Seri 10. Pernikahan dengan Pesta 7 Hari
Hari yang dinantikan akhirnya tiba, hari di mana YM. Sjamsi dan YM. Mirah resmi menyatukan cinta mereka dalam ikatan pernikahan. Pernikahan digelar dengan keagungan adat yang luar biasa, penuh dengan kemegahan dan simbol-simbol tradisi yang menjadikan momen ini tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Acara dimulai dengan prosesi adat yang panjang, dimulai dari pagi hingga siang hari. Kedua mempelai berjalan memasuki Balairung Pernikahan Kerajaan, diiringi alunan musik tradisional yang menggetarkan jiwa. Rakyat yang menyaksikan dari kejauhan bersorak bahagia, memberikan doa restu mereka.
Di tengah Balairung Istana yang megah, nampak kedua mempelai duduk di Singgasana berukir kemewahan tiada bandingnya. Singgasana itu dihiasi Emas Murni dengan ukiran motif tradisional yang melambangkan cinta, kebijaksanaan, dan kemakmuran.
YM. Sjamsi, usai pangkas rambut, kumis, jenggot dan cambangnya tampil dengan balutan busana adat kebesaran Kerajaan berwarna merah marun bersulam benang emas, gagah perkasa sebagai Pangeran muda dan Pria Idaman untuk semua. Sementara YM. Mirah nampak cantik dan anggun penuh pesona, mengenakan kebaya megah berwarna merah muda dengan selendang sutra berkilauan dan motif garis warna kuning emas. Cahaya lilin-lilin kristal di sekeliling mereka memberikan kesan bahwa mereka seperti malaikat dan bidadari yang turun ke bumi, menyempurnakan keindahan pelaminan mereka yang berlapis Emas.
Rangkaian acara inti pernikahan dipimpin oleh Raja sendiri, PYM. Tamsipe didampingi sejumlah Penasihat Kerajaan yang sangat dihormati yakni YM. Lebupe, YM. Hanispe, dan YM. Calabupe (Ketiganya Saudara Kandung Raja) dan para Tomakaka/Kepala Distrik, Perangkat Adat (Kali Adaq), disaksikan oleh para Dewan Adat, Keluarga Besar Kerajaan, dan rakyat dari beberapa Kerajaan Terdekat. Usai berdoa yang khusyuk dipandu oleh Tokoh Agama Kerajaan (Kali Adaq), Raja, PYM. Tamsipe Bertitah : “Hari ini, kita menyaksikan penyatuan dua hati, Ananda YM. Sjamsi dan YM. Mirah, yang akan menjadi teladan cinta dan keharmonisan bagi kita semua, dan Kehadiran Keluarga Besar Kami, YM. Sjamsi dalam Keluarga Besar YM. Mirah merupakan ikrar, Passitalliang dua Keluarga Besar yang kelak kemudian ; Nasiluang mo Sirondong Langi-langiq, Namepaqdisang Mesa Dzi Tappere Sallambar, Tassipande Peo'dong, Tassipadzundu Pelango, Tale Nasipelei Dipandaq Tale Nasialuppei Dziapiangang." (Pertalian dua Keluarga Besar yang niscaya kelak akan bersatu walau langit runtuh, akan tetap bersama menjalin kasih sayang walaupun hanya di atas selembar tikar. Tiada penghalang baginya untuk saling mengingatkan dalam meniti hidup dan kehidupannya di jalan yang benar dan hakiki).
Setelah "Akad Nikah" dilaksanakan, sorak-sorai dan tepuk tangan menggema memenuhi Balairung Istana Kerajaan. Para Tamu Undangan sesuai adat, budaya dan kebiasaan Istana Kerajaan, mengantre dengan tertib mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, mengiringi mereka dengan doa untuk kehidupan yang penuh berkah.
Tokoh Agama Kerajaan (Kali Adaq) menyampaikan Tausiyahnya Pernikahan :
Tujuan pernikahan bukan lah untuk merubah salah satu menjadi seperti yang lainnya. Akan tetapi, masing-masing dituntut untuk bisa memahami dan saling menerima perbedaan yang ada diantara keduanya, sehingga kebahagiaan dan ketenteraman bisa terwujud.
1. Surah Ar Rum Ayat 21
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: "Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ - ٤٩
Artinya: "Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)."
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: "Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui."
وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْ بَنِيْنَ وَحَفَدَةً وَّرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَتِ اللّٰهِ هُمْ يَكْفُرُوْنَۙ
Artinya: "Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik. Mengapa terhadap yang batil mereka beriman, sedangkan terhadap nikmat Allah mereka ingkar?"
Dalam hadits, Rasulullah SAW juga beberapa kali menjelaskan dan menegaskan pentingnya pernikahan.
Rasulullah SAW melarang setiap muslim berpacaran, "Janganlah laki-laki dan perempuan berdua-duaan, karena ketiganya setan menemaninya." (HR Bukhari Muslim).
Dalam riwayat lain, Abdullah bin Mas'ud RA mengatakan Rasulullah SAW bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وجاءٌ
Artinya : "Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng syahwat baginya." (HR Bukhari dan Muslim).
Pesta pernikahan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam, sebuah perayaan "Spektakuler" yang diisi dengan berbagai acara adat, tarian tradisional, dan hiburan rakyat.
Pada hari pertama, pesta dibuka dengan tarian tradisional yang menggambarkan perjalanan cinta kedua mempelai, dilanjutkan dengan jamuan makan malam mewah yang menyajikan hidangan istimewa dari seluruh penjuru Kerajaan.
Hari kedua diisi dengan Parade Budaya, di mana berbagai komunitas adat (Tomakaka/Kepala Distrik bersama Perangkat Adat dan Rakyatnya) menampilkan seni dan tradisi mereka sebagai bentuk penghormatan kepada pasangan pengantin muda.
Hari ketiga hingga keenam diisi dengan kompetisi olahraga tradisional, seperti pacuan kuda dan lomba panahan, yang menghibur para tamu sekaligus menghidupkan kembali semangat kebersamaan.
Pada malam ketujuh, pesta ditutup dengan pertunjukan kembang api yang menghiasi langit malam. Warna-warni cahaya yang berkilauan mencerminkan kebahagiaan yang menyelimuti seluruh negeri.
Dalam setiap momen perayaan itu, YM. Sjamsi dan YM. Mirah tak pernah berhenti memancarkan aura cinta yang kuat. Mereka tak hanya menjadi simbol kesatuan keluarga besar mereka, akan tetapi juga inspirasi bagi seluruh rakyat akan keindahan cinta sejati.
Pesta ini tidak hanya menjadi perayaan pernikahan dua insan, akan tetapi juga sebuah peristiwa sejarah yang akan dikenang sebagai salah satu pernikahan Kerajaan paling megah dan penuh makna sepanjang masa. (Bersambung)