Provokasi HTI Di Hari Santri

Oleh: KPH Karyonagoro 


Seiring dengan kegaduhan publik akibat  polemik  pembakaran bendera HTI, muncul analisis menarik bahwa aksi pengibaran bendera HTI di lokasi acara Hari Santri tersebut dilakukan secara masif, sistematis dan terstruktur.

Analisis tersebut tentu bukan dihasilkan dari ruang kosong. Ada latar belakang, narasi, konteks, motif politik, metode dan pola-pola gerakan yang relatif sama yang terjadi dan sukses dilakukan di negara lain (Suriah) yang saat ini sedang berlangsung  di Indonesia.

Dan HTI merupakan aktor antagonis, serigala berbulu domba yang memainkan peran yang signifikan dalam memecah-belah, mengadu-domba, menyulut konflik horizontal dan akhirnya bersama ekstrimis intoleran-radikal lainnya melakukan kudeta dan pemberontakan kepada pemerintahan yang sah.

Provokasi HTI di Hari Santri menghentak kesadaran banyak pihak bahwa antek-antek HTI masih aktif menyebar bergerilya, berjejaring dengan elemen-elemen radikal-intoleran serta kaum moderat yang bimbang dan ragu untuk memastikan agenda politiknya tercapai. Sasaran tembaknya pun sangat jelas yaitu NU. Tuntutan pembubaran BANSER yang dinilai menista kalimat suci adalah sasaran antara yang apabila berhasil akan menggerus dan  mendelegitimasi NU.

HTI tidak  peduli apabila Indonesia terjadi perang saudara yang mengakibagkan jutaan nyawa melayang dalam upaya untuk mewujudkan agenda politiknya, menyerahkan Negara dan Rakyat Indonesia dibawah kekuasaan Monarki Absolut asing yang bertuankan Para Kapitalis Global. HTI ibarat kawanan belalang dan benalu yang hanya bisa merusak dan menghisap suatu daerah atau induk semangnya sampai layu, kering dan mati lalu mencari korban lainnya.

HTI jauh lebih buruk dari Partai Komunis. Masyarakat awam tidak mudah menerima dan mengidentifikasi HTI sebagai anasir yang berbahaya. Mereka memakai bahasa dan simbol yang relatif sama. Mereka pandai membaur dan memperlihatkan diri sebagai sosok yang suci sembari mulutnya menebar kata-kata suci. Rasisme, Primordialisme dan Absolutisme organisasi ditutupi dengan ayat-ayat suci. Pola dan Metode gerakan mengadopsi Komunis dan Fasis.

Sementara banyak yang tidak menghendaki terjadinya konflik horizontal, HTI selalu mencari celah dan cara mengobarkan konflik horizontal. Ketika situasi sosial chaos, HTI tidak segan-segan berkolaborasi dengan anasir radikal-Intoleran  dan ekstrimis untum melakukan pemberontakan bersenjata terhadap pemerintahan yang sah.

Pemerintah harus berani bertindak tegas terhadap HTI. Setiap provokasi HTI harus dianggap sebagai tindakan MAKAR. Maka sangatlah penting bagi aparat kepolisian untuk menangkap pembawa dan pengibar bendera HTI dalam acara Hari Santri dan mengungkap rencana busuk HTI  melakukan provokasi yg dilakukan secara masif, sistematis dan terstruktur. Ketidaktegasan pemerintah dan aparat keamanan untuk menindak HTI hanya akan menjadi bumerang bagi pemerintah apalagi di tahun politik ini yang akan banyak menguras energi, dana serta sumber daya keamanan. Sebelum terlambat, bertindaklah ! (*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama