SEBUAH acara budaya bertajuk "LEBARAN BETAWI PONDOK MELATI 2019" akan digelar di lapangan parkir Masjid Agung A Jauhar YASFI Pondok Melati Kota Bekasi pada 31 Agustus 2019 mendatang. Salah satu acara menarik yang akan dilaksanakan adalah "Ngarak Nganten Sunat".
Anak-anak Betawi biasanya minta disunat ketika mereka menginjak usia antara sembilan atau sepuluh tahun. Sunat bagi orang Betawi adalah upacara memotong ujung kelamin anak lelaki dalam ukuran tertentu.
Menurut ajaran agama Islam, bila anak lelaki memasuki akil baligh, ia harus segera dikhitan atau disunat. Anak lelaki yang sudah akil baligh tetapi belum disunat, salatnya tidak sah.
Anak kecil yang belum masuk akil baligh tetapi sudah rajin melaksanakan shalat lima waktu, orang betawi menyebutnya anak baru belajar atau latihan membiasakan taat beribadah.
Dalam tradisi Betawi, sunat diartikan sebagai proses pembeda. Maksudnya, seorang anak lelaki yang sudah sunat berarti sudah memasuki dunia akil baligh. Karena sudah akil baligh, maka dia dituntut atau seharusnya sudah mampu membedakan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Ia sudah selayaknya mampu menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama dan adat kesopanan di masyarakat.
Rembuk Sunat
Zaman dulu, jika seorang anak lelaki yang akan disunat, bapak atau ibunya akan berembuk atau memusyawarahkan pelaksanaan upacara sunat. Dalam rembukan, biasanya selalu diajak orang tua atau sesepuh kampung yang nasihatnya akan dijadikan bahan pertimbangan. Tidak ketinggalan juga anak yang akan disunat atau sudah “ngebeka minta sunat” diajak rembukan.
Dalam rembukan yang dibicarakan antara lain:
Kepada si anak ditanyakan apakah ia mau atau sudah berani untuk disunat. Ini perlu sekali ditanyakan, sebab jika si anak belum mau atau belum berani maka sunat tidak akan dilaksanakan karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Atau, sering juga si anaklah yang sudah ingin disunat lantaran ia diolok-olok temannya atau karena soal lainnya.
Kepada anak ditanyakan pula apakah ingin diarak berkeliling kampung atau tidak. Kalau ingin diarak, apakah ingin diarak dengan diusung tandu atau dengan menaiki kuda.
Ia juga ditanya apakah ingin ada hiburan atau tanggapan dan apa hiburan yang dipilihnya. Ia bebas memilih jenis hiburan apa saja yang disukainya.
Mencari atau menentukan bengkong atau dukun sunat yang akan dipanggil untuk mengkhitan. Setiap bengkong punya kekhasan sendiri-sendiri. Kalau tangan bengkong memang jodoh, si anak yang disunat akan cepat sembuh. Kalau tangan bengkong termasuk dalam kategori "panas", luka sunat akan lama sembuh, bisa 10-20 hari.
Namun, seorang bengkong tidak ada yang tangannya panas. Hanya memang sering terjadi cocok atau tidak cocok saja.
Biasanya bengkong yang sudah senior (pengalaman dan doa-doanya) akan lebih diutamakan. Bengkong yang baik itu mempunyai ajian atau doa-doa mustajab yang dapat menghipnotis si anak agar tidak terasa takut, tidak merasa sakit, dan tidak terlalu banyak mengeluarkan darah sesudah disunat.
Zaman dahulu, dokter masih sangat jarang dan hanya ada di kota, sedangkan di kampung-kampung hanya ada bengkong atau dukun sunat. Sebaliknya, zaman sekarang bengkong sudah susah untuk mencari bengkong.
Menentukan kapan (hari, tanggal) pelaksanaan sunat.
Pada umumnya, orang Betawi melakukan khitan pada bulan Maulid atau Syawal (sehabis Lebaran). Zaman sekarang biasanya dilakukan sesudah kenaikan kelas, bebarengan dengan saat liburan sekolah. Pada musyawarah itu pun dibicarakan dan ditentukan apakah akan dilaksanakan resepsi atau acara ayang sederhan saja. Tapi, bila keluarga yang mengkhitankan termasuk keluarga mampu, tentu diadakan resepsi dengan upacara ala Betawi lengkap.
Kalau ketiga hal tersebut sudah ditentukan, selambat-lambatnya 15 hari segera dilaksanakan acaranya. Si anak biasanya sudah dilarang berlompat-lompata atau berlari-larian. Sebab, kalau aktivitas itu dilakukan, dapat dipastikan saat disunat akan banyak mengeluarkan darah.
Pakaian Pengantin Sunat
Sebelum hari hari pelaksanaan, biasanya anak dirias dengan rias dan pakaian kebesaran sunat, dijadikan pengantin sunat. Pagi-pagi si anak atau pengantin sunat mulai diarak keliling kampung.
Tujuannya untuk memberi hiburan atau memberi kegembiraan serta semangat kepada si anak bahwa besok dia akan dapat pengalaman baru, yaitu pengalaman sunat. Mereka merasa malu jika sudah besar belum disunat.
Sebelum disunat, penganten sunat biasanya diarak keliling kampung. Penganten naik delman atau naik kuda. Dibelakang delman atau kuda biasanya keluarga penganten sunat. Teman-teman sepermainannya ikut mengarak penganten sunat.
Arak-arakan ini dimaksudkan memberikan kesenangan dan kegembiraan kepada penganten sunat agar tidak takut untuk disunat.
Pelengkap dan pendukung acara pada kegiatan prosesi ngarak pengantin sunat antara lain:
1. Pakaian pengantin sunat lengkap
a. Jubah atawe jube, yaitu pakaian luar yang longgar dan besar serta terbuka pada bagian tengah depan dari leher sampai kebawah, dengan kepanjangan yang kira-kira tiga jari dari pakaian dalamnya atau boleh juga sama panjangnya dengan pakain dalamnya.
b. Gamis, yaitu pakaian dalam berwarna merah muda, kalem, dan lembut yang tidak terlalu kontras dengan warna jubahnya. Gamis harus berwarna polos dan tidak dihias.
c. Selempang. Selempang dikenakan sebagai tanda kebesaran. Namun demikian, pakaian selempang dipakai di bagian dalam jubah. Lebarnya kira-kira 15 cm. Cara memakainya diselempangjan pada pundak kiri ke arah pinggang kanan.
d. Alpie, yaitu tutup kepala khas sorban haji yang tingginya sisesuailan dengan yang memakai, dililit sorban putih atau warna rmas. Hiasan alpie berupa melati tiga untai/ronce, yang bagian atasnya diselipkan bunga mawar merah dan ujungnya ditutup dengan bunga cempaka.
e. Alas Kaki, berupa separu tutup alias Vantopel atau banyak juga yang menggunakan terompah berhiaskan mote.
2. Pembaca selawat dustur,
3. Grup rebana ketimpring sebagai tukang ngarak dan membaca selawat badar,
4. Kuda hias,
5. Beberapa buah delman hias
6. Grup ondel-odel atau tanjidor
Diarak Keliling Kampung
Pelaksanaan sunat dibagi dua, yaitu hari pertama dan hari pelaksanaan sunat. Hari pertama disebut juga hari membujuk dan menghibur si pengantin sunat. Sedudah si pengantin sunat dirias dengan pakaian pengantin sunat, di depan pintu rumah dibacakan selawat dustur. Sesudah itu diarak dengan rebana ketimpring dan selawat badar menuju kuda. Kuda ini pun diikatkan padi dan sebuah kelapa. Sebelum rombongan pengantin sunat berangkat, serenceng petasan dibakar sebagai tanda bahwa rombongan siap berangkat
Biasanya, si pengantin sunat akan didampingi teman-teman bermainnya. Dia naik kuda dan teman-temannya mengiringi dengan naik delman. Berjalan di barisan paling depan adalah grup ondel-ondel yang menari. Rombongan berkeliling kampung sambil diiringi rebana ketimpring.
Sebelum bengkong dengan peralatan sunatnya beraksi, biasanya orang tua si anak lebih dulu datang menghiburnya, menanyakan apa yang diinginkan si anak. Si pengantin sunat akan meminta sesuatu barang yang disukainya, misalnya sepedah atau yang lainnya.
Selain itu, di sisi si anak disajikan meja yang terdapat 'bekakak ayam lengkap dengan nasi kuning dan buah-buahan. Bekakak ayam adalah ayam panggang yang tidak dipotong-potong dan setelah sunat akan dimakan bersama teman-teman sebayanya yang hadir.
Selesai dipotong, pantangan bagi anak yang disunat adalah tidak boleh makan ikan asin dan masakan yang dicampur udang. Dia juga tidak boleh melangkahi tahi ayam. Entah apa hubungannya antara melangkahi tahi ayam dan sunat. Jelas, anak-anak yang sunat tidak berani melangkahi tahi ayam. Entah apa hubunganya antara melangkahi tahi ayam dan sunat. Itu dikatakan sebagai pamali.
Setelah disunat, si anak akan memperoleh hadiah dari kakek, nenek, encang, encing, keluarga, dan para tetangganya. Hadiah itu bermacam-macam jenisnya, tapi yang utama adalah uang. Setelah itu, dilaksanakan selametan atau tahlilan, termasuk muludan. Memang itu adalah sebuah tradisi dari orang Betawi. Bahkan ketika sudah mengalami kemajuan si bocah sunat ditanggapin hiburan tanjidor, muski samrah, pikep, organ tunggal atau layar tancep.
Kemudain uang yang diperoleh dari hasil pemberian sanak keluarga biasanya dibelikan barang atau hewan kesukaan si anak. Hewan yang biasa dibeli misalnya ayam jago atau ayam biang supaya dapat beranak pinak. Atau juga kambing betina dan dipelihara maroan dengan tetangga. Selama menjalani masa sunat hingga penyembuhan biasanya mengenakan sambuk kelapa pada lilitan kain agar tidak menyentuh kemaluan yang habis disunat. Si sunatpun diwajibkan membawa geprek sapu lidi dan bamboo bulu sebagai penangkal roh jahat. Karena penganten sunat konon sangat disukai mahluk dari dunia lain.
Crew Lebaran Betawi 4 Pondok Melati
Penanggung Jawab : Camat Pondok Melati, Kapolsek, Kodim, Para Lurah se Kecamatan Pondok Melati
Penasehat Acara : KH. Rahmadin Affif – Ketua Yayasan Fisabilillah (Yasfi), Sarin Sarmadi – Ketua KOASI
Ketua Panitia : Syamsudin
Sekretaris : Liyan Habiburahman
Bendahara : Nur Ali Akbar
Sutradara Acara : Majayus Irone (Aki Maja)
Master of ceremony : Nian Elgangga, Enny Prasodjo, Mpok Karlin, Bang Muhyi
Pendukung : Yasfi, Koasi, Pemkot Bekasi, Disparbud Kota Bekasi,Indosat, Bank BJB
Media Patners : Pillarrepublik, Radio Elgangga, Radio Dakta 107FM, Tabloid Danta, B Guide, Go Bekasi,Suara Pena.com, Radar Nusantara,Ruang Indonesia, SCTV, MNC TV, Jak TV,Kompas.com. Cendana News, Raza News dll.
Pengisi Acara : Grup Lenong Sasak Jikin, Grup Topeng Bocah, Marawis, Para Jawara.
Bintang Tamu : Dr. Rahmat Effendi (Walikota Bekasi), Dr.Tri Adhianto (Wakil Walikota), Ridwan Saidi (Budayawan), Mardani Alisera (Tokoh Nasional), Mahfudz Abdurahman (Tokoh Nasional), Beky Mardani (LKB)
Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama dengan seluruh masyarakat Kecamatan Pondok Melati dan Ormas serta LSM. (Rosidi)
Tags
Jabodetabek