Nelson Pomalingo Paparkan Gambaran Umum Problema Danau Limboto

Jadi Keynote Speaker pada Seminar Revisiting the Values Inland Aquatic Ecoystem for Sustaible Management


BOGOR (wartamerdeka.info) - Danau Limboto merupakan salah satu dari 15 Danau di Indonesia yang dinyatakan kritis. Dan Danau Limboto masuk sebagai danau prioritas nasional sementara dalam penanganan terpadu oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Bagi Bupati Gorontalo Nelson Pomaligo, penyelamatan Danau Limboto harus benar-benar diseriusi oleh semua pihak. Sebab, Danau Limboto berfungsi sebagai sumber mata pencaharian warga sekitar danau.

Hal ini yang disampaikan Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo saat menjadi Keynote Speaker pada Seminar Revisiting the Values Inland Aquatic Ecoystem for Sustaible Management, di Salak Hotel-The Haritage, Bogor, Rabu (28/08/2019).

Kehadiran Bupati Nelson di tempat itu menghadiri undangan khusus dari international conference on tropical limnology tahun 2019 yang dilaksanakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Nelson menjelaskan, danau terbanyak di dunia berada di Indonesia dengan jumlah kurang lebih 804 danau. Berbagai problem yang menimpa danau-danau di Indonesia pun sering gerjadi, antara lain banjir, kekeringan, pencemaran dan sebagainya.

Oleh karena itu, kata Nelson, saat ini di Indonesia ditetapkan 15 danau kritis termasuk Danau Limboto yang berada di bagian utara Sulawesi tepatnya Provinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo.

Menariknya, jelas Bupati, kurang lebih 60 persen masyarakat Provinsi Gorontalo berada sekitar Danau Limboto. Sehingga bagi dia, mengelola Danau Limboto berarti mengelola 60 persen masyarakat Gorontalo.

"Hari ini Danau Limboto sudah rusak. 80 tahun silam luasnya sekitar 7000 Ha namun sekarang tinggal 3000 Ha. Kedalamanya pun tadinya 30 meter sekarang kurang lebih hanya 2-3 meter terjadi, itu artinya terjadi kerusakan yang besar," tutur Nelson.

Menurutnya, ada beberapa problema yang terjadi di Danau Limboto. Pertama, terjadinya  proses alam seperti sedimentasi setiap tahunnya sehingga mengakibatkan luas dan kedalaman danau berkurang.


"Kedua, banjir. Ketiga, berkaitan dengan kegiatan di sekitar danau, seperti aktivitas pertanian karena program jagung yang begitu besar mengakibatkan kerusakan, termasuk enceng gondok," ujarnya.

Berikut, Nelson menyampaikan, terkait potensi yang ada di Danau Limboto. Seperti adanya lahan sawah seluas 300 hektar, suplai ikan, keberagaman hayati, tempat transit burung dari australia dan pariwisata.

Maka dari itu, yang menjadi tantangan pemerintah daerah adalah, selain menanggulangi Danau Limboto namun pemerintah juga harus mempertimbangkan mitigasi bencananya.

"Maka apa yang harus dilakukan sebagai solusi? Pertama kita melakukan penataan di sepanjang danau, kedua rekayasa fisik dan vegetasi, ketiga melakukan kebijakan bersama, dimana kita punya gerakan penyelamatan danau, berikut di bidang perencanaan kita masukan dalam RPJMD, dan terakhir, dari sisi regulasi, danau Limboto sudah menjadi kawasan strategis tingkat nasional sehingga kami juga membentuk Perda terkait penataan danau limboto," pungkas Nelson. (Irf)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama