RSUD Ngimbang-Lamongan Buka Layanan PENDAWA NEMBANG


Professor Clayton Christensen dalam bukunya "The Innovator's Dilemma" yang kemudian melegenda itu, mengungkap tipe pelanggan atau konsumen yang sering menuntut akan kualitas suatu produk dan ini sering menimbulkan "gangguan" bagi para penyedia produk, barang atau jasa apabila mereka melangkah terlambat atau gagal dalam  berinovasi.

Sementara, era 4.0 adalah era digital, dimana revolusi industri menuntut tata kelola pemerintahan/lembaga usaha/lembaga pelayanan ke  arah yang penuh inovasi, adaptif dan transparan. Revolusi industry 4.0 juga menuntut penerapan sistem digitalisasi di seluruh aspek pelayanan, sehingga lahir E- budgeting, E KTP, dan E,E yang lain.

Dalam suatu kegiatan seminar, (Investor Daily, 25 Juli 2019), beberapa waktu lalu, Drg. Susi Setiawaty, MARS, ketua ARSSI, mengatakan Revolusi Industry 4.0 telah mendorong inovasi-inovasi teknologi dan servis yang memberikan dampak disrupsi atau perubahan fundamental terhadap kehidupan masyarakat.

Rumah Sakit harus merespon perubahan dengan bijak dan smart, melibatkan seluruh pemangku kepentingan, institusi dan fasilitas kesehatan dari sektor pemerintah dan swasta, akademik, Pendidikan, organisai profesi, perusahaan dan masyarakat luas.

Terlebih pada tahun 2019, kemarin adalah tahun penerapan Universal Health Coverage, seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan perlindungan kesehatan dan wajib ikut program JKN/BPJS.

Ini yang mendorong pemilik dan manajemen rumah sakit untuk mengelola rumah sakitnya dengan baik, memperhatikan efisiensi dan efektifitas layanan yang mengedepankan mutu layanan yang aman bagi pasien. Bila tidak, rumah sakit juga akan terdisruptif dengan perubahan system layanan kesehatan.

Oleh karena itu, Pengelola Rumah Sakit jangan 'alergi' dengan perkembangan tren digital, misalnya dengan keberadaan layanan kesehatan secara online.
Misalnya, memberikan layanan pendaftaran pasien secara online, atau bekerja sama dengan situs kesehatan.

Nah, masuk era industri 4.0, yang notabene menitikberatkan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, yang kerap disebut dengan disruptive innovation atau inovasi disrupsi, adalah metode mengembangkan suatu produk atau layanan dengan cara yang tak diduga pasar, dengan menciptakan jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama.

Menghadapi tantangan ini direktur RSU Ngimbang, dr. Ainy Mas'idha, M.MRS, menyebut industri rumah sakit dituntut untuk berubah, termasuk dalam metode
pelayanan terhadap pasien.

"Konsekuensi inilah, yang lantas mendorong RSU daerah Ngimbang, yang posisinya sebagai rumah sakit milik pemerintah daerah Kabupaten
Lamongan, akan berperan aktif dalam proses digitalisasi ini," ujar dr. Ainy.


Menurut dia, salah satu layanan yang dikembangkan di RSUD Ngimbang adalah PENDAWA NEMBANG, kepanjangan dari motto barunya, yakni Pendaftaran Rawat Jalan Online di RSUD NGIMBANG.

"Kelebihan dari layanan ini, pasien sudah tidak perlu mengantri di loket pendaftaran," tutur dr. Ainy.

Dengan memanfaatkan layanan mendaftar lewat website, dr. Ainy Mas'idha memastikan  akan lebih efektif dan efisien dalam hal waktu.

Apalagi, ungkap Bu direktur, model layanan yang terbaru ini, yaitu, aplikasi Pendawa Nembang kini bisa di download dan diinstal sekaligus di aktifkan
melalui PLAYSTORE pada handphone android yang sekarang hampir dipunyai seluruh kalangan masyarakat.

Ainy Mas'dha juga menuturkan ada sejumlah fitur yang tersaji di dalamnya antara lain, pendaftaran rawat jalan, jadwal praktek dokter, bahkan rincian biaya terkini saat berobat di rumah sakit juga bisa di akses.

Oleh karena itu, direktur RSU Ngimbang berharap dengan Pendawa Nembang ini, dapat makin mendekatkan serta memudahkan layanan di
RSUD Ngimbang untuk warga masyarakat Lamongan.

"Ya, sesuai dengan motto rumah sakit Ngimbang, CEPAT TERASA, yaitu, Cepat Tepat Akurat dan Bersahabat," pungkas dr. Ainy Mas'idha.
(W. Masykar)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama