Di Rakornas III KAHMI, Bamsoet Soroti Tingginya Kesenjangan Sosial Ekonomi Masyarakat


JAKARTA (wartamerdeka.info) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyoroti tingginya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat, dimana salah satu penyebabnya pandemi Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2020, angka rasio gini berada di angka 0,381, atau meningkat 0,001 poin jika dibandingkan dengan angka rasio gini pada bulan September 2019 sebesar 0,380.

"Berdasarkan dokumen RPJMN 2015 2019, target rasio gini yang ingin kita capai adalah sebesar 0,36, sehingga pencapaian saat ini masih tertinggal selisih 0,02 poin," ujar Bamsoet saat menjadi keynote speaker dalam Rapat Koordinasi Nasional III Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), secara virtual, di Jakarta, Jumat (15/1/21).

Hadir dalam acara Rakornas tersebut Koordinator Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Viva Yoga Mauladi, Sekretaris Jenderal Majelis Nasional KAHMI, Manimbang Kahariady serta Narasumber Panel Diskusi dan Para Pembahas Utama Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Prof. Dr. Laode Kamaluddin, Prof. Dr. Ali Munhanif, Dr Rocky Gerung dan Dr Chusnul Mariyah.

Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, kondisi pandemi Covid-19 memang menyebabkan naiknya persentase penduduk miskin di Indonesia sebesar 9,78 persen. Atau naik sekitar 0,56 persen dari bulan September 2019 sebesar 9,22 persen yang berdampak pada naiknya angka rasio gini. Namun kondisi tersebut tentunya tidak menepiskan fakta bahwa masih ada pekerjaan rumah yang perlu diperbaiki dalam mengurangi tingkat kesenjangan sosial-ekonomi Indonesia.

"Jauh sebelum pandemi Covid-19, kesenjangan sosial-ekonomi sudah terjadi di masyarakat. Terlihat dari dari laporan Global Wealth Report dari Boston Consulting Group di tahun 2018 yang mencatat bahwa 10 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 75,3 persen dari total kekayaan penduduk Indonesia," jelas Bamsoet.

Dewan Pakar KAHMI ini menambahkan, sementara laporan Global Wealth Report 2020 menempatkan Indonesia di peringkat ke-empat negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia, setelah Rusia, India, dan Thailand.  Walaupun kekayaan per orang meningkat 6 kali lipat selama periode 2000-2016, namun setengah aset kekayaan di Indonesia dikuasai hanya 1 persen orang terkaya.

"Kesenjangan antara kaya dan miskin mencapai 49 persen. Memperlihatkan kekayaan rata-rata penduduk Indonesia masih rendah," tandas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menerangkan, seluruh kalangan termasuk organisasi masyarakat maupun kalangan dunia usaha harus turut bergotong royong membantu pemerintah dalam menekan kesenjangan sosial. Memasuki tahun 2021 ini, seiring dengan sudah dimulainya vaksinasi, besar harapan geliat ekonomi juga akan kembali bergairah.

"Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 ini bisa tumbuh positif 4,4 persen. Sementara Bank Indonesia optimis tumbuh di kisaran 5 persen. Sedangkan lembaga Oxford Economics, bersama the Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melonjak 6 persen. Butuh kerja keras semua pihak agar penilaian tersebut tak hanya berakhir manis di atas kertas saja," pungkas Bamsoet. (A)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama