Deklarasi PIKI Tegaskan Agar Kembali ke Marwah Pergerakan Salemba 10

Foto (ki-ka): Sandi Situngkir, Woro Wahyuningtyas, Evi Douren, Pdt. Penrad Siagian, mewakili para Deklarator PIKI saat Konperensi Pers (03/06/2021)

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Sejumlah kader dan mantan Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah, yang mengatasnamakan Presidium Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), menggelar Deklarasi  "Kembali Salemba 10", di Sekretariat PP GMKI, Salemba 10, Jakarta Pusat, Kamis (03/06/2021).

Dalam pernyataannya, Deklarasi PIKI " Kembali ke Salemba 10", yang dibacakan oleh mantan anggota DPP PIKI, Woro Wahyuningtyas dan Sandi Eben Ezer Situngkir, SH  menegaskan, agar PIKI ke depan itu kembali ke marwah historikal pergerakan yang sejak dari dulu memiliki benang biru dari Salemba 10. 

Sebagaimana dikutip dari bunyi Deklarasi dikatakan: Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia atau PIKI dari sejarahnya merupakan organisasi cendekiawan Kristen yang pertama kali dibentuk dan dilahirkan di Sekretariat Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jalan Diponegoro, Jakarta, pada tanggal 19 Desember 1963 oleh J. C. T. Simorangkir, Drs. R. A. Sual dan Ir. C. H. Debataradja dari UKI dan Dr. Peter Sumbung, Dr. Killian Sihotang, Pontas Nasution, Dr. Hamonangan Hutabarat, Victor Matondang, M. B. Sianipar, T. Pasaribu, Prof. Dr. Manasse Mallo, dan Lucy Khouw dari GMKI.

Bahkan sejarah mencatat bahwa PIKI merupakan salah satu dari sembilan lembaga Kristen di Tanah Air yang dikenal dengan Wali Songo Kristen Indonesia.

Semenjak lahir PIKI telah menjadi rumah bagi para intelegensia Kristen untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara serta gerakan oikumene di Tanah Air. Para pemimpin PIKI dalam jaringan benang biru telah memberi warna dalam perjalanan Bangsa Indonesia, bersama para cendekiawan Kristen.

Namun jejak sejarah dan spirit dilahirkannya PIKI tidak tergambar lagi saat ini. Hasil Kongres PIKI yang berlangsung  di Hotel Gran Melia,  Jakarta, pada tanggal 10-11 April 2021 meninggalkan sejumlah kegelisahan dan kekhawatiran PIKI tidak lagi berada di jalurnya yang mengemban spirit benang biru sebagaimana sejarah kelahirannya. Hal ini tergambar dari komposisi Pengurus PIKI Periode 2021-2024 yang beredar, yang tidak merepresentasikan warna gerakan Salemba 10.

Oleh karena itulah, hari ini kami mendeklarasikasi Gerakan Mengembalikan PIKI ke Salemba 10 untuk mengembalikan ke spirit sejarah dibentuknya PIKI dalam benang biru pergerakan, dan selanjutnya membentuk PRESIDIUM yang mengonsolidasikan kembali seluruh DPD dan DPC seluruh Indonesia dengan tetap dalam jaringan benang biru pergerakan.

Usai pembacaan Deklarasi, digelar Konperensi Pers, dengan 4 (empat) orang memberikan penjelasan. Mereka adalah: Sandi Eben Ezer Situngkir, Woro Wahyuningtyas, Evi Douren dan Pdt. Penrad Siagian.

Menjawab pertanyaan para awak media usai Koperensi Pers, soal apa sebab terjadinya Deklarasi hari ini, padahal April lalu baru selesai Kongres, Woro Wahyuningtyas mengatakan, salah satunya adalah karena dalam susunan kepengurusan DPP ke depan ini hampir 50% dari luar kader Salemba 10.

"Yang kami ketahui, sekitar 'fifty-fifty' komposisi pengurus yang sedang disusun itu, kader Salemba 10 dan dari luar. Bahkan ada yang masuk beberapa nama yang tidak dikenal oleh anggota Tim Formatur. Bagaimana mungkin mereka yang tidak mengerti dan memiliki benang biru pergerakan, menjalankan perannya sebagai pengurus ke depan? Tentu ini menjadi pertanyaan besar," kata mantan Sekretaris DPC GMKI Cabang Purwokerto ini.

Woro juga mengungkapkan, bahwa kurang terjalinnya komunikasi yang terbuka dan transparan, mengakibatkan adanya situasi yang tidak kondusif. 

"Bahkan sejak Kongres, komunikasi diantara kita sudah tidak kondusif. Sudah ada kesan menutup peluang bagi calon lainnya yang ingin tampil. Sebelumnya, ada calon yang hadir, tapi pas hari H Kongres, sudah tidak hadir lagi. Ada juga calon lainnya. Tapi, yang saya pahami, sudah dikunci dengan berbagai aturan yang dibuat di arena Kongres," tandasnya.

Menjawab soal apakah Deklarasi ini bisa dianggap sebagai aksi yang ingin menganulir keterpilihan dan Ketua Umum dan susunan pengurus yang sedang disiapkan, Woro mengatakan pihaknya bukan bermaksud memecah belah.

"Kami tidak ingin disebut memecah-belah. Bahkan kami menampik tudingan yang katanya 'itu kerjaan barisan sakit hati', sama sekali tidak ya. Buktinya, saya sebenarnya terpilih sebagai salah seorang pengurus yang sekarang. Tapi saya sudah mengundurkan diri kemaren, sebelum Deklarasi ini. Jadi sesungguhnya, kami ingin spirit Salemba 10 jelas-jelas kuat dalam pergerakan ke depan ini, dari kepengurusan yang ada," bebernya. 

Mempertegas penjelasan, Sandi Eben Ezer Situngkir, Sekretaris Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta (DPD PIKI DKI Jakarta) mengatakan, jika ada pihak yang ingin meninggalkan spirit Salemba 10 dengan berbagai lembaga keumatan Kristen yang tergabung didalamnya, maka itu dapat dikatakan sebuah ketidakbenaran.

"Sebab itu, mestinya tidak ada yang bisa mencoba meninggalkan spirit Oikumenisme dan Nasionalisme, yang menjadi benang biru PIKI bersama-sama dengan Lembaga-lembaga Keumatan Kristen dari Salemba Raya 10. Kami dari DPD DKI Jakarta, maupun dari kawan-kawan DPD dan DPC wilayah lainnya sangat berharap, agar PIKI tidak melenceng dari komitmen pergerakan dan perjuangannya selama ini," ungkap mantan aktivis GMKI Jakarta ini.

Sedangkan menjawab pertanyaan soal apakah Presidium akan mungkin berlanjut kepada Kongres Luar Biasa (KLB), Advokat muda ini mengatakan sangat tidak tertutup kemungkinan.

"Jika respons dari kawan-kawan DPD dan DPC di berbagai wilayah sangat menginginkan Presidium mengarah kepada KLB, demi menyelamatkan PIKI ke depan, maka itu bukan suatu hal mustahil. Dan itu juga saya kira tidak melanggar AD/ART,"  tandasnya.

Menjawab adanya tudingan bahwa Deklarasi ini disebut ingin membuat DPP Tandingan, Pdt. Penrad Siagian mengatakan itu sama sekali tidak benar.

"Kita sama sekali tidak pernah berkehendak untuk membuat DPP Tandingan. Bahwa kami ingin mengawal PIKI ke depan, dan mengembalikan warna pergerakan dari Salemba 10, itu jelas. Sebab itu, mari kawan-kawan yang terpilih sebagai pengurus, untuk bersama-sama komit menjaga rumah kita ini, agar tidak hilang spirit pergerakannya," tegasnya.

Dikatakan Pdt. Penrad, bahwa PIKI tidak pernah menjadi gerakan partisan, tapi menjadi gerakan yang memiliki ciri spiritualitas Salemba 10, dengan ke Kristenan yang Oikumenis serta Nasionalis.

"Sebab itu, dalam menentukan para pengurus, ada beberapa standar yang menjadi ukuran, antara lain soal moral, spirit itu tadi, soal etika dan lain-lain. Sehingga, ke depan PIKI tidak menjadi organisasi yang kontraproduktif bagi keimanan Kristen, Gereja, Bangsa dan Negara," tandasnya.

Adapun Evi Douren menegaskan, dirinya menangkap sinyal gelombang besar aspirasi yang menginginkan agar mempertahankan ciri PIKI sebagai rumah yang penuh dialog.

"Saya menangkap isyarat gelombang besar akan pentingnya menjaga warna PIKI sebagai rumah dialog. Jadi, bukan hanya keinginan beberapa orang ya. Ada banyak. Sehingga dengan dialog, kita bisa mengetahui pula, bagaimana profil kita di internal, dan bagaimana kita secara bersama-sama mengetahui profil PIKI di publik. Sebab itu, warna dari Salemba 10, menjadi ciri kita bersama dalam sikap kita ke depan," ungkapnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, diketahui ada 19 deklarator Presidium DPP PIKI, yang terdiri dari aktivis PIKI dan pengurus daerah. Mereka adalah: (1). Mamberob Yosepus Rumakiek, Anggota DPD RI atau Senator dari Papua Barat, yang juga Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI); (2). Audy Wuisang, Sekum DPP PIKI, yang juga mantan Sekum PP GMKI; (3). Prof Marthen Napang, DPP PIKI; (4). Febri Calvin Tetelepta, yang kini menjadi Deputi I Kantor Staf Presiden (KSP); (5). Sandi Eben Ezer Situngkir, Sekretaris DPD PIKI DKI Jakarta; (6). Heince Mangesang, DPP PIKI; (7). Benyamin Pinem, DPD PIKI Sumatera Utara; (8). Pdt Budi Hia, DPD PIKI Nias; (9). Pdt Penrad Siagian, DPP PIKI; (10). Arijon Manurung, DPD PIKI Jawa Barat; (11). Woro Wahyuningtyas, DPP PIKI; 12. Sonya Helen Sinombor, DPP PIKI; (13). Evi Douren, DPP PIKI; (14). DPD PIKI DKI Jakarta; (15). Seluruh DPC PIKI DKI Jakarta; (16). DPD PIKI Sulawesi Selatan (Sulsel); (17). DPD PIKI Jawa Tengah (Jateng); (18). DPD PIKI Lampung; (19). DPC PIKI Serang Banten.

Sementara sembilan Lembaga Keumatan dan Organisasi Kekristenan yang berbasis di Salemba Raya 10 yang dimaksud adalah: Gerakan Siswa Kristen Indonesia (GSKI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI), Persatuan Petani Kristen Indonesia (Pertakin), Kesatuan Pekerja Kristen Indonesia (Kespekri), Lembaga Kebudayaan Kristen Indonesia (Lekrindo), Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang kini menjadi Partisipasi Kristen Indonesia (Parkindo), Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), yang semua bernaung dan bersinergi dengan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), yang berlamat di Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat. 

Di sisi lain, isu yang beredar, Ketua Umum DPP PIKI terpilih, Dr. Putri Badikenita Sitepu, yang juga adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) atau Senator dari Sumatera Utara, diketahui bukanlah aktivis yang berasal dari Lembaga Keumatan Wali Songo yang berbasis di Salemba Raya 10, Jakarta Pusat. Apalagi diduga adanya indikasi yang ingin hanya memanfaatkan PIKI untuk kepentingan politiknya maupun kelompoknya, dengan menyusun pengurus yang tidak mengakar pada historikal benang biru Salemba 10. (DANS) 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama