Ade Irfan Pulungan Optimis PPP Lolos Parliamentary Threshold

Wasekjen Bidang Hukum DPP PPP Ade Irfan Pulungan (berbaju putih) bersama Ketua DPW PPP Provinsi Gorontalo Prof Dr Nelson Pomalingo dan caleg No urut 1 dari PPP Dapil Gorontalo Hana Hasanah Fadel Muhammad 
GORONTALO (wartamerdeka.info) - Partai Persatuan Pembangunan (PPP),  sesuai dengan hasil Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PPP beberapa waktu lalu, menargetkan penambahan kursi, di semua tingkatan, baik Kabupaten /kota provinsi dan nasional.

Wasekjen Bidang Hukum DPP PPP Ade Irfan Pulungan, menyatakan bahwa target nasional secara keseluruhan, PPP minimal lolos 4 persen di parliamentary threshold 2019.

“Secara nasional target seperti yang dimusyawarahkan dalam Mukernas, PPP ingin masuk dalam 3 besar perolehan suara di parlemen. Sedangkan di tingkat provinsi target ada peningkatan, khususnya di Provinsi Gorontalo. Meskipun bukan basis PPP, namun sejak lama kita percaya ada peningkatan jumlah kursi di Gorontalo, supaya suara bisa lebih banyak,” papar Ade Irfan saat ditemui usai kampanye  di Gorontalo, Jum’at (12/4).

Soal kepemimpinan Nelson Pomalingo sebagai Ketua DPW PPP Provinsi Gorontalo, Ade Irfan mengakui, nama besar yang ada pada Nelson mampu meningkatkan elektailitas partai, khususmua di Provinsi Gorontalo.

“Kita tahu pak Nelson sangat dikenal di Provinsi Gorongalo, di seluruh Kabupaten dan kota, sehingga nama besarnya bisa meningkatkan elektabilitas partai. Terlebih melihat Nelson adalah mantan rektor Universitas Negeri Gorontalo selama 2 periode, mantan rektor Universitas Muhamadiyah Gorontalo, dan juga ketua berbagai organisasi di tingkat Provinsi Gorontalo,” jelasnya.

Nama besar Nelson Pomalingo yang saat ini Bupati Gorontalo tersebut, menurut Ade Irfan, bisa bersinergi dengan baik untuk peningkatan jumlah kursi dan suara, sehingga PPP bisa jadi pemenang di Pemilu.

“Jadi antara PPP dengan Nelson bisa berkolaborasi dengan baik di Pemilu 2019,” tandasnya.

Soal peluang memenangkan partai berlambang Ka’bah tersebut secara nasional, ia menerangkan, secara nasional beberapa provinsi yang bisa memenangkan PPP, selain Provinsi Gorontalo sendiri, diantaranya Jawa Barat.

“Di Jawa Barat, ada kader PPP ada yang jadi wakil gubernur, dan beberapa bupati di Jabar. Hal ini bisa menjadi indikator akan ada peningkatan jumlah kursi di Jawa Barat,” terangnya,

“Begitu pula Jawa Tengah, wakil gubernurnya dari kader PPP. Disana juga ada basis pondok pesantren dan ada kiai-kiai. Selain itu basis-basis PPP saat ini sudah bisa menggerakkan PPP di beberapa wilayah di pulau Sumatera, dan sebagaian wilayah di Kalimantan,” tambahnya.

Ade mengakui, kantong-kantong PPP secara nasional memang tidak terlalu banyak, tetapi diharapkan target-target perolehan suara, yakni minimal lolos di parlementary threeshold 4 persen dan menjadi 3 besar di parlemen bisa tercapai. Ia mengatakan, harus yakin dengan target-target tersebut, karena menurut dia, berpolitik itu harus punya keyakinan, semangat dan optimisme.

“Setiap Pemilu kami menyadari lembaga survei yang melakukan survei partai, memang PPP tidak masuk lolos dalam Pemilu. Tapi kita lihat aja, PPP selalu lolos melewati PT,” ucapnya.

Ade mencontohkan, seperti halnya pada Pemilu 2014 lalu, PPP juga dikategorikan partai yang tidak lolos.

“Namun faktanya membuktikan PPP lolos. Bagi kami hasil survei itu menjadi penyemangat untuk tetap terus bergerak, bekerja di masyarakat, mensosialiasikan partai, serta memposisikan bahwa para kader PPP yang menjadi caleg mampu menjawab keinginan dan kebutuhan masyarakat,” paparnya.

Direktur Hukum dan Advokasi TKN Jokowi-Ma’ruf Amin ini juga bicara tentang peran PPP yang mendukung pasangan capres nomor urut 01.

Secara teori ekor jas, Ade menerangkan, dari pemilu serentak dengan Pilpres, yang mendapat keuntungan hanya 2 partai, yakni PDIP denan Partai Gerindra.  Namun terlepas dari itu, melihat dungkungan dan kerja keras masing-masing partai dalam hal ini para kader partai atau caleg, itu akan membuktikan teori ekorjas itu bisa terjadi atau tidak.

Menurut Ade, PPP menetapkan dukungan kepada Jokowi, ada peran yang bermanfaat menadi suatu keuntungan bagi pasangan capres. Asumsi orang hari ini adalah Pak Jokowi sangat jauh dari kelompok umat Islam. Stigma yang muncul di publik seperti itu, karena merupakan kader PDIP yang merupakan partai nasionalis.

“Nah, PPP memainkan peran itu untuk membantah stigma tersebut, sebagai partai Islam yang bisa memberikan warna religi. Apalagi terbukti bahwa ternyata secara pribadi Jokowi bukan jauh dari Islam, justru dekat dengan ulama. Adanya cawapres kyai Ma’ruf Amien merupakan peran besar dari PPP. Artinya peran PPP cukup besar dalam Pilpres yang mendukung Jokowi Ma’ruf,” jelasnya.

Caleg PPP DPR RI dari Provinsi Gorontlo nomor urut 2 ini pun mengakui, pendukungan capres Jokowi luas biasa.

“Melihat dari semua tempat yang dihadiri Jokowi sambutannya luar biasa. Beberapa kali mendampingi kampanye Jokowi, terbukti tidak ada yang sepi sama sekali,” pungkasnya.(Hn/Ar)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama