal dari pulau-pulau terjauh Indonesia. Secara imaginatif sulit rasanya membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah.

"Dari belahan barat Indonesia terdapat nama Mohammad Yamin seorang pemuda kelahiran Sawah Lunto Sumatera Barat yang mewakili organisasi pemuda Sumatera, Jong Sumatera Bond. Dari belahan timur Indonesia kita menemukan pemuda bernama Johanes Leimena kelahiran kota Ambon Maluku mewakili organisasi pemuda Jong Ambon. Ada juga Kantjasungkana dari Madura, Cornelis Lefrand Senduk mewakili organisasi pemuda Sulawesi, Jong Celebes, " terangnya.

"Mereka tidak hanya bertemu, tapi mereka juga berdiskusi, bertukar pikiran, mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat meningkatkan diri dalam komitmen ke-Indonesia-an," lanjutnya.

"Mereka bertemu padahal jarak mereka jauh lebih dari 4000 kilometer, sementara transportasi umum saat itu masih mengandalkan laut dan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk bisa sampai ke kota mereka. Alat komunikasipun masih terbatas dengan hanya mengandalkan korespondensi melalui kantor pos. Dan belum lagi kalau kita berbicara tentang perbedaan agama dan bahasa, suku dan adat istiadat yang berbeda-beda. Namun mereka menunjukkan tidak ada sekat dan batasan-batasan tersebut dan tidak menjadi halangan bagi para pemuda Indonesia tersebut untuk bersatu demi cita-cita besar Indonesia. Inilah yang kita sebut "Berani Bersatu," jelasnya.

Karenanya, kita sebagai generasi penerus perjuangan bangsa Indonesia, sudah sepatutnya bersyukur atas sumbangsih para pemuda Indonesia yang sudah melahirkan Sumpah Pemuda.

"Sudah seharusnya kita meneladani langkah-langkah dan keberanian mereka hingga mampu menorehkan sejarah emas untuk bangsanya, " tegasnya.

Disampaikan pula bahwa dengan melihat perkembangan teknologi seperti saat ini, justru berbagai macam kemudahan yang kita miliki, lebih sering berselisih paham, mudah memvonis orang, mudah terpecah belah dengan saling mengutuk satu dengan yang lain, menebar fitnah dan kebencian. Seolah-olah kita dipisahkan oleh jarak yang tak terjangkau atau berada diruang isolasi yang tidak terjamah atau terhalang tembok raksasa yang tinggi dan tebal hingga tidak dapat tembus siapapun.
Padahal dengan kemudahan tehnologi dan sarana transportasi yang kita miliki hari ini, seharusnya lebih mudah kita untuk berkumpul, bersilaturahmi dan berinteraksi sosial. 

"Sebetulnya tidak ada ruang untuk salah paham apalagi membenci, karena semua itu dapat kita kita korfirmasi dan klarifikasi hanya dalam hitungan detik, " terangnya.

"Pesan Bung Karno yakni jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekedar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah Satu Bahasa, Satu Bangsa dan Satu Tanah Air, tapi ini bukan tujuan akhir, " jelasnya.

"Api Sumpah Pemuda harus kita ambil dan terus kita nyalakan. Kita harus berani melawan segala bentuk upaya yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita juga harus berani melawan ego kesukuan, keagamaan dan kedaerahan kita. Ego ini yang kadangkala mengemuka dan menggerus persaudaraan kita sesama anak bangsa. Kita harus berani mengatakan bahwa persatuan Indonesia adalah segala-galanya, jauh diatas persatuan keagamaan, kesukuan, kedaerahan apalagi golongan, " pungkasnya. (Didi) 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama