Mengenang KH Oemar Hasan, Dituduh Komando Jihad, Ditangkap Usai Sholat Ashar

 Oemar Hasan 
Oleh : W. Masykar
Wartawan wartamerdeka.info

Di era 70 dan 80an, nama Oemar Hasan kerap menjadi perbincangan masyarakat Lamongan. Selain dikenal sebagai sosok yang berpendirian teguh dalam mempertahankan prinsip, dia juga sangat kritis. Lelaki yang pernah menjabat ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) cabang Tuban dan PII cabang Malang hingga dua periode ini, kritisnya terhadap siapapun yang dinilai bertentangan dengan Islam, walau dengan pemerintah sekalipun.

Tak heran jika intimidasi dan isolasi pun pernah dirasakan, termasuk pengapnya penjara pernah dialaminya. Tapi toh tidak menyurutkan semangat lelaki kelahiran desa Pangkatrejo kecamatan Sekaran (kini masuk wilayah kecamatan Maduran) untuk selalu menebar dakwah, menyuarakan amar ma'ruf nahi Munkar.

Oemar Hasan bisa dikata sebagai salah satu dari bias dua fenomena kontradiktif yang terjadi pada awal Orde Baru, yakni, Islam memang sangat diminati dalam kehidupan masyarakat, sekaligus dipelajari, dan diamalkan. Namun dalam sisi politiknya sengaja dimatikan oleh penguasa.
Sadar atau tidak, penguasa saat itu menggunakan politik islam produk C. Snouck Hurgronje antara kurun waktu 1970-1990.

Kepada “Islam Politik” Orde Baru hubungannya diwarnai kecurigaan, dan kepada “Islam Ibadah” menunjukan kenaikan keeratan terus-menerus..
Sikap Penguasa saat itu, yang selalu membungkam Islam politik, termasuk ke­eang­ganan merehabilitasi Partai Masyumi, membuat banyak tokoh Islam kecewa.
Di Lamongan sendiri, ceramah-ceramah Oemar Hasan selalu membuat Penguasa gerah dan "marah". Dan benar, Penguasa
yang dikenal represif itu lantas menangkap Oemar Hasan. Tepatnya pada tanggal 3 Januari 1977, tepat seusai melaksanakan shalat Ashar.

Sudah bisa didug, penangkapan tersebut tanpa melalui pengadil­an yang fair. Dia kemudian dijebloskan ke penjara selama 7 tahun dengan tuduhan sebagai Ketua Komando Jihad, suatu organisasi yang disebut oleh Penguasa ingin mendirikan Negara Islam. Padahal sama sekali tidak ada tujuan mendirikan Negara Islam itu.
Belakangan diketahui bahwa Komando Jihad adalah organisasi bentukan pemerintah dengan tujuan menangkapi para dai dai yang dinilai kritis dan "membahayakan" terhadap pemerintah. (Membahayakan versi pemerintah, red).

Dalam sejarah bangsa ini, terbukti bahwa munculnya Komando Jihad itu terdapat upaya rekayasa politik. Selain ditandai munculnya Operasi Intelijen melalui Operasi Khusus, juga sangat jelas kelihatan pada proses peradilan yang berjalan tidak independen dan tidak transparan.

Saat itu, Rezim Orde Baru terbukti telah
menyalahgunakan kekuasaan dengan menempatkan aparat militer dan intelijen untuk merekayasa suatu drama politik yang menimbulkan korban pada kalangan Muslim.

Keteguhan dalam memegang prinsip dan istiqomahnya dalam berdakwah dalam diri Oemar Hasan juga tampak pada saat melewati tujuh tahun masa tahanan (penjara).

Suami salah satu tokoh Aisyiyah Lamongan, Dra Hj Sumu Zanarofah MAg, ini
tak mau berhenti berdakwah. “Hidup mulia dan berguna” adalah motto hidup Oemar yang menjadi pilar geraknya untuk terus-menerus melakukan pencerahan kepada umat.

Aktivitasnya selalu memberikan manfaat bagi umat dan masyarakat luas, terutama di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, di Desa Kesambi, Kecamatan Pucuk, Lamongan.

Biografi Singkat Oemar Hasan
dilahirkan di Desa Pangkatrejo, Kecamatan Sekaran (kini masuk Kecamatan Maduran), Kabupaten Lamongan, April 1943. Ayahnya M.Muhrajam, adalah Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Turi.

Ayah dan Ibunya keturunan kiai, sehingga pendidikan Oemar di waktu belia senantiasa bernuansa Islami.

Saat di Sekolah Rakyat (SR), lazimnya anak tokoh agama, dia juga merangkap pendidikan sekolah agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah. Sarjana Mudanya diselesaikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel di Malang, dan lulus 1967.

Sejak muda, Oemar sudah aktif di dunia pergerakan dan organisasi Islam. Saat di menempuh pendidikan di Sekolah Guru Agama (SGA) Tuban, dia telah diberi mandat oleh koleganya sebagai Ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Tuban.

Dinamikanya berorganisasi juga tak kunjung berhenti ketika dia meneruskan studi perguruan tinggi di Malang. Di tempat barunya ini dia juga dipercaya sebagai Ketua PII Cabang Malang, bahkan hingga dua periode.

Pada saat yang sama, dia juga aktif di Pemuda Muhammadiyah Malang, hingga dipercaya sebagai ketua (1963-1967). Selama di Malang inilah terjadi peristiwa-peristiwa penting Pemuda Muhammadiyah dalam konteks Jawa Timur.

Selain disibukkan dengan pembentukan Komando Kesiapan Muhammadiyah (Kokam) sebagai tindak lanjut pembentukannya di tingkat Wilayah pada 7 Oktober 1965.

Sepuluh hari kemudian, Oemar bersama elemen-elemen Muhammadiyah se-Malang Raya saling bahu-membahu menyiapkan acara deklarasi Kopas (Komando Tumpas G-30 S/PKI), di Batu.

Sekembali dari Malang, Oemar didapuk menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah Lamongan (1967). Saat itu, situasi Indonesia masih cukup panas, akibat pemberontakan PKI pada 1965. Sehingga, cukup banyak tantangan yang harus dihadapi Oemar sebagai pemimpin organisasi keislaman.
Terutama dalam menghidup-hidupkan kembali organisasi ini, setelah sebelumnya banyak yang “mati suri” karena intimidasi dan tekanan mental maupun fisik yang dilakukan oleh PKI.

Selain di Jawa, Oemar juga pernah mendapat tugas berdakwah di Sumatera, tepatnya di Tanjung Karang.

Pengalamannya di organisasi mengantarkannya mendapat amanat sebagai Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) setempat.

Saat itulah dia dipercaya oleh pemerintah setempat untuk menjadi pembantu Imam Rokhisdim (Rokhani Islam Kodim). Tugas pokoknya memberikan bimbingan dan pengajian agama Islam kepada para Tentara Negara yang beragama Islam.

Setelah masa tugasnya selesai, dia kembali ke Lamongan dan aktif di dunia pendidikan dengan menjadi guru di beberapa sekolah menengah dan sebagai Direktur PGA (Pendidikan Guru Agama) Sukodadi.
Selain itu, dia juga menjadi Direktur KUD di kecamatan Pucuk dan Wakil Ketua Pimpinan PDM Lamongan.

Dalam karir politik, Oemar Hasan pernah menjadi pengurus PPP Jawa Timur. Di awal reformasi, Oemar Hasan menjadi salah satu pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) di Kabupaten Lamongan dan sekaligus dipercaya sebagai Ketua Umum DPD PAN Lamongan periode 1999-2000. Karena itu suami dari tokoh Aisyiyah Lamongan, Dra Hj Sumu Zanarofah MAg, ini kemudian terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Timur periode 1999-2004.

Pada  22 Agustus 2007 lalu, KH. Oemar Hasan dipanggil sang Kholiq. Meski demikian, api semangat perjuangannya tidak padam. Keenam anaknya kini menjadi penerusnya; Ghilmanul Wasath, Qosdus Sabil, Rifma Ghulam Dzaljad, Ara Rifma Firdaus, Five Haura, dan Nice Durro.
(Dari berbagai sumber)

Sumber PWMU.CO judul : Oemar Hasan Korban Operasi Intelejen Komando Jihad, dan  ijin dari Najib Hamid, salah seorang Editor Buku Siapa & Siapa 50 Tokoh Muhamadiyah Jawa Timur, Jilid II, Editor Najib Hamid, Muh Kholid AS, dan MZ Abidin, Hikmah Press, Cetakan I: 2011. Juga salah seorang putranya, Qosdus Sabil. (*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama