Life is a Choice and Self Instrospective


Oleh : Drs. Sjahrir Tamsi, M.Pd 

(Kepala UPTD SMKN 1 Tapalang Barat)


Hidup adalah sebuah Pilihan, dan tidak seorang pun di dunia ini "be free" terbebas dari  "case" atau masalah. Di saat yang bersamaan, hidup juga penuh pilihan. Artinya, satu masalah yang dihadapi memiliki banyak pilihan jalan keluar atau solusi. Tentu saja setiap pilihan memiliki konsekuensi berbeda, yakni bisa terbaik, cukup baik, buruk, atau bahkan fatal. Karena itu, perlu self instrospective atau introspeksi diri. 


Sayangnya, banyak orang yang tidak mampu melihat dan menerima pilihan yang beragam. Akibatnya, mereka hanya memandang dari satu perspektif dan menutup mata terhadap jalan-jalan (pilihan-pilihan) yang lain. Hal ini sangat berbahaya. Sebab, sikap tutup mata terhadap pilihan-pilihan lain hanya akan memperburuk masalah hingga menimbulkan stres dan depresi.


Aktivitas sehari-hari tidak lepas dari kinerja otak yang dengan ajaibnya dapat mengatur keseharian kita sebagai manusia. Entah itu dalam mengerjakan kalkulus hingga sekadar memilih tempat makan siang, keduanya melibatkan pikiran yang melalui ragam pilihan. 


Tak hanya itu, manusia sendiri merupakan salah satu makhluk hidup yang memiliki kemampuan berpikir secara rasional. Dengan kemampuan tersebut, manusia sanggup hidup berkelompok, mengonsep negara, bahkan menciptakan teknologi yang dapat membawa pada perkembangan atau kemusnahan. 


Dengan segala hasil capaian itu, tak ayal manusia dapat menjelajahi angkasa dan menyelami alam semesta. 


Namun tidak perlu jauh-jauh, harapan tentang masa depan yang begitu jauh untuk digapai nyatanya berada dekat dengan diri sendiri.


"Berani memilih maka Berani pula untuk tanggung konsekuensinya, itulah bedanya antara manusia dengan makhluk yang lain (hewan)"


Perbedaan antara manusia dengan makhluk yang lain (Hewan), diantaranya:


1. Hanya manusia yang diberi kesempatan untuk memilih. 


Manusia bebas memilih makanan sesuai dengan selera dan hobinya, bisa memilih makan coto, ikan bakar, tahu, tempe, dan lain lain, sedangkan hewan, atau kambing misalnya sedari dulu hingga sekarang dan sampai akan datang pun makanannya hanya rumput. 


Coba bayangkan kalau kambing diberi kesempatan juga untuk dapat memilih varian makanan. Misalnya apabila kambing juga punya keinginginan untuk makan coto, ikan sebagaimana kita manusia.


Apa kata dunia...?


Manusia dipersilahkan untuk memilih pekerjaan, hoby, teman, bidang keahlian, program keahlian, konsentrasi keahlian pada SMK, dan jurusan pada perguruan tinggi, tempat kuliah dan lain lain sesuai dengan keinginan, minat dan bakatnya masing-masing.


2. Manusia harus siap menanggung konsekuensi dari hasil pilihannya. 


Dekat api maka niscaya kepanasan. Berani makan yang pedas, maka dipastikan kepedasan. berani makan nangka, maka berani pula tanggung resiko kena getahnya. 


Berani memilih profesi sebagai guru atau pendidik, maka berani tanggung konsekuensinya seperti harus siap hadir tepat waktu mengajar, harus membuat perangkat pembelajaran seperti RPP, atau modul ajar, dan lain lain. Disaat masih bujang, itulah kesempatan seseorang untuk memilih-milih pasangannya. 


Akan tetapi pada saat sudah menentukan pasangan hidup, dan setelah akad nikah, maka tertutuplah kesempatan untuk memilih-milih lagi atau membanding-bandingkan. Kita harus tanggung segala konsekuensi untuk menerima pasangan hidup sebagai suatu ketetapan apa adanya,


"Berhati-hatilah dalam berpikir. Karena apa yang kita pikiran menjadi perkataan, perkataan menjadi perbuatan, perbuatan menjadi kebiasaan, kebiasaan menjadi nilai hidup, dan nilai tersebut menjadi takdir", (Mahatma Gandhi).


Sekilas, pemikiran yang datang dan pergi silih berganti itu menjadi sesuatu hal yang biasa dalam hidup. Namun, bila  pemikiran yang kita pilih itu menjadi takdir, tampaknya agak jauh dari kata masuk akal bila kita pikirkan secara mentah-mentah. Tentu saja pilihan untuk percaya atau tidak akan kembali ke tangan masing-masing. Tetapi, tentu tidak ada salahnya sedikit memahami konsep tersebut di atas dan menarik hal baik atau petik hikmah di dalamnya.


Di tengah ramainya kehidupan dengan berbagai pilihan, tanggung jawab, beban, hingga tekanan pun sering menjadikan kita menjadi mudah gelisah, galau dan gunda gulana atau sedih. Tuntutan hidup di dunia sering kali memberikan efek negatif kepada kehidupan manusia.


Oleh karenanya, perlu "introspeksi diri" dan menanyakan kembali esensi dari perbuatan yang diperlukan untuk melihat apakah pemikiran telah berada di jalur yang tepat dan benar. Hal ini dapat menjadi penentu setiap tindakan yang akan diambil agar tidak sembrono berdasarkan pada emosi, hasrat saja maupun bias yang tidak berdasar. Karena, sering kali kita sadar namun tidak menyadarinya.


Tentu mustahil untuk menentukan apakah pilihan yang diputuskan itu akan membawa dampak baik ataupun buruk di masa depan akibat ketidakpastian yang menyelimuti. Namun, di sisi lain, hanya diri kitalah yang mengetahui mana yang baik dan buruk bagi diri sendiri. Karena takdir, mimpi, dan perspektif seseorang adalah miliknya sendiri dan baginya pula untuk menentukannya. 


Tanyakan pada diri sendiri, (Introspeksi Dirilah). 


Referensi : 

Terinspirasi dari 

Keprihatinan yang menimpa Muhammad Amin, Pengawas Sekolah SMK di Provinsi Sulawesi Barat, Duitnya sebesar Rp. 200 Juta Lebih di Bank BRI Cabang Mamuju Raib, Wartamerdeka.Info. Kamis, 18 Mei 2023.


Editor : Aris Kuncoro

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama