Konsultan Pembangunan Perdesaan Qosdus Sabil Ragukan Usaha Pengembangan Sapi BB Di Lamongan

Konsultan Pembangunan Perdesaan Qosdus Sabil 

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Konsultan Pembangunan Perdesaan Qosdus Sabil meragukan usaha pengembangan Sapi jenis rumpun Sapi Belgian Blue (BB) di Lamongan. 

Seperti dijetahuu,  Kepala dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Sukriyah menyebut Lamongan merupakan salah satu tulang punggung pemasokan daging provinsi dan nasional. Dengan dikembangkannya Belgian Blue ini dapat meningkatkan populasi, sehingga  produksi daging sapi juga dapat meningkat. 

Sebagai acuan, Sapi Belgian Blue dikembangkan di Indonesia  sejak awal tahun 2016. Belgian Blue sendiri merupakan jenis rumpun sapi baru di Indonesia yang berasal dari Belgia Tengah. 

Sapi ini memiliki karakteristik unggul yakni otot ganda (double muscle), temperamen jinak dan mudah dalam penanganannya.

Konsultan Pembangunan Perdesaan, Qosdus Sabil meragukan usaha pengembangan Sapi jenis peranakan impor ini karena tidak efisien dan biaya tinggi, sehingga tidak akan bisa bersaing harganya dengan daging sapi impor.

"Budidaya pengembangan sapi jauh lebih baik dan strategis kalau menggunakan bibit sapi lokal yang jenis unggul, seperti Sapi madura, Bali atau Sumbawa," kata Qosdus, via WA. 

Menurut pria asli Lamongan yang tinggal di Jakarta ini, Lamongan perlu membuat area khusus peternakan sapi, misalnya dengan memanfaatkan lahan perhutani dan melibatkan Gapoktan di sekitar lokasi.

"Saya sudah meninjau kawasan peternakan dan pengapalan Sapi lokal di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang sama jenisnya dengan Sapi Sumbawa di lepasliarkan di Atambua. Ada keunggulan lokalnya, karena sesuai dengan iklim. Apalagi demand pasar terbesar adalah daging sapi lokal yang masih fresh (segar), "ungkap Qosdus Sabil. 

Jebolan IPB bidang Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah & Perdesaan ini, menyebut jenis Sapi peranakan impor, permintaan daging  lebih banyak untuk keperluan Supermarket, Restoran atau Hotel. 

Ditambahkan,  DKI memiliki BUMD yang mengembangkan peternakan sapi lokal di Atambua.

"Dan saya beberapa kali terlibat dalam penyusunan masterplan untuk pengembangan ekonomi di kawasan perbatasan," ungkapnya. (Mas)

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama