Universitas Trilogi Gelar Webinar UMKM Motor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Foto: Narasumber, MC dan Peserta Webinar UMKM Motor Perekonomian

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Trilogi, Jakarta Selatan menggelar Webinar bertajuk “UMKM Motor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada Masa Pandemi Covid-19”,.

Webinar ini merupakan Seri ke-3 dari Program Studi (Prodi) Ekonomi Pembangunan FE Universitas Trilogi, Sabtu, 25 September 2021, dengan zoom meeting dan link youtube, dari pukul 13.00-16.00 WIB. Acara dipandu MC, Nanda Adi Saputra dan diikuti 168 partisipan, terdiri dari para mahasiswa Universitas Trilogi, mahasiswa UNS Solo, maupun NTT, dan dari daerah lainnya. 

Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Dr. Ir. Mangasi Panjaitan, ME yang juga Ketua Program Studi (Kaprodi) Ekonomi Pembangunan, FE Universitas Trilogi mengatakan, tema ini masih tetap hangat dalam pembicaraan kalangan ekonom, apalagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi perhatian Pemerintah. Terutama di masa pandemi Covid-19, yang membuat perekonomian berbagai Negara terganggu, tapi UMKM masih tetap survive.

Dalam kesempatan sambutannya, Dr. Ir. Mangasi Panjaitan, ME juga menjelaskan, bahwa di Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Trilogi, para mahasiswa akan diajarkan menghitung dan mengolah data-data statistik. Hal tersebut akan berguna untuk melakukan analisis, baik dengan metode kuantitatif, maupun kualitatif.

Dikatakan Rektor Universitas Mpu Tanntular 2017-2019 ini, Prodi Ekonomi Pembangunan sudah siap juga dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dan ada mahasiswa yang berprestasi. 

“Dan baru saja ada mahasiswanya yang memenangkan Program Studi Mandiri, dengan kesempatan magang 6 (enam) bulan di PT Microsoft, sebuah perusahaan Internasional. Mahasiswa lainnya ada yang di OJK, KPPU, BPSD-Kemendagri, dan Kantor Nasional bereputasi,” ujar Alumni PPSA Angkatan XII tahun 2019 ini.

Memasuki sesi paparan, Keynote Speaker, Rektor Universitas Trilogi, Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D memaparkan bagaimana kondisi UMKM sebagai motor penggerak perekonomian indonesia, di Era pandemi Covid-19.

Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D menjelaskan kriteria UMKM berdasarkan UU No. 2008, dengan gambaran omset dan asset dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Dari bahan paparan ditunjukkan, dari total usaha bisnis Indonesia sebesar 64.199.606 unit dengan  omzet hingga dibawah Rp. 50 miliar per tahun, ada 99% mencapai dari seluruh usaha, menyumbang 57,3 % terhadap PDB, 97% tenaga kerja, namun hanya 14,4% terhadap ekspor non migas Indonesia.  

Dari paparannya, Mudrajad menunjukkan data, bahwa mayoritas Usaha Mikro sebagai penyumbang terbesar dari seluruh kategori usaha. 

“Usaha Mikro dengan omset 300 juta per tahun dan aset hingga Rp. 50 juta, memiliki presentase terbesar yaitu sebesar 96,68% atau 63.350.222 unit usaha. Ini menunjukkan kemampuan bertahan dari seluruh kategori, yang paling besar adalah usaha mikro,” ungkapnya.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM ini juga menjelaskan ciri-ciri Industri Mikro, Kecil dan Sedang, menurut BPS (2021) dengan masing-masing jumlah tenaga kerjanya yaitu: Industri Besar (100 orang atau lebih); Industri Sedang (20-99 orang); Industri Kecil (5-19 orang) dan industri Mikro (1-4 orang). 

Menurut Mudrajad dalam bukunya yang berjudul Ekonomika Industri Indonesia (Kuncoro, 2007), adapun Visi Industri Indonesia 2030 adalah “Industri manufaktur yang ditopang oleh struktur industri yang kokoh, dan perusahaan yang berdaya saing global, ramah lingkungan, dan berbasis kompetensi inti daerah”.

Pengarang 66 buku ilmiah seputar Ekonomi ini juga menguraikan bagaimana Visi itu akan dicapai, dengan berbagai strategi. Baik soal industri yang kokoh, berdaya saing global, maupun berbasis kompetensi inti daerah. Dalam Grand Design Pengembangan Industri, ada pendekatan top down dan bottom up, yang akan mengarah kepada Industri Prioritas Nasional dan Daerah, yang akan mencptakan ‘Sustainability Industries’.  

Adapun narasumber II, Ir. S. Benny Pasaribu, M.A., Ph.D, Dosen dan Ketua Senat Universitas Trilogi membawakan materi berjudul Peranan UMKM dan Koperasi sebagai Motor Penggerak Perekonomian Indonesia. Benny menguraikan mulai dari pertumbuhan ekonomi, hingga berbagai pengaruh penjualan para pengusaha UMKM saat pandemi Covid-19.

Dari data yang dipaparkan Anggota Komite Ekonomi dan Indiustri (KEIN) periode 2016-2019 ini, dia masih melihat masih timpangnya dukungan Pemerintah terhadap ekonomi lokal.

“Something wrong dengan kebijakan kita yang tidak berpihak kepada ekonomi lokal. Padahal, ekonomi lokal memiliki potensi besar, khususnya pertanan, kehutanan dan perikanan,” ungkapnya.

Lebih jauh, Benny Pasaribu mengungkap kondisi UMKM saat Pandemi, dimana dari 65,47 juta jumlah UMKM tahun 2019, dan 91,875 bekerja di usaha mikro. Dari 87,5% UMKM di indonesia, sebesar 93,2% mengalami dampak dari sisi penjualan.

“Dan sebanyak 40 persen dari UMKM itu mengalami penurunan penjualan antara 25-50 persen,” tandasnya.  

Dari berbagai tantangan dan peluangnya, mantan Anggota DPR RI ini mengatakan, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, dimana tantangan utamanya adalah, Literasi Keadilan Sosial. Berkaitan dengan, Literasi Techno Socio Preneurship; Literasi Keadilan Peran, dan Literasi Koperasi sebagai Wadah Ekonomi Rakyat.

Dari sisi ukuran pencapaian keberhasilan, Benny menyimpulkan apa itu arti Great Succes, yang bukan hanya persoalan mencapai ranking tertinggi saja. 

“Kesuksesan bukan hanya persoalan mencapai ranking tertinggi saja, karena itu bisa diperoleh karena akibat kegagalan atau kelemahan orang lain. Tetapi, kesuksesan sejatinya diukur dari keberhasilan mengaktualisasikan diri, hingga titik maksimum potensi yang dimiliki,” pungkasnya.  

Sementara itu, narasumber III, Prof. Dr. Hoga Saragih, ST., MT, Guru Besar IT dari Bakrie University, mengawali presentasinya  dengan menceritakan pengalamannya saat fit and propertest untuk meraih Dosen Berprestasi Kopertis III tahun 2016, yang membutuhkan inovasi dan gagasan besar.

“Konsep berpikir yang saya gagas adalah, jika saya seorang Dosen yang menjadi Profesor, maka saya akan jadikan generasi berikutnya, 10 Profesor, 100 Doktor, 1.000 Magister dan 10.000 Sarjana,” ungkapnya sambil tertawa.

Hoga Saragih juga mengatakan, bahwa tingkat literasi di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia. 

“Saya ambil contoh, ketika ada teman orang Switzerland membeli kamera. Saya perhatikan, hampir seminggu masih baca buku manualnya, tanpa langsung menggunakan kamera. Tapi saya, langsung saja jeprat-jepret. Tapi ketika ada suatu momen tidak ada yang bisa membantu memotret, si teman saya ini sudah langsung bisa setel kamera secara otomatis, dan kita bisa foto tanpa ada yang motret. Jadi, orang luar negeri itu sudah terbiasa baca dulu, baru menggunakan. Indonesia rendah literasinya,” tandasnya.

Dosen yang meraih Profesor di usia 40 tahun ini menjelaskan apa itu defenisi Literasi Digital, Elemen Literasi Digital, dan contoh-contohnya, termasuk Marketplace. Dia juga menjelaskan, demikian terbukanya peluang bagi kaum milenial untuk berkecimpung menjadi enterpreuneur, yang bisa memanfaatkan berbagai aplikasi media sosial. 

Namun Hoga berpesan, agar para milenial dapat menentukan terlebih dahulu, jenis UMKM apa yang menjadi passion, sehingga spiritnya lebih kuat. 

“Sebelum membuat UMKM, sadari dulu, bidang apa dari manusia yang akan dijadikan pilihan bisnis. Apa passion anda, supaya ke depan spiritnya lebih kuat,” tandasnya.

Usai paparan narasumber, moderator Dr. Ir. Mangasi Panjaitan, ME membuka kesempatan bertanya, khususnya dari kalangan mahasiswa. Setelah itu, ada pula pengumuman pemenang Lomba Poster Nasional tentang Ekonomi, yang diikuti para siswa dari seluruh Indonesia. (DANS)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama