Berubahnya Tatanan Pendidikan: Setuju Atau Tidak?

Oleh: Dr Ronny Gunawan

(Wakil Dekan FKIP Universitas Kristen Indonesia -UKI)

TATANAN hidup masyarakat Indonesia lebih cenderung pada kehidupan bersosial, di mana masyarakat lebih menyukai kehidupan berkelompok dalam satu tempat ketika melakukan satu kegiatan, seperti bekerja, belajar bersama, ibadah bersama dibanding melakukannya secara individu dalam satu tempat terbatas. 

Tatanan kehidupan seperti ini merupakan perilaku yang normal dan wajar dimiliki oleh masyarakat, karena masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang bukan hanya makhluk individu namun juga sosial, namun kehidupan berkelompok di masyarakat Indonesia lebih di nikmati oleh lapisan masyarakat dari segala kalangan ekonomi. 

Tiba saatnya di tahun 2020 tepatnya Maret 2020, masyarakat dunia, khususnya Indonesia dikejutkan dengan Pandemi Covid 19, di mana Tatanan kehidupan berkelompok seketika dibatasi, bahkan diwajibkan untuk mengerjakan segala sesuatu (baik bekerja, belajar, ibadah) di rumah masing-masing, aktivitas di luar rumah dibatasi, bahkan di awal Pandemi, nyaris ditiadakan. 

Kegelisahan mulai terjadi di kalangan masyarakat, dari kehidupan berkelompok menjadi hidup secara individu. Interaksi manusia secara fisik mulai dibatasi dan diwajibkan berinteraksi melalui sentuhan teknologi, seperti rapat-rapat, belajar, bahkan ibadah menggunakan online dengan berbagai media. 

Perubahan besar sungguh terjadi dalam kehidupan manusia di bumi, tidak luput dunia pendidikan di Indonesia pun perlu merubah tatanannya. 

Di awal dunia pendidikan bisa merasakan kegembiaraan, tawa canda siswa (teutama siswa PAUD dan SD) di lapangan sekolah, merasakan panas mentari saat upacara dan olah raga, namun sejak Panemi masuk ke Indonesia, semua hilang sekejap. 

Dunia pendidikan seakan dipaksa untuk masuk Tatanan Baru, yakni Pola dan Strategi mengajar yang bersentuhan dengan teknologi mulai dari PAUD sampai Perguruan Tinggi.

Setuju atau tidak dunia pendidikan di Indonesia baik secara manajemen maupun akademik perlu merubah pola dari pertemuan kelas secara klasikal di sekolah, sekarang berubah menjadi kelas-kelas online (Daring). Tidak lagi terdengar suara sepatu siswa berlarian di lapangan sekolah, tidak lagi merasakan teriknya mentari pagi saat upacara dan olahraga. 

Dalam Tatanan baru, hanya terdengar suara-suara mengajar guru/dosen, teriakan siswa,  dari instrumen-instrumen teknologi, seperti HP dan laptop tanpa adanya interaksi fisik, bahkan seringkali guru/dosen, dan siswa/mahasiswa hanya menatap sebuah foto atau video di laptop dan gadget masing-masing sambil makan, minum, berkendaraan, bahkan tiduran. Interaksi guru/dosen, siswa/mahasiswa dibatasi dengan alat empat persegi dengan tombol-tombol yang bisa membawa fokus belajar berpindah tempat, yakni sekolah/kuliah sambil melakukan aktivitas lain bahkan bisa saja diselingi dengan menonton TV,menyetel Youtube, ataup chatting. 

Kehidupan tatanan baru ini juga dialami oleh masyarakat di daerah-daerah pedasaan, di mana wilayah-wilayah yang sulit sinyal (Susah Sinyal), sekolah-sekolah perlu bekerja keras menyajikan pengajaran bagi siswa, bahkan sampai saat ini masih ada sekolah yang belum menemukan strategi tepat dalam pembelajaran, di mana mereka masih berganung penuh pada tatap muka klasikal yang sebenarnya dapat membahayakan baik siswa maupun guru yang mengajar karena Virus Covid 19 terlalu kecil untuk dilihat oleh kasat mata. Namun apa daya karena keterbatasan teknologi dan Sumber Daya yang belum mumpuni untuk masuk dalam tatanan teknologi meskipun Pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyediakan Kuota bagi guru/dosen, siswa/mahasiswa. 

Namun, apa daya, kembali lagi bukan bicara kesiapan Sumber Daya, semuanya terletak pada tatanan lama dan kesiapan sarana prasarana pendukung pembelajaran. Kesiapan sarana prasarana pendukung pembelajaran mungkin dapat segera teratasi dengan kesigapan Pemerintah menyediakan semuanya demi Pendidikan di masa Pandemi. 

Bagaimana  mau atau tidak merubah tatanan pendidikan yang lama ke arah teknologi termasuk menyiapkan Sumber Daya yang mumpuni untuk beradaptasi dengan teknologi pembelajaran? Mau tidak mau, siap atau tidak siap, dunia pendidikan di Indonesia perlu mengikuti perkembangan sosial dan teknologi yang ada. 

Siapkah kita dunia pendidikan di Indonesia akan berubahnya Tatanan Pendidikan apabila Pandemi ini masih berlanjut lama? Jawabannya terletak pada kita semua baik pengelola sekolah/universitas, pendidik, siswa/mahasiswa, atapun orangtua/wali siswa. Pandemi ini bisa kita lalui apabila kita mau dan siap melaluinya.

Salam Bahagia dan Sehat!  

    

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama