Tomakaka Jambu bersama Maraqdia Pamboang
Oleh : Sjahrir Tamsi
Tomakaka adalah Piimpinan kaum yang disebut Kepala Suku. Peran Tomakaka sebagai pengayom yang berkewajiban memberi perlindungan kepada warganya. Dia wajib menegakkan keadilan sosial dan memberi rasa aman serta menjamin situasi dan kondisi masyarakat tetap harmonis.
Awalnya adalah kelompok masyarakat yang dipimpin oleh Ketua suku yang bergelar "Tomakaka" dan belakangan dikenal sebagai Tomakaka.
Keberadaan Tomakaka-Tomakaka itulah yang kemudian menata diri dan membentuk kerajaan di tanah Mandar yang terdiri dari : Tujuh Kerajaan hulu yang disebut “Pitu Ulunna Salu”. Selanjutnya : Tujuh Kerajaan muara yang disebut “Pitu ba’bana binanga” dan Tiga Kerajaan yang tidak bergabung pada kedua wilayah tersebut (wilayah netral), dinamakan “Kakaruanna Tiparittiqna Uhai” atau sering juga disebut “Karua Babana Minanga”.
Tomakaka Jambu bersama Arayang Balanipa dan Lembaga Adatnya
Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba’bana Binanga adalah aliansi beberapa kerajaan di wilayah Mandar, berdiri abad ke-16.
Kerjaan-kerajaan ini awalnya terbentuk sekitar akhir abad ke-15 (sekitar tahun 1580) setelah persekutuan kerajaan-kerajaan Bocco Tellu dan Appe Banua Kaiyyang, dan berakhir sekitar abad ke-18 (sekitar tahun 1860) setelah Belanda mulai masuk dan menjajah satu persatu kerajaan.
Kerajaan-kerajaan ini juga pernah jadi wilayah Vasal dari kekuasaan kerajaan Gowa-Tallo sekitar tahun 1612 – 1667, dan kerajaan Bone menanamkan pengaruh dan hegemoni sekitar tahun 1672 – 1737.
Semua kerajaan-kerajaan di Mandar ini saling menghormati pada bagian wilayah masing-masing dan saling membantu seakan-akan mereka sebenarnya satu wilayah layaknya satu negara kesatuan, karenanya beberapa ahli sejarah Mandar berpendapat bahwa kerajaan di Mandar tidak berbentuk kerajaan layaknya kerajaan lain yang memerintah dan berdaulat di daerah sendiri tapi melainkan Satu Kesatuan Wilayah yang saling menghormati.
Jelas sebelum empat belas kerajaan ini dikenal, di daerah pantai terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang satu dengan lainnya sudah memiliki hubungan.
Bahkan tersebutlah kerajaan yang paling besar dan menonjol ialah Kerajaan Passokkorang di Mapilli Polman. Kerajaan Baras di Mamuju dan Kerajaan Talotu di Malunda.
Selain itu di wilayah pantai dikenal pula kerajaan-kerajaan yang eksis jauh sebelum keberadaan kerajaan Balanipa. Bahkan dianggap "Cikal Bakal" berdirinya kerajaan Balanipa yang dipimpin oleh raja pertamanya, "Todilaling".
Menurut penelitian W.J. Leids, jauh sebelum kerajaan-kerajaan ini terbentuk, telah ada Model Kepemimpinan yang eksis kala itu disebut "Tomakaka". Menurutnya ada 41 Tomakaka yang tersebar di pantai dan pegunungan yang kemudian lebih dikenal dengan Pitu Ba'bana Binanga dan Pitu Ulunna Salu.
Tujuh kerajaan yang tergabung dalam wilayah Persekutuan Pitu Ulunna Salu adalah:
1 Kerajaan Rante Bulahang, raja bergelar Indo Lembang,
2 Kerajaan Aralle, raja bergelar Indo Kadaneneq,
3 Kerajaan Tabulahan, raja bergelar Indo Litaq,
4 Kerajaan Mambi
5 Kerajaan Matangnga, raja bergelar Indo Lembang,
6 Kerajaan Tabang, raja bergelar Indo Lembang,
7 Kerajaan Bambang, raja bergelar Indo Lembang.
Tujuh kerajaan yang tergabung dalam wilayah Persekutuan Pitu Baqbana Binanga adalah:
1. Kerajaan Balanipa, raja bergelar Arayang
2. Kerajaan Sendana, raja bergelar Arayang,
3. Kerajaan Banggae, raja bergelar Maraqdia,
4. Kerajaan Pamboang, raja bergelar Maraqdia,
5. Kerajaan Tapalang, raja bergelar Maradika,
6. Kerajaan Mamuju, raja bergelar Maradika,
7. Kerajaan Benuang, raja bergelar Arung.
Kerajaan yang bergelar Kakaruanna Tiparittiqna Uhai atau wilayah Lembang Mappi adalah sebagai berikut:
1. Kerajaan Allu
2. Kerajaan Tuqbi
3. Kerajaan Taramanuq
Referensi :
1. Rahmat Hasanuddin : Dari Afdeling Mandar ke Provinsi Sulawesi Barat.
2. Sjahrir Tamsi : Memaknai Peran Kakak Kepada Adiknya Dan Tomakaka Sebagai Panutan Dalam Masyarakat Pattae. Wartamerdeka.Info;
3. Sjahrir Tamsi : To-Makaka Dalam Diskursus Dunia. Wartamerdeka.Info;
4. WordPress.com : Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia.