I Ketut Sandika menulis buku tentang Siwa Tattwa. Diterbitkan dan didistribusikan oleh www.baliwisdom.com Agustus 2018. Indonesia pada era Majapahit kaya akan karya sastra. Diperlukan pemuda-pemudi yang ulet dan tekun untuk menggarap teks-teks warisan leluhur ini untuk disesuaikan dengan semangat kebangsaan di tanah air saat ini.
I Ketut Sandika lahir pada tanggal 11 Februari 1988. Tulisan-tulisannya berkisar di sekitar kajian budaya, agama dan spiritual mistik Nusantara. Ruang mistik Siwaistik sangat rahasia. Tidak mudah mengerti ajaran mengenai Yoga. Kesadaran sang diri untuk bersatu dengan sang pencipta adalah konsep yang abstrak. Only by love can men see me begitu kata Juan Mascro menerjemahkan ayat Bhagawad Gita.
I Ketut Sandika menulis buku agama yang dapat memenuhi kebutuhan umat di masyarakat luas terutama di Bali. Orang Bali tidak boleh buta terhadap ajaran sastra Bali agar tidak kehilangan jati diri. Budaya asing menyerbu Bali. Lama-kelamaan Bali bisa goyah. Kekhawatiran rektor UNUD akan punahnya Bahasa Bali cukup beralasan.
I Ketut Sandika adalah manusia yang mengabdikan hidupnya untuk mengungkap kejayaan sastra agama pada masa Majapahit dan sebelumnya. Tidak semua orang bisa seperti itu. Butuh pengorbanan tenaga dan waktu. Di tengah-tengah derasnya arus materialisme , masih ada segelintir orang Bali yang mempunyai kepedulian pada rontal-rontal peninggalan pendeta di masa lalu.
(I Wayan Budiartawan, penulis pernah jadi dosen ITB)
0 Reviews:
Posting Komentar