Tomakaka Adaq Jambu Cappa Bate Dara' Kerajaan Binuang Mandar
(Ketua Adat Komunitas Jambu Penghujung Batas Kerajaan Binuang Mandar)
Pertunangan YM. Sjamsi dan YM. Mirah menjadi peristiwa yang luar biasa, bukan hanya karena kemegahannya, akan tetapi juga karena simbolismenya yang kaya akan budaya dan adat. PYM. Raja Tamsipe Bertitah : "Bahwa upacara pertunangan ini harus dilakukan secara Adat Kerajaan yang sepenuhnya, sebagai penghormatan kepada leluhur dan pengukuhan tradisi yang sudah berusia ratusan tahun."
Hari itu, Balairung Istana Kerajaan dipenuhi kegembiraan. Para Tamu Bangsawan dan Rakyat dari berbagai penjuru berkumpul untuk menyaksikan momen bersejarah ini. PYM. Raja Tamsipe Bertitah : "Agar semua Perangkat Adat Kerajaan untuk hadir dengan pakaian kebesaran masing-masing, sesuai tugas dan fungsi (TUSI) mereka."
Rombongan dimulai dari Halaman Istana, di mana Kuda-Kuda Jantan Terbaik Kerajaan telah disiapkan. Para Perangkat Adat, seperti Dewan Adat, Tomakaka, Pabbicara, Kali Adaq dan lain-lain, mengenakan pakaian adat lengkap dengan atribut simbolis yang melambangkan posisi mereka di kerajaan. Mereka membentuk barisan dan mengawal Kereta Kencana YM. Sjamsi.
Kereta kencana itu sendiri dihiasi ukiran emas berbentuk motif tradisional yang sarat makna. Beberapa Kuda Jantan pilihan menarik kereta, menggambarkan kekuatan, kemurnian, dan keagungan. YM. Sjamsi duduk di dalamnya dengan penuh wibawa, mengenakan busana adat kebesaran berwarna biru tua bersulam benang emas, melambangkan kemuliaan dan harapan Anugrah Cinta yang Terindah.
Rombongan bergerak perlahan meninggalkan Istana Kerajaan menuju Rumah Adat Keluarga Besar orang tua YM. Mirah. Di sepanjang jalan, rakyat yang telah menunggu sejak pagi hari melambaikan tangan dengan penuh sukacita. Mereka bersorak dan melemparkan butiran beras dan bunga-bunga melati ke arah Kereta Kencana, sebagai lambang doa dan restu bagi sang Calon Pengantin Pria ini.
Prosesi pertunangan dimulai dengan pembacaan doa oleh Pemangku Adat (Kali Adaq). Setelah itu, PYM. Raja Tamsipe, dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim secara resmi menyerahkan YM. Sjamsi kepada Keluarga Besar YM. Mirah sebagai tanda bahwa keluarga Kerajaan sepenuhnya merestui penyatuan dua hati ini.
YM. Sjamsi kemudian melangkah mendekati YM. Mirah dengan "Cincin Pertunangan yang disematkan dalam kotak berlapis kain sutra. Dengan suara tegas namun lembut, ia berkata, “Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Cincin ini sebagai simbol bahwa aku berjanji untuk mencintaimu, menjagamu, dan setia kepadamu seumur hidupku.”
YM. Mirah menerima cincin itu dengan tangan jemari bergetar, matanya berkaca-kaca dan mengucapkan Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin : “Aku pun berjanji akan selalu setia mendampingimu, YM. Sjamsi. Bersamamu, aku merasa telah menemukan rumah bagi hatiku.”
Sorak-sorai menggema di seluruh ruangan. Tepuk tangan para tamu dan doa dari para sesepuh menjadi restu yang tak ternilai harganya.
Pertunangan ini bukan hanya tentang dua insan yang paripurna, akan tetapi tentang dua Keluarga Besar, dua Budaya, dan dua Tradisi yang bersatu dalam keharmonisan. Malam itu, bulan bersinar terang, seolah menjadi saksi bisu dari awal perjalanan cinta yang akan dikenang sepanjang masa.
Cinta akan melakukan semua itu kepadamu, sehingga engkau dapat mengetahui rahasia hatimu, dan dalam pengetahuan itu menjadi bagian dari hati Kehidupan. (Khalil Gibran). (Bersambung)