Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap UNJ, Prof Dr Drs Agung Purwanto MSi Mendapat Ucapan Selamat Dari Menteri Hingga Gubernur Anies

Prof Agung Purwanto bersama 4 anak laki-lakinya; 2 mantu perempuan; dan 2 cucu

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Pengukuhan Prof. Dr. Drs. Agung Purwanto, MSi  sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Pendidikan Lingkungan Hidup Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta, mendapat perhatian sejumlah pihak, mulai dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rektor bahkan juga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Gubernur Anies Baswedan bahkan mengirimkan ucapan selamat secara khusus dalam bentuk video.

Agung Purwanto yang saat ini adalah  Koordinator Program Studi S-3 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Universitas Negeri Jakarta,  dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Pendidikan Lingkungan Hidup Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta,  pada Selasa (12/7/2022) lalu.

Menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul EM-SETS: Integrasi Pendidikan Lingkungan dan Teknologi dalam Pembelajaran Sains,  Agung Purwanto dikukuhkan melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nomor 34971/MPK.A/KP.05.01/2022, terhitung 01 Mei 2022.

Hadir langsung dalam acara ini Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Negeri Jakarta,Ketua dan Sekretaris Senat Universitas Negeri Jakarta,Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Negeri Jakarta, Para Ketua Lembaga, Para Dekan, Direktur Program Pascasarjana, dan Kepala Biro, Para Guru Besar dan Anggota Senat Universitas Negeri Jakarta, serta Walikota Jakarta Utara,  Dr. Ali Maulana, M.Si dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,  memberikan ucapan selamat secara daring.

Sedangkan, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan,  Alue Dohong secara khusus mengirim karangan bunga ucapan selamat atas pengukuhan Prof Agung sebagai Guru Besar tetap di UNJ.

Prof Agung bersama adik-adiknya. Prof Agung adalah anak tertua dari tujuh bersaudara

Dalam orasi ilmiahnya,  Prof Agung Purwanto menitikberatkan kajian pada Electronic Module berbasis Science, Environment, Technology, and Society. E-modules based on SETS (EM-SETS),  sebagai salah satu bentuk teknologi yang bisa digunakan untuk mengintegrasikan Pendidikan Lingkungan dalam Pembelajaran Sains. 

Diungkapkannya, pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang berdasakan pada prinsip-prinsip, proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep sains. Oleh karena itu pembelajaran sains dilakukan dengan penyelidikan dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep sains. Berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran sains akan memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman langsung yang bermakna. 

"Pembelajaran sains untuk sebagian besar siswa merupakan pembelajaran yang sulit, sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran," ujarnya.

Inilah orasi ilmiah yang disampaikan Prof Agung Purwanto:

Memasuki abad 21 yaitu abad dengan kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang cepat, berbagai perbincangan terkait abad 21 mulai menjadi topik utama. Berbagai perkembangan pada abad ini menuntut perubahan dan peningkatan kualitas. Perubahan tersebut mencakup kemampuan dan keterampilan hidup (life skills). Hal ini tentu sejalan dengan tuntutan dunia kerja pada masa mendatang. 

Dunia kerja abad 21 akan didominasi oleh penggunaan teknologi dan kebutuhan sumber daya manusia yang berbeda dengan sebelumnya. 

Bahkan dunia kerja abad 21 dapat dikatakan mengarah pada standar internasional. Tuntutan akan perubahan ini bertujuan untuk menciptakan seseorang yang memiliki kualitas dan kemampuan dalam menghadapi abad 21 ini. 

Abad 21 dapat disebut juga sebagai abad dengan (1) berlimpahnya informasi dan kemudahan dalam mengakses informasi dimanapun dan kapanpun (2); kemampuan komputasi yang terus berkembang; (3) alih fungsi pekerjaan menjadi lebih otomatis; (4) akses komunikasi yang tak terbatas ruang dan waktu. Tuntutan peningkatan kualitas dan persaingan dalam abad 21 menjadi poin penting yang perlu diperhatikan. Salah satunya yaitu tuntutan memiliki kemampuan dan kecakapan dalam keterampilan abad 21. 

Tuntutan abad 21 mengarah kepada terbentuknya pribadi yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman (Wojciehowski, 2018). 

Prof Agung bersama ibunda; istri; anak, mantu, dan cucu; kakak sepupu/ipar dan adik-adik kandung/ipar

Penyesuaian diri terhadap kebutuhan zaman sangat dibutuhkan dalam upaya menghindari ketertinggalan serta mempertahankan eksistensi diri. Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk tercapainya cita-cita bangsa meliputi kehidupan masyarakat sejahtera dan kedudukan yang sama dan terhormat dengan bangsa lainnya dalam aspek global, berdasarkan dibentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sosok mandiri, dan berkeinginan dalam mewujudkan cita-cita bangsanya. 

Sehingga dapat dikatakan tuntutan perubahan ini bertujuan dalam mempersiapkan pribadi yang berkualitas dan dapat beradaptasi dengan perkembangan abad yang ada.

Sejalan dengan hal itu, maka penting untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan zaman. Di abad 21 ini teknologi berkembang dengan pesatnya, sehingga abad 21 dikenal sebagai abad dengan pesatnya kemajuan teknologi. Abad 21 juga dikenal sebagai masa pengetahuan (knowledge age). Di abad ini upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai aspek lebih berbasis pengetahuan. Diantaranya upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based education), pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based social empowering), dan pengembangan dalam bidang industry berbasis pengetahuan (knowledge based industry) (Mukhadis, 2013).

Hal ini menunjukkan perubahan dalam bidang pemenuhan kebutuhan hidup yang berbasis pengetahuan, maka tentu berbeda pula kemampuan dan kualitas yang dibutuhkan. Menurut Wagner dalam Zubaidah (2016) sekurang-kurangnya ada 7 keterampilan dan kompetensi yang diperlukan siswa dalam menghadapi dunia kerja: 

(1) kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis; 

(2) Kerjasama dan sikap kepemimpinan; 

(3) kecekatan dan kemampuan adaptasi dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi; 

(4) memiliki daya usaha dan jiwa kewirausahaan; 

(5) komunikatif baik secara lisan maupun tulisan; 

(6) memiliki keterampilan akses informasi serta; 

(7) memiliki rasa keingintahuan yang besar.

Pesatnya perkembangan di Abad 21 juga diikuti semakin dinamisnya permasalahan lingkungan. Masalah lingkungan hidup, merupakan salah satu masalah besar yang mencemaskan saat ini. 

Pemanasan global, menjadi pembicaraan setiap hari. Kerusakan lingkungan hidup terjadi di mana-mana, baik dilakukan secara perorangan maupun korporasi. Aktivitas inilah yang membawa dampak negatif yang besar terhadap lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Lingkungan dapat berubah fungsinya karena berbagai faktor, salah satunya karena adanya era global. Dampak masalah lingkungan dapat dirasakan oleh seluruh penduduk bumi dengan adanya gejala-gejala alam yang menunjukkan ketidakwajaran.

Namun pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat seringkali tidak mempedulikan lingkungan sekitar. 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengucapkan selamat melalui video

Kepedulian hanya muncul dari perseorangan atau individu yang memiliki komitmen kuat terhadap kelestarian lingkungan. Atffield (2010) menilai orang yang tidak begitu peka pun sebenarnya masih dapat mempunyai keterlibatan lingkungan setempat atau adaptifnya, serta mempunyai tanggung jawab yang sama dengan orang-orang yang peka. Sistem nilai sosial budaya yang dikembangkan dalam keluarga, lingkungan sekolah, maupun masyarakat tampaknya belum bisa secara masif mengembangkan kemampuan individu dalam mengantisipasi permasalahan lingkungan. Padahal kebudayaan sebagai sistem nilai, merupakan seperangkat gagasan yang membentuk tingkah laku seseorang atau kelompok dalam suatu ekosistem.

Dalam Kegiatan Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSW) pada presidensi G20 Indonesia, Indonesia mengusung tiga isu prioritas yang penting untuk dikaji dan dibahas. Pertama, mendukung pemulihan yang berkelanjutan (supporting a more sustainable recovery). Kedua, peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim (enhancing land- and sea-based actions to support environment protection and climate objectives). Ketiga, peningkatan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim (enhancing resource mobilization to support environment protection and climate objectives).

Dalam tataran lingkungan yang lebih sempit, hal-hal tersebut seharusnya juga berintegrasi pada lingkungan keluarga dan sekolah. 

Proses penanaman karakter dan perilaku positif dapat dilakukan semenjak dini dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut diatas, maka endidikan lingkungan yang terintegrasi dengan teknologi kedalam pembelajaran sains memang dibutuhkan di abad 21. Sebagai contoh, diperlukannya teknologi bidang komunikasi dan informasi (yang sering diistilahkan dengan TIK) dalam proses yang menjembatani antara teori dan praktik/implementasi. TIK hadir sebagai fasilitator yang dapat menghubungkan dengan siswa, orang tua dan orang-orang di sekitarnya (Camargo et al., 2019). Ketergantungan masyarakat terhadap TIK sangat tinggi. TIK telah membawa banyak transformasi ke Pendidikan. Guru dan siswa dapat memperluas pengetahuan melalui pemanfaatan TIK. TIK telah merevolusi cara komunikasi manusia, dan merupakan teknologi paling mutakhir di zaman saat ini. 

Menurut konsep interaksi sistem sosial manusia dengan ekosistem (Marten, 2008, Gambar 1), sistem sosial meliputi segala sesuatu tentang manusia, populasi, psikologi, teknologi dan organisasinya yang membentuk perilaku. Ekosistem menyediakan jasa kepada sistem sosial. Informasi dapat berpindah dari ekosistem ke sistem sosial. Sebaliknya material, energi dan informasi dapat berpindah dari sistem sosial ke ekosistem sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia yang berdampak terhadap ekosistem. Manusia dapat memanfaatkan pengetahuan dan teknologi didalam pemanfaatan jasa ekosistem agar dapat meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem. Melalui teknologi manusia dapat melakukan modifikasi, inovasi dalam penggunaan sumber daya alam dari jasa ekosistem sehingga dampak dari aktivitas manusia terhadap ekosistem dapat ditekan seminimal mungkin. 

Pada Era Revolusi Revolusi Industri 4.0, terdapat 9 macam teknologi yang menjadi pilar utama, meliputi: Cybersecurity, Cloud computing, Horizontal and Vertical System Integration, Additive 

Manufacturing (3D Printing), Augmented Reality (AR), Simulation, Internet of things, Big Data, dan Advanced robotic (Russmann et al., 2015; Erboz, 2017; Vaidya et al., 2018). 

Dunia pendidikan juga tidak lepas dari pemanfaatan pilar-pilar revolusi industri tersebut. Pendidik melakukan upaya inovasi pembelajaran dengan membuat media pembelajaran yang memanfaatkan pilar revoluasi industri, contohnya adalah pembuatan media pembelajaran berbasis Augmented Reality (AR), selanjutnya pembuatan produk media pembelajaran dengan menggunakan Additive Manufacturing (3D Printing), pemanfaatan cloud computing, bid data dalam pembelajaran serta pemanfaatan Internet of things (IoT). Teknologi tersebut dapat menjadi sebuah alat yang dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga lebih mudah diterima dan dipahami. 

Dalam pendidikan lingkungan hidup juga dapat memanfaatkan teknologi-teknologi tersebut, agar informasi serta value berkaitan dengan lingkungan hidup yang ingin disampaikan dapat lebih mudah diterima dan dipahami siswa. 

Hasil survei penduduk Indonesia tahun 2020 mencatat jumlah penduduk Indonesia per bulan September 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa. Mayoritas penduduk Indonesia (Gambar 3) didominasi oleh generasi Z (generasi yang lahir tahun 1997-2012) sebanyak 74,93 juta jiwa (27,94%) (BPS, 2021a). 

Masyarakat generasi Z adalah masyarakat yang lahir antara tahun 1997-2012, saat ini berumur sekitar 8-23 tahun. Saat ini generasi Z sebagian besar statusnya adalah sebagai pelajar/mahasiswa. 

Karakteristik generasi Z antara lain lebih merasa nyaman dan tenang dengan lingkungan yang terkoneksi internet karena memenuhi hasrat untuk online, berselancar, berkreasi, berkolaborasi dan berbagi informasi sebagai bentuk partisipasi; generasi Z lebih suka berkomunikasi dengan gambar, ikon dan simbol simbol daripada teks sehingga tidak betah berlama-lama mendengarkan ceramah guru, lebih tertarik bereskplorasi melalui internet daripada mendengarkan ceramah dan penjelasan guru; generasi Z memiliki rentang perhatian yang pendek atau sulit berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama. Menyukai akses internet yang cepat misalnya smartphone dengan loading dibawah 7 detik, rentang perhatian manusia semakin pendek di kisaran 8 detik (Glum, 2015); generasi Z senang mempelajari hal-hal baru yang praktis, sehingga mudah berganti fokus dan konsentrasi belajarnya meskipun memiliki kecukupan waktu untuk mempelajarinya; generasi sekarang berinteraksi secara kompleks dengan gadget-nya seperti smartphone, tablet, ipod, desktop, dan laptop; generasi Z menyukai eksistensi virtual di medsos daripada di lingkungan nyata. 

Berdasarkan karakteristik tersebut maka integrasi teknologi di dalam pendidikan lingkungan mutlak diperlukan, agar tujuan dan misi dari pendidikan lingkungan hidup dapat tercapai seiring dengan perkembangan teknologi dan karakteristik pelajar saat ini. 

Masalah yang menyangkut lingkungan dari waktu ke waktu dirasakan semakin sulit dan kompleks, sedangkan kemampuan manusia untuk mengatasi masalah lingkungan tidak meningkat dan berkembang secara signifikan. 

Begitu juga dengan bahan ajar yang biasa digunakan di sekolah. Bahan ajar dalam kurikulum yang berlaku saat ini perlu dikembangkan dengan menggunakan pendekatan yang tepat untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang kompleks. 

Oleh karena itu, pendidikan lingkungan yang terintegrasi dengan pembelajaran sains dibutuhkan di abad 21 karena pembelajaran abad 21 membutuhkan berbagai inovasi, salah satunya yaitu pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Pendekatan science, environment, technology, and society (SETS) yang dalam konteks ini menekankan pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam pembelajaran sains, dapat menjadi sebuah inovasi. 

Pendekatan SETS bertujuan untuk membantu pembelajar tentang sains, perkembangannya, pengaruh lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Abualrob et al., 2013; Evans, 2013; Calado et al., 2018; Pickett et al., 2019; Santi et al., 2019). 

Salah satu penelitian yang kami lakukan yaitu pembelajaran dengan e-modul menggunakan pendekatan SETS pada mata pelajaran kimia yang merupakan bagian dari pembelajaran sains. Berbagai hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan perangkat pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. 

Penggunaan media berbasis teknologi seperti e-modul merupakan inovasi yang berpotensi untuk meningkatkan kompetensi siswa (Khasanah et al., 2017; Arthur et al., 2019; Miarsyah et al., 2019) berbasis elektronik media. 

Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa dengan kemajuan abad 21, penggunaan media berbasis teknologi sudah menjadi kebutuhan (Lai, 2016; Schuetz et al., 2018; Hunaepi et al., 2019; Istiyono et al., 2019). Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi ini dapat meningkatkan kemampuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kemampuan berpikir kritis dan keterlibatan siswa. E-modul yang dikembangkan dibuat dengan beberapa keunggulan dan kebaruan karena mengintegrasikan pendidikan lingkungan berbasis SETS. 

Salah satu keunggulan e-modul ini adalah dilengkapi dengan topik pembahasan yang lengkap namun dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, dilengkapi dengan gambar dan video yang akan memperjelas isi topik sehingga konsep topik yang akan dijelaskan dapat tervisualisasi dengan baik. 

E-modul ini juga dilengkapi dengan petunjuk untuk melakukan percobaan sederhana, soal-soal untuk menguji kemampuan pengguna serta diskusi sehingga pengguna akan segera mendapatkan feedback dari soal-soal yang sedang dikerjakan. 

E-Modul dengan pendekatan SETS pada topik elektrokimia untuk SMK yang dikembangkan ini layak untuk digunakan sebagai bahan ajar yang interaktif dan menarik serta dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri (Purwanto et al., 2020).

Penelitian terkait EM-SETS pada topik pembelajaran sains yang terintegrasi dengan lingkungan hidup, dibuat dengan mengkonversi draf e-modul dalam bentuk word menggunakan aplikasi Flip PDF Corporate untuk mendapatkan EM-SETS dengan tampilan flipbook. 

Pada tahap ini, integrasi pendidikan lingkungan dan teknologi melaluie-modul divalidasi sesuai dengan persyaratan kelayakan buku teks sesuai standar pembelajaran sains yaitu dari segi topik dan bahasa serta penyajian dan grafik atau disebut dengan media. 

Tahap ini menjadi penting dalam pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup, teknologi dan pembelajaran sains.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan sebesar 22% dari uji coba yang dilakukan. Penilaian yang diperoleh menunjukkan bahwa modul elektronik berbasis SETS yang dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran berdasarkan kurikulum serta indikator pencapaian kompetensi dasar. 

Dengan demikian e-modul berbasis SETS ini berpotensi untuk mengintegrasikan pendidikan lingkungan dengan teknologi pada pembelajaran sains.

EM-SETS pada topik yang dikembangkan dapat digunakan berulang kali, mudah dioperasikan, memiliki kualitas yang baik, dan dapat membantu pemahaman pembelajar. E-modul sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan berulang-ulang, membantu pembelajar mengulang dengan mudah bagian-bagian yang tidak dipahami. 

Dapat disampaikan bahwa pengintegrasian pendidikan lingkungan dan teknologi memiliki peran penting dalam pembelajaran sains. Pemanfaatan e-modul dengan pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (EM-SETS); dan berbagai jenis/produk teknologi maupun pendekatan pembelajaran lainnya; yang diintegrasikan dalam pendidikan lingkungan perlu terus dikembangkan dan diperluas dalam berbagai disiplin keilmuan, sebagai bagian solusi upaya penyelesaian masalah lingkungan yang ada. Inovasi dan integrasi teknologi dengan pendidikan lingkungan dalam pembelajaran mutlak diperlukan seiring dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan lingkungan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama