Airlangga Hartarto memiliki darah Pasundan
Jakarta (wartamerdeka.info) -
Uwa atau paman Airlangga, Letkol Eddy Sukardi merupakan pahlawan kemerdekaan asal Jawa Barat, yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kota Sukabumi.
Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis, mengatakan, bahwa uwa-nya yakni, Letkol Eddy Sukardi memimpin pertempuran di tanah Pasundan pada tanggal 9 Desember 1945.
Sejarah mencatat keberanian dan perjuangannya semasa perang kemerdekaan sebagai salah satu komandan gerilyawan Indonesia yang disegani militer Inggris pada 1946.
Ketua Umum DPP Partai Golkar yang juga
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, ternyata
memiliki dan mengalir darah Pasundan.
Uwa atau paman Airlangga, Letkol Eddy Sukardi merupakan pahlawan kemerdekaan asal Jawa Barat, yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Kota Sukabumi.
Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis, mengatakan, bahwa uwa-nya yakni, Letkol Eddy Sukardi memimpin pertempuran di tanah Pasundan pada tanggal 9 Desember 1945.
"Pertempuran
9 Desember 1945 di Bojongkokosan yang dipimpin oleh Letkol Eddy Sukardi
ditetapkan sebagai hari juang Siliwangi," kata Airlangga saat bincang
santai bersama tokoh adat Sunda dalam forum silaturahmi di Jakarta.
Airlangga juga mengungkapkan, Hari Juang Siliwangi guna menghormati jasa uwa-nya tersebut telah ditetapkan sejak tahun 2004.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, dipilihnya nama uwa dari Menko Airlangga untuk nama jalan di Sukabumi lantaran menghormati jasa Letkol Eddy Sukardi.
Eddy
Sukardi diketahui berjasa selama masa perang kemerdekaan RI. Saat
menjabat sebagai Komandan Resimen III TKR dengan pangkat Letnan Kolonel,
Ia memimpin perang terhadap pasukan sekutu yang dipimpin Inggris, di sepanjang jalur Bojongkokosan, Sukabumi-Cianjur.
Dalam
pertempuran yang terjadi Desember 1945-Maret 1946, Eddy dan pasukannya
berhasil membuat tentara Inggris, dan pasukan Gurkha, kocar-kacir.
Banyak
serdadu yang gugur. Bahkan 150 kendaraan tempur hancur, termasuk tank
Sherman, kendaraan tempur legendaris dalam Perang Dunia II.
Akibat
kerugian itu, membuat parlemen Inggris marah karena banyaknya korban
dari pihak mereka. Peristiwa itu dikenal sebagai Palagan Bojongkokosan.
Selepas
perang Eddy sempat menjadi panglima di Kalimantan. Ia mengakhiri
kariernya sebagai tentara pada 1957 dengan pangkat kolonel. Pada 5
September 2014, Eddy meninggal dunia di Bandung.
Sejarah mencatat keberanian dan perjuangannya semasa perang kemerdekaan sebagai salah satu komandan gerilyawan Indonesia yang disegani militer Inggris pada 1946.