Di Lamongan, Kali Asinan Menjadi Semakin "Asin"


Entah siapa yang pertama menyebut Kali (Sungai, red) yang letaknya membelah dua wilayah kecamatan di Lamongan, yakni kecamatan Brondong dengan kecamatan Paciran itu, di sebut Kali Asinan. Sebab, masyarakat sekitar ternyata juga banyak yang tidak mengerti kalau Kali yang setiap tahun pasti memunculkan musibah banjir itu, disebut Kali Asinan. Tapi, warga yang tinggal di bantaran dan sekitar Kali Asinan, tidak pernah menyoal sebutan Kali Asinan.

Sebab, sebaik apapun sebutan, jika tetap melahirkan kecemasan pada warga menjadi tidak penting, termasuk sebutan Kali Asinan. Apalagi, problem yang ditimbulkan dari Kali Asinan tetap saja menjadi persoalan yang belum terselesaikan.

Kali Asinan lantas menjadi semakin "Asin" dirasakan warga. Meski beberapa kali (setiap tahun) pemkab Lamongan selalu mengalokasikan anggaran untuk kegiatan Pengerukan lumpur yang dalam kurun setahun pasti endapannya ber ton kubik.

Namun apa dikata, selalu saja ada banyak kendala karena padatnya rumah yang ada dipinggir Kali sehingga alat berat sulit masuk di bibir Kali Asinan.

Sementara, jika dengan pengerukan manual, bahkan sangat tidak mungkin. Meski pekerjaan pengerukan juga pernah dilakukan dengan cara seperti ini, dan lagi lagi tidak menyelesaikan masalah.

Ada beberapa problem yang berkontribusi besar menjadikan aliran Kali tidak bisa lancar (mampet), Dibagian hilir ada bangunan kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang menghadang arus aliran air menuju ke laut.

Entah, bagaimana plan yang dibuat oleh PPN (Kementerian KKP) dulu, membuat rencana pengembangan wilayah Pelabuhan justru menciptakan persoalan baru. Sehingga menutup arus aliran Kali Asinan.

Sementara, di bagian Selatan di wilayah hutan (dan wilayah kecamatan Solokuro) saat hujan debit air nya akan menuju ke bagian dan kemudian mengalir ke titik daratan paling rendah menuju Kali Asinan.

Di bagian wilayah barat Kali Asinan, (wilayah kelurahan Brondong), pada saat hujan, air akan kesulitan mengalir ke Kali, karena Kali sudah tidak lagi mampu menampung debit air yang sangat tinggi. Kesulitan lainnya, di saat hujan sebagian debit air akan menggenangi rumah rumah warga, karena minimnya gorong gorong yang disediakan.

Belakangan, pembangunan SMKN Maritim mau tidak mau juga akan menambah tingginya volume air yang menggenangi permukiman warga disekitarnya. Sebab, sebelum ada pembangunan SMKN Maritim, lokasi tersebut adalah Persawahan produktif yang bisa menampung sebagian besar curah air hujan (disaat hujan lebat).

Masalah kemudian adalah bagaimana semua stakeholder (semua instansi terkait) harus duduk bersama mencari solusi atas kondisi Kali Asinan sehingga Kali Asinan tidak semakin "Asin", sebab jika ini dibiarkan bukan tidak mungkin kawasan permukiman warga di sekitar Kali Asinan akan tenggelam, hanya tinggal menunggu waktu saja. Kalau ini terjadi, mau tidak mau, Kali Asinan akan dirasakan semakin tidak "Manis". (W. Masykar)

1 Komentar

  1. Sayang sekali, dibalik kisah sedih banjir kali Asinan. Banjir memupuk rasa sodaritas kami warga kali Asinan. Seakan akan banjir sudah menjadi darah daging kami, bahkan ingin kami wariskan pada anak cucu kami.
    Untuk masalah kali meluap, bukan apa dan siapa yg salah, hanya adat kami yg kurang beradab.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama