Syaik Sholeh Muhammad Basalamah Brebes: Kiai dan Pemuka Tarekat

SYAIKH Sholeh Muhammad Basalah, pemimpin pondok pesantren Darussalam Jatibarang Brebes, Jawa Tengah, dikenal sebagai pendidik para santri, dai dengan puluhan majelis taklim, serta muqaddam (pemuka spiritual) Tarekat Tijaniyah yang dengan ribuan pengikut.


Nama Syaikh Sholeh semula dikenal di daerah Pantura, seperti Brebes, Pemalang, Tegal, Pekalongan di Jawa Tengah dan Inderamayu serta Cirebon di Jawa Barat. Namun kini dakwahnya sudah melampau berbagai pulau Jawa, seperti Sumatra, Madura, Bali, Sulawesi, dan bahkan dia diundang ke Maroko untuk menghadiri acara keagamaan di negeri seribu benteng ini.

Kiai yang lahir pada 14 Juli 1959 ini berasal dari keluarga ulama. Dia adalah anak nomor dua dari delapan keluarga pasangan almarhum KH Muhammad Ali Basalamah dan Lathifah Abu Bakar Basalamah. Kakeknya, Syaikh Ali Basalamah adalah Khalifah Tijaniyah, murid Habib Ahmad bin Thalib Alatas, wali Pekalongan. Menurut almarhum KH Mahdub, ketua Jatmi (Jamaah Tarikah Indonesia) yang pernah menjadi salah satu muridnya, Syaikh Ali Basalamah adalah “kitab kuning berjalan”. Sedang abah KH Sholeh Basalamah, KH Muhammad Ali Basalamah adalah muqqodam Tjaniyah yang semasa hidupnya sangat dihormati oleh para ulama di Indonesia.

Pendidikan keagamaan Syaikh ditempuh lewat pendidikan keluarga, kemudian melanjutkan ke maderasah ibtidaiyah dan SMP di Jatibarang. Sedang pendidikan aliyah ditempuh di Pesantren YAPI di Pasuruan. Baru pada tahun 1979 belajar ke Pondok Pesantren Al-Maliki di Mekkah Al-Mukarramah, asuhan almarhum Sayid Prof Dr Muhammad Alawy Al-Maliki Al-Hasani dan selesai pada tahun 1986. Di pensantren Al-Maliki inilah, dia belajar bersama dengan dua teman akrabnya sejak di pesantren di Pasuruan, yaitu Habib Thohir bin Abdulah Alkaf (Tegal) dan Habib Bagir bin Muhammad Alatas (Pekalongan).

“Khusus dengan Habib Bagir Alatas, saya punya persamaan. Kakek saya yang bernama Ali Basalamah dulu berteman dan satu angkatan dengan Habib Ali Alatas, kakek Habib Bagir Alatas. Keduanya adalah murid Habib Ahmad bin Thalib Alatas, wali Pekalongan. Dan keduanya, Syeikh Ali Basalamah dan Habib Ali Alatas bersama-sama belajar di Tarim, Hadhramaut, Yaman,” tuturnya.

KH Sholeh mengaku mendapat banyak berkah dari teladan kakeknya. Seperti ketenaran namanya secara tidak langsung mendompleng nama kakeknya. Dan kakeknyalah yang mengantar dirinya bisa belajar di pesantren Al-Maliki, sebab dulu kakeknya pernah menjadi murid dari Syaikh Alwi Al-Maliki, ayah Sayid Muhammad Alawi Al-Maliki. Dengan rekomendasinya, dia diterima di pesantren Al-Maliki sebagai santri dhakhili (di dalam pondok pesantren), berbeda dengan ribuan murid Al-Maliki yang khariji (menentap di luar pondok pesantren).

Usai mendapat pendidikan langsung dari Abuya – panggilan akrab Sayid Muhammad Al-Maliki – Syaikh Sholeh langsung pulang ke Jatibarang dan terjun di bidang dakwah. Pada tahun 1994 masih sempat mengikuti tranning dakwah Islam internasional di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir selama 3 bulan dan mendapat sertifikat dakwah internasional.

Dua tahun setelah pulang dari Mekkah, pada tahun 1988, dia langsung mendirikan Yayasan Darussalam, yang nantinya mengelola Pondok Pesantren Darussalam. Pondok ini terletak di Jalan Pramuka No 110 Jatibarang Brebes. Seorang dermawan, Usman Basyaiban mewakafkan tanah seluas 5.000 meter persegi untuk didirikan pendidikan diniyah, yang sekarang sudah bisa menampung 300 anak.

Pesantren sendiri baru dibuka pada tahun 1999 dengan 20 santri, kini sudah mencapai 360 santri dan 13 ustadz, semua laki-laki. Pada tahun 2006 meluluskan santri pertamanya, dan kini sudah puluhan lulusan pensantren ini menjadi ustad, dai, dan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, seperti universitas di luar negeri.

Pesantren memiliki tanah seluas 2 ha, dan bangunan 10 lokal, 8 lokal ruang belajar, 1 lokal kantor , 1 gedung yang rencana akan dijadikan pondok putrid, serta 1 lokal kamar mandi/WC. Aula yang terletak di tengah pondok mempunyai berbagai fungsi:  sebagai tempat ibadah, diskusi keagamaan, dan pusat dakwah Islamiyah.

Ciri pesantren PP Darussalam adalah membina santri dalam ilmu alat, sehingga dalam setahun saja mereka sudah dapat berbicara dalam bahasa Arab. Tahun-tahun berikutnya, pendalaman ilmu tafsir, hadits dan fikih. Karena itulah, lulusan PP Darussalam bisa melanjutkan di universitas di dalam maupun luar negeri.
Kegiatan Dakwah

Komitmen Syaikh Sholeh Basalamah untuk membentengi umat Islam di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, sudah dipertaruhkan dengan sepenuh hati. Dalam sebulan ada 17 jadwal taklim yang diasuhnya, belum tempat-tempat tertentu yang memintanya untuk mengisi pengajian secara dadakan.

Di Masjid Mujahiddin Jatibarang, Syaikh Sholeh membina pengajian untuk para remaja sejak 1988. Dalam setiap pertemuan yang diadakan setiap malam minggu bakda isya’, dia memberikan materi pengajian dalam bentuk lembaran kertas untuk beberapa hadits atau ayat yang akan dibahas nanti. Cara ini ditempuh, supaya para peserta mereka ada pegangan, dan sampai di rumah dapat dipelajari lagi.

“Selama ini pengajian hanya sekadar mendengarkan saja, karena tidak dicatat atau tidak ada materi pengajian yang dicetak, karena itu sampai di rumah kebanyakan sudah lupa,” jelasnya.

Peserta pengajian remaja, sekarang sudah ada yang menjadi mahasiswa di berbagai kota. Mereka sekarang bisa menjadi mentor keagamaan bagi adik tingkatnya, malah ada yang mampu menjadi khatib di tempat mereka tinggal.

Menyiapkan materi pengajian sudah menjadi kebiasaan Syaikh Sholeh dalam setiap dia taklim. Tidak hanya untuk pengajian remaja, tetapi juga terhadap orang-orang tua serta ibu-ibu, seperti pengajian di Pendopo Kabupaten Brebes dan Pendopo Tegal yang dihadiri para birokrat. Karena terbiasa, maka para peserta pengajian menjadi rajin mengumpulkan materi pengajian dan mengumpulkan dalam sebuah bendel.
Menjadi Muqqadam

Kesibukan lain dari KH Sholeh adalah menjadi MuqAddam, pembimbing spiritual pengikut tarekat Tijaniyah. Istilah Muqqadam dalam tarekat lain bisa bernama Mursyid. Jabatan ini menurun dari ayahnya, KH Muhammad Ali Basalamah. Jadi kegiatan di jamaah tarekat ini dia lebih sebagai penerus dan sekaligus sebagai pengganti.

Pengajian selapanan tarekat Tijaniyah jatuh pada Senin Pon, jadi setiap 35 hari sekali. Tempatnya berpindah-pindah, tergantung masyarakat yang memintanya. Sekarang jadwal pengajian Senin Pon sudah jadi sampai dua tahun kemudian, sehingga mereka yang ingin desa mereka ingin ketempat pengajian harus harus memesannya sekarang untuk tiga tahun yang akan datang.

Setiap pengajian Senin Pon dihadiri paling sedikit 10.000 hadirin, pernah terjadi pengajian Senin Pon di Pondok Pesantren Darussalam yang dihadiri para habib, seperti Habib Thohir Alkaf, Habib Bagir Alatas, almarhum Habib Ahmad bin Toha Almunawwar (Semarang), dan Dr Habib Abdurrahman Smith (Semarang), pengunjung membludak hingga 20.000 hadirin.

Sebagai muqaddam Tijaniyah, Syaikh Sholeh sangat dikenal para pengikut (ikhwan) Tijaniyah di Indonesia maupun di luar negeri. Hampir setiap tamu dari luar negeri, khususnya Maroko, dipastikan mampir ke tempat kediamannya. Begitu juga, Syaikh Sholeh sering dipilih sebagai penterjemah para muqaddam dari luar negeri itu, sebab mutu terjemahan bebasnya sangat tinggi, sehingga pendengar di Indonesia lebih faham dan terkesan dengan terjemahan Syaikh Sholeh yang luas dan jelas itu daripada isi pengajian asli sang muqaddam.

Menulis Buku

Dalam pengajian itu dimulai dengan pembacaan manaqib pendiri tarekat Tijaniyah, baru kemudian diisi taushiyah oleh Syaikh Sholeh Basalamah atau kalau dulu ayahnya bersedia datang, maka KH Muhammad Basalamah juga ikut mengisi taushiyah.

Syaikh tinggal di lingkungan pondok pesantren bersama istrinya, Rodhiyah Baraja’, cucu Syaikh Umar Baraja’ dari Surabaya, pengarang kitab Akhlaqul Bannat yang terkenal itu. Baru dalam usia perkawinannya yang ke-17, dia dikarunia anak lelaki yang sekarang duduk dikelas 6, bernama Muhammad Raihan.

Selain kesibukan mengajar di pesantren, dakwa di 17 majelis taklim, Syaikh  Sholeh menulis sejumlah buku. Sudah belasan judul buku yang ditulisnya, kebanyakan diterbitkan oleh Penerbit Toha Putra dan Asy-Syifa’ Semarang. Di antaranya, Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Detik-detik Penting Kehidupan Rasulullah SAW. 

Buku yang terakhir ini menjadi buku pelajaran di sekolah-sekolah agama di Kelantan, Malaysia. Dan buku tebal berjudul Sebaiknya Anda Tahu, yang berisi banyak nasihat dari Al-Quran, Al-Hadits, dan berbagai riwayat ulama zaman dulu.

Rencananya, dia akan mendirikan stasiun radio siaran, khusus untuk dakwah Islam. Dengan harapan, jangkauan dakwahnya akan semakin luas didengar oleh masyarakat. (Saiful Bahri)

1 Komentar

  1. kapan / setiap hari apa dilakukan bai'at thoriqoh ? trima kasih

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama