Banyak Junior Sabam Sirait Merasa Kehilangan Atas Kepergian Sang Pejuang Demokrasi Itu

Alm. Sabam Sirait, anggota DPD R.I, Sang Pejuang Demokrasi dan Politisi Sejati

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Banyak junior Alm. Sabam Sirait (85 tahun) yang merasa kehilangan atas kepergian Sang Pejuang Demokrasi dan Politisi Sejati itu ke pangkuan Ilahi, Jum’at (29/09/2021) malam di RS Siloam Karawaci.

Para juniornya tersebut mayoritas dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), tempat Sabam Sirait pertama melabuhkan dirinya sebagai aktivis mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), lulus D II tahun 1958. Kiprahnya diawali dari mulai anggota, kemudian menjadi Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) GMKI Jakarta, hingga pernah menjadi Pengurus Pusat GMKI.

Selanjutnya, dia berkiprah di dunia politik, mulai dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan menjadi Sekjen tahun 1965. Hingga menjadi Deklarator Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan juga sebagai Deklarator Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 

Senator Indonesia, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) R.I dari provinsi DKI Jakarta itu, selama ini dikenal sebagai ‘Politisi Sejati’, mulai dari kiprahnya sejak tahun 60-an hingga akhir hayatnya. Sabam dikenal sebagai sosok yang teguh pada prinsip demokrasi dan berkeadilan, serta keberpihakannya yang kental kepada kaum lemah alias ‘wong cilik’.

Tentu banyak peristiwa yang dilaluinya, selama menjadi politisi yang berkiprah dalam kepemimpinan 6 (enam) Presiden sejak Indonesia merdeka hingga sekarang. Termasuk ketika sebelumnya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) R.I, hingga bertransformasi menjadi DPR R.I, dan beberapa kali menjadi anggota DPR R.I, maupun pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) R.I, dan terakhir anggota DPD R.I. 

Berbagai pihak menilai, kepiawaian Sabam Sirait terlihat dari ketangguhannya dalam menghadapi badai politik sejak Orde Lama, Orde Baru yang penuh dinamika, serta Orde Reformasi yang makin dinamis. Termasuk kelenturannya dalam melakukan lobi-lobi politik hingga selalu kritis terhadap Pemerintah, dalam menegakkan demokrasi yang berkeadilan.

Beberapa junior Sabam Sirait yang berhasil dihubungi dan merespons wartamerdeka.info, Minggu (03/10/2021) memberi kesan mereka yang sangat mengenal seniornya itu, dan banyak memetik tauladan darinya.

Prof. Dr. John Pieris

Prof. Dr. John Pieris, SH., MH., MS, Guru Besar Hukum Tata Negara (HTN) dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini mengatakan, sebagai bangsa merasa kehilangan seorang putera terbaik. 

“Sebagai bangsa, kita semua kehilangan seorang putrra terbaik, Sabam Sirait. Politisi tiga zaman, dari Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi ini dikenal sebagai seorang idealis, kritikus, humanis dan Nasionalis, yang memilih jalan hidupnya sebagai pejuang keadilan, kebenaran dan HAM,” ungkapnya Minggu (03/10/2021) di Jakarta. 

Prof. Dr. John Pieris yang pernah jadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) R.I dari provinsi Maluku (2 periode) ini mengatakan, Sabam Sirait hidup dan ikut serta merasakan dalam pergeseran dan pemantapan kekuasaan 7 (tujuh) Presiden RI, dari mulai Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi. 

“Dia menggunakan cara berpikir Karl Poper, yang dalam filsafat rasionalisme disebut dengan karakter rasionalisme kritis. Lalu mensublimasinya menjadi paradigma baru dan critical colaboration. Paradigma ini cocok dengan karakter masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” bebernya. 

Dikatakan Kaprodi Program Doktor Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini, Bung Sabam dalam pandangannya telah meletakkan budaya politik yang khas bagi bangsa ini.

"Memperbanyak teman dan mengurangi musuh. Namun jangan keliru. Beliau itu sangat kritis dan bisa marah, tapi tidak membenci. Dan, terbukti banyak sahabat di parlemen (DPR/DPD/MPR) bergaul akrab dengannya. Umumnya memberikan kesan yang sangat positif terhadapnya,” tandasnya. 

Bung Sabam, lanjut John Pieris, juga sering sekali mengkritik Pemerintah secara keras dan tajam, walau kemudian kembali tertawa kepada yang dikritiknya. 

“Ini saya alami ketika bersama  beliau selama 3 (tiga) tahun di DPD RI. Tapi setelah dia kritik secara keras, usai rapat, dia kembali tertawa dan menyalami para Menteri yang dia kritik keras itu. Saya banyak belajar soal perpolitikan darinya. Beliau memberikan sambutan di resepsi pernikahan saya, selain Dr. Abdul Gafur. Dalam sambutannya dia masih menasihati saya untuk tetap berjuang demi NKRI. Berpolitiklah yang santun dan berpihak kepada mereka yang tertindas. Itu pesannya ke saya waktu itu,” pungkasnya.

Pdt Saut Sirait

Adapun Pdt. Saut Sirait, M.Th, Dosen Sekolah Tinggi HKBP Pematang Siantar, Sumatera Utara mengatakan, Sabam Sirait adalah politisi yang tidak pernah mengandalkan ‘power exousia’ (latin: kuasa  yang minindih/ menindas). 

“Tetapi politisi yang mengunakan power dunamis, (latin: artinya menghidupkan). Meski pintar dan memiliki jaringan kekuasaan, beliau tidak menggunakan hal itu untuk tujuan-tujuan kepentingan diri sendiri. Tetapi sepenuhnya untuk perjuangan bagi kaum lemah, kecil dan terpinggirkan alias wong cilik,” ungkapnya di Jakarta (03/10/2021).  

Mantan anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) ini menjelaskan, Sabam Sirait meniru alam dalam melakukan tindakan politik. alam yang tidak pernah bohong, menipu, jahat, manipulatif dan memperkaya diri. 

“Dengan itulah dia memperjuangkan idealisme politiknya, sesuai konstitusi dengan tujuan negara yang adil, makmur, tidak diskrimatif, menghargai, menghormati dan mencintai semua orang tanpa pandang agama suku, jabatan, status dan profesi,” tandasnya. 

Dikatakan Saut Sirait yang juga pernah menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) R.I ini, Sabam menginginkan Indonesia yang demokratis, maju dan bermartabat dengan dasar Pancasila yang memuat semua prinsip yang dianut. 

“Beliau sangat mampu menghubungkan iman kepercayaannya dalam tindakan politiknya, dan sekaligus harapannya, yakni politik yang suci,” pungkasnya.

Dr. Diana Napitupulu

Sementara itu, Dr. Diana Napitupulu, S.H., M.H., M.Kn., M.Si, Dosen Magister Ilmu Hukum UKI mengatakan, mengenal sosok  bang Sabam Sirait karena suaminya pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI, yang sering berjumpa dan berdiskusi dengan beliau. 

“Selama berinteraksi dan berdiskusi dengan beliau dalam komunitas GMKI, saya menilai beliau sebagai sosok yang memiliki ‘sense of humor’ yang tinggi. Sehingga menilai  suatu kondisi, politik dan pribadi, dengan kata dan kalimat yang membuat semua yang berdiskusi tertawa dan cair,” kenangnya. 

Dr. Diana Napitupulu yang akarab dipanggil Dina ini juga mengatakan, Bang Sabam telah mengakhiri pertandingan dengan baik dan telah mencapai garis akhir dengan memelihara imannya. Selamat jalan Sabam Sirait…, katanya melalui pesan WA.

Bagi sejumlah junior dan kader lainnya, baik aktivis organisasi kemahasiswaan, organisasi masyarakat maupun organisasi politik, banyak mengungkap kesan terhadap sang Politisi Sejati ini. Di banyak WAG maupun Facebook, ungkapan masing-masing personal dapat kita amati sebagai bagian dari kedekatannya terhadap para juniornya, dimanapun ia berkiprah. 

Sabam Sirait meninggalkan seorang istri yaitu, dr. Sondang Sidabutar, MM serta anak dan menantu: Maruarar Sirait, S.IP / Shinta Triastuti br Sidabutar, SE; dr. Batara Imanuel Sirait, Sp.OG KFER / Tasya Purba, S. Si; Johan Sirait SH/Cynthia Margaretha br Sidabutar; Mira Sirait, S.Psi.  MSc/ Putra Nababan, BA. Beserta para cucunya: Marsahala Yoshua  Sirait, SH, Amaris Sirait; Ayra Sirait, Alaska Sirait, Alva  Sirait, Aubriel Nababan, Gabriel Nababan, dan Namora Nababan.

Adapun Riwayat Hidup Sabam Sirait, diuraikan berikut ini.

Lahir: Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatra Utara, 13 Oktober 1936 

Penghargaan : Bintang Mahaputra Utama.

Karier:

* Anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR)  periode 1967-1973

* Anggota DPR RI  periode 1973-1982

* Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPA-RI) periode 1983-1993.

* Anggota DPR RI periode 1992-2009

* Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), periode 2019-- sekarang

Partai Politik:

*Pejabat Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo): periode 1963-1967

* Sekretaris Jenderal Parkindo: periode 1967-1973

* Penandatangan Deklarasi Pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), tanggal 10 Januari 1973

* Sekretaris Jenderal PDI tiga periode: periode 1973-1976; periode 1976-1981; dan periode 1981-1986

* Pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan), September 1998.

* Anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan: 1998-2008

Kini semuanya tugas itu telah selesai baginya, dan ia harus menghadap ke Sang Penciptanya. Sebelum dimakamkan di TMP Kalibata, Sabam Sirait sempat disemayamkan di gedung Parlemen Senayan Jakarta. Selamat jalan Sang Pejuang Demoktasi, Politisi Sejati. (DANS)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama