"Saya berpandangan bahwa membangun tradisi memakai batik harus terus digalakkan sebagai wujud penghormatan kita terhadap kearifan lokal, kecintaan kita terhadap produk dalam negeri, serta keberpihakan kita terhadap para pelaku ekonomi masyarakat bawah, khususnya industri kecil, sehingga perekonomian nasional kita menjadi semakin kokoh," kata Menperin saat menghadiri Puncak Peringatan Hari Batik Nasional secara virtual di Jakarta, Rabu (6/10/2021).

Menperin menyampaikan bahwa batik memiliki nilai seni yang tinggi sehingga sangat fashionable untuk digunakan dalam berbagai acara atau kegiatan baik resmi maupun kasual.

"Jadi, ada makna dan manfaat besar dalam kebiasaan atau tradisi kita menggunakan batik, baik dari aspek fesyen, aspek sosial budaya, maupun aspek ekonomi," tukas Agus,

Menperin memaparkan pentingnya batik tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh dunia.

Pada 2009, UNESCO memberikan pengakuan kepada batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya tak benda milik dunia pada bidang Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.

Menperin menceritakan, dalam berbagai kesempatan berkunjung ke berbagai daerah, oleh-oleh yang selalu menjadi incaran adalah kain batik lokal. Dengan demikian, dirinya memiliki banyak baju batik dengan beragam jenis, di antaranya batik Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Lasem, Cirebon, Tasik, Papua, dan sebagainya.

"Saking cinta terhadap batik, pada Maret tahun 2012 semasa saya masih menjabat sebagai anggota DPR RI, saya pernah mengusulkan agar dalam kegiatan-kegiatan resmi DPR anggota memakai baju batik, bukan jas," ungkapnya.

Sayangnya, usulan tersebut tidak disetujui. Namun, Menperin menyampaikan tidak pernah patah arang dalam menggalakkan pemakaian batik dalam keseharian.

"Saya ingin menyampaikan betapa pentingnya batik dalam kehidupan pribadi saya, selain keluarga tentunya," pungkas Menperin.

Sebagaimana diketahui, industri tekstil dan pakaian jadi merupakan satu dari lima kontributor terbesar sektor industri terhadap PDB nasional. Produk batik merupakan salah satu penyokong tumbuhnya sektor tekstil dan pakaian jadi tersebut. Industri kerajinan dan batik juga merupakan salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan.

Menurut data Kemenperin, sektor yang didominasi oleh Industri Kecil dan Menengah (IKM) ini menyerap tenaga kerja lebih dari 200 ribu orang dalam 47.000 unit usaha dan tersebar di 101 sentra di Indonesia.

Mengingat posisi strategis tersebut, sebagai bagian dari industri tekstil, industri batik masuk sebagai salah satu sub-sektor prioritas dalam implementasi peta jalan terintegrasi Making Indonesia 4.0.

Industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Industri batik Indonesia juga diyakini mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan produknya telah diminati pasar global. (An)