MAMUJU (wartamerdeka.info) - Sejumlah bangunan bertingkat di kota Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, roboh akibat gempa susulan berkekuatan 6,2 skala Richter yang terjadi Jumat (15/1/2021) dini hari.

"Kami semua sudah berlari ke gunung, karena bangunan berlantai tiga di lingkungan kami telah ambruk ke tanah, masyarakat takut tsunami," kata Yahya, salah seorang warga di lingkungan Kasiwa, daerah padat penduduk Kota Mamuju.

Gempa di Mamuju berpusat enam kilometer timur laut Kabupaten Majene 2.98 LS-118.94 BT pada kedalaman 10 kilometer, juga merusak gedung rumah sakit Mamuju.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan tertulis BMKG yang diterima di Jakarta mengatakan bahwa hasil analisis menunjukkan gempa bumi dengan magnitudo 6,2 episenternya berada di darat pada kedalaman 10 km di koordinat 2,98 LS dan 118,94 BT atau sekitar enam km arah timur laut Majene.

Ia menjelaskan, jika memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya gempa bumi itu merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan naik dan menurut hasil pemodelan gempa tersebut tidak berpotensi menyebabkan tsunami.

Guncangan gempa dirasakan di daerah Majene, Mamuju pada skala IV-V MMI serta di daerah Palu, Mamuju Tengah, Mamuju Utara, dan Mamasa pada skala III MMI.

Pada skala III MMI getaran gempa dirasakan nyata di dalam rumah dan terasa seperti ada truk berlalu.

Pada skala IV MMI getaran gempa pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta menyebabkan gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi.

Getaran pada skala V MMI dirasakan oleh hampir semua penduduk, membuat orang banyak terbangun, serta menyebabkan gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang.

Bambang menjelaskan bahwa sebelum gempa utama dengan magnitudo 6,2 BMKG mendeteksi satu aktivitas gempa bumi pendahuluan dengan magnitudo 3,1.

Selain itu, BMKG mendeteksi beberapa gempa susulan. Hingga pukul 02.20 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya enam kali gempa bumi susulan dengan magnitudo maksimum 4,1.

Menurut Bambang, gempa bumi tersebut masih merupakan rangkaian gempa dengan magnitudo 5,9 yang terjadi pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB.

Ia mengimbau warga di daerah sekitar pusat gempa menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa serta memastikan bangunan tempat tinggal mereka aman, tidak mengalami kerusakan akibat getaran gempa yang dapat membahayakan kestabilan bangunan, sebelum kembali ke dalam rumah.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat sendiri, masih mendata kerusakan akibat gempa bermagnitudo 5,9 yang mengguncang wilayah Kabupaten Majene dan guncangannya terasa hingga di Kabupaten Mamuju pada Kamis.

"Sampai saat ini anggota kami masih menginventarisir kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa magnitudo 5,9 di wilayah Kabupaten Majene yang guncangannya terasa sangat kuat hingga di Mamuju," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Mamuju Ali Rachman.

"Dari informasi yang kami peroleh, kerusakan cukup singnifikan di wilayah Kecamatan Tapalang, tetapi anggota kami masih di lapangan untuk mengumpulkan data-data," tambahnya.

Ia menyatakan kerusakan akibat gempa 5,9 di Kabupaten Majene dan terasa guncangannya hingga di Kabupaten Mamuju tidak terlalu parah.

Namun ia mengakui adanya kerusakan parah pada salah satu bangunan di rumah jabatan Ketua DPRD Sulbar.

"Kalau kerusakan di Kota Mamuju tidak terlalu parah, tetapi memang ada rumah warga yang retak akibat gempa. Jadi, kami masih mendata dampak gempa tersebut," tuturnya.

"Terkait adanya salah satu bangunan di rumah jabatan Ketua DPRD Sulbar yang ambruk itu memang benar. Tetapi, apakah bangunan itu sementara dibangun kemudian ambruk akibat gempa atau memang bangunan sudah sudah selesai, itu yang baru kami cek," terang Ali Rachman.

BPBD Mamuju tambah Ali Rachman, meminta masyarakat agar tidak mudah menerima informasi yang tidak diketahui sumbernya.

Ia menyatakan bahwa sesaat setelah terjadi gempa, banyak informasi dari media sosial yang membuat masyarakat bertambah panik.

Akibatnya, sebagian warga panik dan berlarian untuk mencari tempat-tempat yang tinggi karena khawatir akan terjadi tsunami.

"Jadi, kami mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya informasi yang tidak jelas sumbernya. Pihak BMKG sudah menyatakan bahwa gempa tektonik itu terjadi di darat dan tidak berpotensi tsunami, tetapi masih banyak masyarakat yang panik," ujarnya.

"Kami juga sejak siang tadi, sudah terus mensosialisasikan agar masyarakat tidak panik namun tetap tetap waspada dan terus memantau informasi resmi dari BPBD dan BMKG," jelas Ali Rachman.

Gempa yang berpusat pada koordinat 2,99 Lintang Selatan dan 118,89 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak empat kilometer arah Barat Laut Kabupaten Majene dengan kedalaman 10 kilometer itu, terasa hingga di Kabupaten Mamuju dan beberapa wilayah lainnya di Sulbar, termasuk di wilayah Sulawesi Selatan.

Gempa susulan dengan magnitudo 4,9 kembali terjadi pada pukul 15. 00 Wita.

Saat terjadi gempa, warga di Kabupaten Mamuju sempat panik dan berhamburan ke luar rumah.

Bahkan, sejumlah warga berlarian dan mencoba mencari tempat yang tinggi karena khawatir terjadi tsunami.

Sesaat setelah terjadinya gempa, jaringan telekomunikasi juga sempat terputus beberapa saat.

Beberapa warung dan toko milik warga, termasuk minimarket hingga Kamis petang juga terlihat masih tetap tutup karena para karyawan khawatir masih akan terjadi gempa susulan.

 (Ant)