Saurip Kadi: Ibu Pertiwi Sedang Diterapi Jokowi

Saurip Kadi

CIAMIS (wartamerdeka.info) - Pernyataan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto bahwa Ibu Pertiwi tengah diperkosa, menuai banyak tanggapan. Ketika dimintai  pendapatnya tentang pernyataan Prabowo tersebut,  Saurip Kadi yang mantan Aster Kasad malah balik bertanya: “Gak terbalik tuh Prabowo, bukankah Pak Jokowi JUSTRU yang menyelamatkan Ibu Pertiwi  yang dulu KOMA tergeletak di tengah jalan akibat diperkosa ramai-ramai oleh penguasa melalui praktek KKN dan Pelanggaran HAM berat di masa lalu”.

"Pak Jokowi  yang melarikan Ibu Pertiwi ke Rumah Sakit, kok sekarang malah dituduh sebagai Pemerkosa. Itu jelas tuduhan Error In Persona," tegasnya, hari ini.

Di tengah kesibukannya dalam menggelar acara Adat di Kawasan Situ Panjalu Kabupaten Ciamis, Saurip Kadi menjelaskan bahwa Jokowi tidak hanya menyelamatkan IBU PERTIWI, tapi juga melakukan detox semua penyakit menular bawaan sang pemerkosa, BOROK BERNANAH seperti Mega Korupsi dan sejumlah Mafia tambang serta  Migas dan banyak lagi praktek perampokan uang rakyat semuanya bermunculan.

"Pelan tapi pasti satu persatu kemudian diterapinya. Dan kita semua tahu, bahwa  kini Ibu Pertiwi beranjak pulih kembali," ujarnya.

Ketika didesak apa makna terdalam dari pernyataan PS tersebut, Saurip yang teman seangkatan Prabowo di AKABRI menjelaskan bahwa apa yang disampaikan PS benar adanya dan ini pertanda baik, karena sekarang PS sudah tahu dan juga sadar bahwa Ibu Pertiwi dalam keadaan sakit keras akibat diperkosa oleh Penguasa. Sayang sekali  PS selama berpuluh tahun tidak paham bahwa yang dilakukan rezim terdahulu terhadap negeri ini termasuk sejumlah pelanggaran HAM adalah perbuatan pemerkosaan terhadap Ibu Pertiwi.

"Ekstrimnya, pernyataan PS bak pengakuan dosa, dan itu modal utama bagi seorang pemimpin. Alhamdulillah mata hati PS kini tidak lagi buta," imbuhnya.

Hanya sayangnya, kok menuduh Jokowi yang tidak tahu menahu tentang masa lalu sebagai pelakunya.

Dengan rinci Saurip Kadi memaparkan bukti disertai fakta yang valid, bahwa sejak Orba hingga SBY, Rezim penguasa telah mengkhianati makna “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dan diubahnya menjadi keadilan sosial bagi kroni penguasa. Berkah dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa berupa sumber daya alam (SDA) yang begitu melimpah berupa tanah, tambang, hutan dan juga kekayaan laut yang semestinya “Dikuasai Negara, Untuk Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat” dalam prakteknya dibagi-bagi sedikit untuk BUMN dan yang banyak untuk kroni dalam dan luar negeri. Bahkan lebih dari itu, mereka juga diberi fasilitas dan kemudahan di bidang keuangan, bahkan proteksi serta monopoli.

Saurip Kadi menjelaskan bahwa selama ini, kemiskinan rakyat justru dijadikan barang dagangan apalagi setelah kita memasuki era reformasi. Bak Pahlawan Dadakan, pada setiap Pemilu mereka seolah membela kepentingan rakyat kecil. Tapi setelah terpilih, mereka lupa apa yang dijanjikan dalam kampanye.

Kita tahu, tambah Saurip Kadi, atas nama penertiban dan untuk menjaga wibawa pemerintah, di masa lalu TNI pun dikerahkan untuk mengusir rakyat kecil yang terlahir dari keluarga miskin  di banyak tempat dari tanah pekarangan sendiri dimana kuburan nenek moyang mereka berada di kawasan yang belakangan masuk dalam perijinan yang diterbitkan pemerintah.  Belum lagi kesenjangan wilayah, yang membuat lahirnya kecemburuan sosial bagi sejumlah daerah.  Pendek kata, seperti yang disampaikan Pak Jokowi di awal pemerintahannya bahwa: “Dimana-mana mafia, mafia dimana-mana.”
Yang pasti Pak Jokowi  telah menghentikan bagi-bagi lahan untuk konglomerat dan lebih dari itu justru Pak Jokowi membagikan sisa lahan seluar 12 juta Ha lebih yang belum sempat dikuasai konglomerat kepada rakyat setempat.
Saurip juga terheran-heran kok sepertinya PS tidak tahu bahwa pak Jokowi lah yang mengembalikan kepemilikan sejumlah tambang seperti Blok Mahkam, Newmont, Rokan dan juga Freeport. Belum lagi kalau bicara kesenjangan wilayah akibat pembangunan infra struktur di luar Jawa terlebih di Indonesia bagian Tengah dan Timur terlalu jauh tertinggal

"Bukankah oleh pak Jokowi sedang dikejarnya. Dana pendidikan nasional  yang selama ini hanya dinikmati oleh anak-anak keluarga kaya, kini melalui Program Kartu Pinter anak anak yang terlahir dari kelurga miskin  bisa ikut mengenyak pendidikan hingga SMA," kata Saurip.

Saurip juga menjelaskan bagaimana pak Jokowi men “DETOX” semua penyakit yang selama ini diderita negeri ini, seperti Mafia MIGAS, Export Bahan Pangan dan juga MEGA KORUPSI lainnya. Belum lagi dalam hal pelanggaran HAM BERAT semuanya terjadi di masa lalu yaitu sejak Orba dan juga pemerintahan berikutnya, sama sekali bukan di era pemerintahan Jokowi.

Begitu kompleknya persoalan yang dihadapi negeri ini, dan karena begitu kuatnya kendala realitas akibat dalam melalukan reformasi bangsa ini masih menyertakan nilai-nilai dan orang-orang lama masih terus berlanjut, maka turbulensi elit terus berkepanjangan.

Banyaknya kelompok bermasalah yang ketakutan terhadap penampilan pemerintahan Jokowi, membuat proses terapi bagi IBU PERTIWI korban PEMERKOASAAN dimasa lalu menjadi mustahil  bisa diselesaikan dalam satu periode. Dan apalagi kini Pemilu diposisikan tak ubahnya dengan perang sehingga sah menghalalkan cara tak peduli dengan dengan fitnah, pemutar balikkan fakta apalagi kalau sekedar ujaran kebencian dan berita bohong atau HOAX, secara langsung telah menimbulkan kerusakan sosial tak terkecuali dalam hal kebhinekaan kita.

Apalagi dalam prakteknya, PS yang mengaku kesatria dan patriot ternyata tidak melarang para pendukungnya untuk tidak menggunakan issue khilafah dan Islam Radikal dalam kampanyenya, dan bahkan malah menikmatinya.

Menutup penjelasannya, Saurip mengajak bangsa ini untuk memilih Capres yang tidak bermasalah, agar kelak dalam mengatasi masalah yang terus membelit negeri ini, ia tidak terkendala apapun, sebagaimana yang ditampilkan Jokowi dalam periode pertamanya. Masalah-masalah besar, seperti dalam pengambil alihan Free Port maupun pembubaran PETRAL bisa dilaksanakan, karena Pak Jokowi bukan bagian dari masalah yang terus membelit IBU PERTIWI.

Dan kepada masyarakat, Saurip menganjurkan janganlah memilih Capres yang tingkatnya baru sebatas INSYA ALLAH atau janji akan melalukan perubahan.

Menutup penjelasannya, Saurip Kadi menganjurkan kepada masyarakat untuk memilih Capres yang telah terbukti berhasil melakukan perubahan, agar proses terapi IBU PERTIWI yang sudah nyata hasilnya, bisa dituntaskan, karena mustahil dalam 5 tahun semua penyakit yang sudah terlanjur kronis yang diderita IBU PERTIWI bisa disembuhkan. (Ar)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama