Bamsoet: Jadikan Momentum Natal Memperkuat Komitmen Kepedulian dan Solidaritas Sosial

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meyakini perayaan Natal yang puncaknya secara nasional akan diselenggarakan pada 25 Desember 2021, bisa menjadi momentum menumbuhkan rasa syukur, kedamaian, dan harmoni dalam setiap hati sanubari bangsa Indonesia. Cahaya-cahaya lilin yang dinyalakan saat perayaan Natal, menjadi penanda semangat kebangkitan serta tumbuhnya harapan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

"Tugas kita bersama sebagai umat beragama adalah menjaga agar lilin-lilin harapan itu terus menebarkan cahaya yang menerangi kehidupan. Dan yang lebih penting lagi, adalah mewujudkan berbagai harapan tersebut menjadi kenyataan. Karenanya, momen perayaan Natal jangan hanya dimaknai dari aspek ritual peribadatan semata. Melainkan juga perlu ditindaklanjuti secara horisontal melalui berbagai kegiatan yang menebar pesan perdamaian, menggugah semangat persaudaraan, membangun rasa kepedulian, dan menjadi penyemangat untuk melakukan pembaharuan," ujar Bamsoet dalam perayaan Natal Nasional Gerakan Muda Kristen Indonesia (GMKI), secara virtual dari Jakarta, Selasa (21/12/2021).

Turut hadir antara lain, Bupati Maluku Barat Daya Benyamin Thomas Noach, Wakil Bupati Maluku Barat Daya Agustinus Lekwarday Kilikily, Ketua DPRD Maluku Barat Daya Petrus Aswerus Tunay, Sekretaris Sinode Gereja Protestan Maluku Pendeta Rudi, dan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Jefri Edi Irawan Gultom.

Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, perayaan Natal juga harus menjadi momentum memperkuat komitmen kepedulian dan solidaritas sosial. Mengingat pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020, telah meninggalkan 'luka memar' pada berbagai aspek kebangsaan. Dari mulai sektor ekonomi, sosial, hingga ideologi.

"Diperkirakan hingga September 2021, persentase penduduk miskin di tanah air masih berada di kisaran 10,25 persen hingga 10,45 persen. Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia berjumlah sekitar 272,3 juta, maka ada sekitar 27,8 juta hingga 28,4 juta penduduk miskin yang membutuhkan uluran tangan kita," jelas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, konstitusi memang telah mengamanatkan bahwa fakir miskin menjadi tanggungjawab negara, dan bahwa tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Tetapi amanat konstitusi ini tidak lantas menghilangkan tanggungjawab kita sebagai makhluk sosial, yang secara naluriah memiliki kewajiban moral untuk bahu-membahu, dan bekerjasama dalam lingkungan sosialnya.

"Naluri dan fitrah kemanusiaan inilah yang membentuk semangat gotongroyong menjadi jati diri bangsa Indonesia. Tidak heran jika dalam laporan Charities Aid Foundation World Giving Index 2021 menyebutkan bahwa di masa pandemi, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia, dengan tingkat sukarelawan lebih banyak tiga kali lipat dari rata-rata global," terang Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, sebagai bangsa yang dilahirkan dengan fitrah kemajemukan, dengan jumlah penduduk lebih dari 272,3 juta jiwa, terdiri dari 1.340 suku, berbicara dalam 733 bahasa, dan menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan, maka semangat gotong royong membangun persaudaraan dan kebersamaan adalah sebuah keniscayaan, dan sekaligus tantangan. Sejarah dunia mengajarkan, kegagalan menjawab tantangan kemajemukan, dan luruhnya semangat kebersamaan, pada akhirnya menyebabkan lahirnya 'negara gagal', baik yang terpecah belah, maupun yang luluh lantak oleh perang saudara.

"Sebagai bangsa yang besar dan majemuk, bangsa Indonesia kaya akan nilai-nilai dan norma, termasuk nilai-nilai religius yang hidup dan berkembang di tengah kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai inilah yang wajib kita jaga, kita rawat dan kita lindungi bersama, dengan dilandasi semangat persaudaraan," pungkas Bamsoet. (R)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama