Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar optimistis ekonomi Indonesia tetap tumbuh kuat di atas lima persen pada tahun 2022, meski terdapat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan mempengaruhi inflasi dan perekonomian.
 
"Kenaikan harga BBM justru memberi sinyal bahwa peningkatan untuk memenuhi kebutuhan permintaan di Indonesia dapat direspons dengan meningkatnya investasi dan pada gilirannya produksi dan pasokan dari berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan," kata Mahendra dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
 
Dengan demikian, dirinya berharap perbankan maupun keseluruhan lembaga pembiayaan dapat merespons dengan segera menyalurkan fungsi intermediasi kepada sektor riil yang membutuhkan pembiayaan maupun kredit agar dapat meningkatkan produksinya maupun melakukan investasi.
 
Mahendra menjelaskan kenaikan harga BBM merupakan respons yang ditunggu dari pemerintah untuk menghadapi kondisi defisit anggaran, yang menjadi risiko tersendiri lantaran adanya kenaikan harga minyak dunia beberapa waktu belakangan.
 
Jika kondisi ketidakpastian global yang terus berlanjut tidak direspons dengan sesuai, maka akan memunculkan risiko yang dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap kondisi ekonomi Indonesia maupun pengelolaan fiskal yang berkelanjutan.
 
Oleh karenanya, lanjut dia, dengan kenaikan harga BBM yang telah ditetapkan tersebut memberi kejelasan mengenai posisi dan kebijakan yang diambil pemerintah untuk tetap menjalankan kebijakan fiskal yang berkelanjutan, sekalipun ketidakpastian terhadap harga minyak terus berlangsung.
 
"Hal itu yang dapat memberikan sinyal kuat bagaimana langkah ke depan untuk menghadapi berbagai risiko yang ada. Ini juga memberikan sinyal yang sangat jelas dan menjaga kepercayaan bahwa pemerintah mengambil kebijakan yang memang berat namun harus dilaksanakan," tuturnya.
 
Dengan keyakinan yang ada, dirinya berharap perbankan semakin bisa memanfaatkan likuiditas untuk segera menyalurkan kredit, baik melalui kredit modal kerja (KMK) maupun kredit investasi.

saat ini, KMK meningkat cukup tinggi dan jika pertumbuhan ekonomi terus terjaga, kredit investasi pun bisa turut mengikuti dalam beberapa waktu ke depan. (An)