![]() |
Marwan Batubara |
JAKARTA (wartamerdeka) - Diskusi Lintas Generasi di Warung Bumbu Desa Cikini Raya Menteng Jakarta Pusat, Selasa (9/1/2018), yang diselenggarakan Lastika 98 (Lembaga Studi Kebangsaan ,98) mengangkat Tems "Quo Vadis Sosio Nasionalisme Indonesia".
Pada kesempatan itu Ir Marwan Batubara Msc aktivis 98 MENGATAKAN akhir-akhir ini, nasionalisme Indonesia sudah pada kondisi pragmatis dan tersesat.
"Kodisi ini terjadi akibat menguatnya paham Individualisme, Materialisme serta Hedonisme, sehinga semangat gotong royong, Cinta Sesama, Solidaritas, pengendalian diri, tenggang rasa ,serta rela berkorban terus kian terkikis dari adab kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Marwan Batubara.
Dikatakan, semangat cinta tanah air dan bangsa hanya tinggal frame, seruan, kemasan teks, pidato-pidato dan konseptual dan lain lainya.
"Seruan pejabat, di seminar-seminar serta diskusi, tapi dalam praktek dalam berbangsa dan bernegara, konkritnya cukup jauh berbeda antara ucapan dan perbuatan, " tandasnya.
Yang jadi pertanyaan, lanjut Marwan Batubara, kini ke mana perginya Nasionalisme Masyarakat Indonesia (Quo Vadis Sosio-Nasionalisme Indonesia) yang berasaskan nilai-nilai pancasila Kerakyatan, Kemanusiaan serta berbudi pekerti luhur itu ?
Di tempat yang sama Satyo Putwanto (Komeng) Sekjen Pro DEM menjelaskan, persatuan dan kesatuan Indonesia saat ini terasa mulai kenduri. "Ada apa di balik munculnya eksistensi kelompok-kelompok Kontra Nasionalisme Indonesia?" ujarnya mempertanyakan.
Dan, sejauh mana kepentingan global memudarkan semangat nasionalisme Indonesia? Soalnya pembangunan manusia seuntuhnya sebagai amanat konsitusi belum sepenuhnya terwujud.
"Begitu juga ekonomi yang berasas kerakyatan belum terimplementasi.
Kenyataanya hanya dimiliki kaum kapitalistik untuk Kepentingan Global Asing atau kaum new liberal, " tutupnya. (AN)
Kenyataanya hanya dimiliki kaum kapitalistik untuk Kepentingan Global Asing atau kaum new liberal, " tutupnya. (AN)
Tags
Nasional