Pasca Terpilihnya Sekda Lamongan (7); Aroma Mutasi Kian Menyengat


Oleh: W. Masykar

Isu mutasi pejabat selalu menyita perhatian banyak kalangan, wajar jika menjelang dilakukan rotasi mutasi atau pengangkatan pejabat baru, sejumlah pihak merasa panas dingin menunggu nasib yang kadang belum pasti. 

Lantas bagaimana nasib pejabat yang berseberangan dengan pemimpin terpilih pada pilkada serentak kemarin? Diawali dengan mengintip siapa sekda Lamongan sejak dibukanya pendaftaran seleksi Sekretaris Daerah bulan kemarin (Juli, red) hingga dipilihnya sekda untuk diajukan pelantikannya, tulisan ini ternyata diikuti oleh ribuan pembaca wartamerdeka.Info., dan kali ini mencoba mengintip hiruk pikuk jelang isu mutasi pasca pelantikan Sekda terpilih pada paroh ketiga bulan ini. Berbincang siapa Sekda definitif, tampak sudah out of date, kini bergeser "ngrasani" aroma mutasi yang sudah mulai menyengat. Sedemikian menyengatnya aroma itu, sampai membuat sejumlah kalangan "mual mual".

Tidak dipungkiri, tradisi yang telah berjalan selama ini, rival selalu menerima konsekuensi politik, kecuali rival dalam bursa seleksi Sekda kemarin. Yang terakhir itu, ada indikasi menjadi rival akan menerima reward pada pos jabatan tertentu. Berbeda dengan rival pada pilkada kemarin, dipastikan akan menerima konsekuensi bagi pejabat yang berseberangan. Konsekuensi politik, bukanlah dendam politik. Kepala daerah terpilih jelas akan mendahulukan menempatkan orang orangnya pada pos pos tertentu. Tentu saja, tidak setiap pendukung mendapat jatah posisi "basah". Kapabilitas, integritas dan kompetensi tetap menjadi yang utama. Kecemasan inilah yang kemudian membuat sejumlah pejabat eselon ketir ketir sehingga bisa saja, secara prematur memulai melangkah mengatur loby pendekatan, bahkan bertameng dibalik orang berpengaruh setidaknya untuk menyelamatkan pos yang saat ini ditempati. Jika diamati sedikitnya ada dua kelompok yang merasa was was jelang mutasi pada kepemimpinan kepala daerah baru saat ini, pertama, kelompok pejabat yang dikategorikan sebagai rezim statusquo atau orang orangnya mantan bupati Fadeli, kedua, kelompok yang berseberangan dengan kepala daerah terpilih pada pilkada serentak 2020 kemarin. Bagaimana nasib kedua kelompok ini, saat dilakukan mutasi/rotasi atau promosi pejabat beberapa waktu yang akan datang? Bersambung..

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama