Tulisan ini memberikan panduan untuk mendidik dengan cara yang membahagiakan peserta didik, dengan penekanan pada prinsip dan strategi yang didukung penelitian. Mengadopsi pendekatan ini niscaya dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih produktif dan memuaskan perasaan atau membahagiakan hati peserta didik di sekolah.
Mendidik yang membahagiakan peserta didik adalah pendekatan yang tidak hanya berfokus pada transfer ilmu pengetahuan akan tetapi juga pada penciptaan lingkungan yang mendukung kesejahteraan emosional dan psikologis peserta didik. Konsep ini bertujuan untuk menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang menyenangkan, memotivasi, dan memupuk minat belajar yang mendalam dan membahagiakan peserta didik.
Bapak Pendidikan Indonesia yang juga adalah Pahlawan Nasional Indonesia sekaligus Pendiri Taman Siswa yakni "Ki Hajar Dewantara" menggunakan istilah “Taman” sebagai konsep pendidikannya. Taman berarti sebuah tempat bermain. Teduh, asri, tenang, dan tentunya menyenangkan juga niscaya kemudian akan tercipta rasa bahagia. Peserta didik tentu saja senantiasa gembira berada di taman, dan dengan senang hati menghabiskan waktunya di taman. Ki Hadjar Dewantara punya konsep pendidikan seperti sebuah taman. Pendidikan haruslah menyenangkan, terjadi proses kegembiraan di dalamnnya yang kemudian mewujudkan perasaan hati yang bahagia untuk semua orang.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) dalam laporan terbarunya menempatkan kebahagiaan sebagai pusat kebijakan pendidikan. Kebahagiaan di sekolah menjadi faktor penting dalam mengatasi krisis pembelajaran.
Ketika peserta didik dipupuk dengan pengalaman belajar yang membahagiakan di lingkungan sekolahnya, niscaya akan menjadi orang dewasa yang bisa bangkit, unggul, maju dan berdaya saing serta mampu terlibat secara positif dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan sekitarnya dan bahkan dunia luar.
Bagaimanapun, fondasi perdamaian terletak pada pikiran generasi mendatang. Lingkungan sekolah yang membahagiakan dan menumbuhkan pedagogi akan meningkatkan pengalaman belajar sehingga menghasilkan capaian pembelajaran/praktik dan bimbingan di sekolah yang baik.
Senada dengan Giannini, analis senior di Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Mario Piacentini, mengatakan, berdasarkan temuan dari penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, rasa memiliki (sense of belonging) dan hubungan sosial jadi pendorong utama kepuasan hidup peserta didik.
Pendidikan bukan hanya tentang prestasi akademis, melainkan juga mengenai pengasuhan secara keseluruhan.
Perhatian terhadap hubungan antara kebahagiaan dan pembelajaran perlu ditingkatkan. Peserta didik menjalin hubungan dengan teman-teman dan Pendidik atau Guru dan Tenaga Kependidikan lainnya di sekolah disertai dengan rasa aman dan rasa percaya diri.
Bahwa untuk meningkatkan kebahagiaan di sekolah dalam kebijakan dan praktik pendidikan, maka diperlukan Frekuensi yang sama untuk Cipta Kondisi Gerakan Nasional Sekolah Bahagia (happy schools) atau sekolah menjadi Gerakan Simultan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Dengan, mendesain Sekolah Bahagia dan menyenangkan dengan mengkondisikan sekolah agar bisa menyejukkan hati untuk semua; Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang penuh semangat dan memiliki etos kerja, integritas, disiplin dan selalu menyenangkan untuk semua; dan menciptakan Pembelajaran/Praktik yang aman dan menyenangkan; serta Peserta Didik yang penuh semangat dan memiliki Integritas dalam rangka untuk menerima dan memahami Implementasi P5 sesuai Kurikulum Merdeka (YM. Sjahrir Tamsi, SMKN Sulbar/Industri Kakao 2015 dan SMKN 1 Tapalang Barat 2021); "Berharap semua peserta didik yang sedang masuk sekolah mendapatkan suasana gembira, mendapatkan suasana bahagia. Untuk itu, tugas kepala sekolah, Guru atau Pendidik dan Pengawas Sekolah, perlu membangun frekuensi yang sama untuk menciptakan sistem pembelajaran agar peserta didik selalu bahagia dan selalu gembira dalam proses mengikuti pembelajaran/praktik di seluruh SMA, SMK dan SLB di Sulawesi Selatan ini,” (Prof. Dr. Zudan Arif Fakrullah, SH.MH. 2024);
Proses pendidikan dan pembelajaran harus berlangsung memikat dan menyenangkan hati peserta didik. Dalam mendidik dan mengajar, pendidik sejatinya tidak mengasingkan peserta didik dari kebahagiaan ”kekinian” yang penuh dengan dinamika dan spontanitas.
Kebahagiaan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting untuk mengatasi krisis pembelajaran. Cipta kondisi seperti ini, niscaya peserta didik senantiasa bahagia dan lebih termotivasi untuk belajar, berpartisipasi aktif dan berkontribusi positif dalam pembelajaran, demi capaian pembelajarannya yang lebih baik.
Secara lebih spesifik, Peserta Didik yang senantiasa dikondisikan dengan suasana bahagia ketika mengikuti proses pembelajaran atau praktik di sekolah akan memiliki motivasi belajar yang tinggi, mengalami peningkatan kesejahteraan mental, lebih aktif dan berpartisipasi positif dalam mengikuti semua kegiatan sekolah, memiliki hubungan sosial yang kuat dengan komunitas sekolah.
Pendidik sejatinya mendidik dan mengajar peserta didiknya dengan "Cinta dan Kasih Sayang". Pendidik harus menciptakan suasana yang menyenangkan, kondusif; situasi pembelajaran yang nyaman, mengayomi, penuh kasih sayang, tulus, dan ikhlas serta penuh rasa empati, bersahabat, terbuka, menyemangati, mengampuni, partisipatif dalam proses pendidikan dan pembelajaran atau praktik.
Sejatinya peserta didik dipandang dengan karakter dan keunikannya, bukan dilihat sebagai orang dewasa yang harus dipaksa menjalankan peran dan mempelajari nilai-nilai yang hanya berlaku bagi orang dewasa (Doni Koesuma, 2006).
Dengan proses pembelajaran yang membahagiakan "Berbasis Cinta dan Kasih Sayang", menghargai peserta didik sebagai pribadi yang unik, maka niscaya peserta didik merasa dicintai dan dihargai eksistensinya. Peserta didik merasa ”dimanusiakan” dan ini sungguh menyenangkan dan membahagiakan kita semua apabila dilakukan dengan sepenuh hati. Kenapa dengan hati..? Oleh karena sesungguhnya dari "Hati" lah semua ketulusan berawal dan bermulanya suatu keikhlasan untuk bisa menerima segala sesuatu apa adanya dan mensyukuri apa yang ada. Ketika manusia punya masalah, Allah punya solusi. Manusia punya kendala, Allah punya kendali.
Tugas manusia mengangkat kedua tangan dengan senantiasa berdo'a, biarkan Allah SWT yang turun tangan untuk mengabulkannya. Dan
amal yang paling disukai oleh Allah SWT yaitu ketika seseorang memberikan kebahagiaan dan kedamaian hati kepada orang lain, bisa saja berupa mengayomi, penuh kasih sayang, tulus, penuh empati, bersahabat, terbuka, menyemangati, mengampuni, partisipatif yang dimanifestasikan berupa bantuan moril dapat pula intervensi guru pembimbing dan konseling dengan memberikan semangat hidup dan bantuan tenaga atau fisik serta bantuan lainnya yang relevan dan menjadi alternatif solusi dengan kebutuhan dan permasalahan orang lain, sehingga niscaya kemudian akan terlepas dari semua keruwetan dan masalahnya.
"May Peace Abide in Our Heart".
Beberapa Prinsip Mendidik yang Membahagiakan Peserta Didik di Sekolah adalah sebagai berikut :
1. Penciptaan Lingkungan yang Positif.
Lingkungan sekolah yang aman dan positif sangat penting untuk kesejahteraan peserta didik. Menurut Cohen dan Sandy (2007), sekolah yang mempromosikan rasa keterhubungan, saling menghargai, dan dukungan emosional memberikan dampak yang signifikan terhadap motivasi dan prestasi belajar peserta didik.
2. Pendekatan Pembelajaran yang Berpusat pada peserta didik.
Pembelajaran yang berpusat pada Peserta Didik (student-centered learning) menekankan pada keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar. Dewey (1938) menekankan bahwa pembelajaran yang relevan dan terhubung dengan pengalaman peserta didik membuat mereka merasa lebih bersemangat dan terlibat.
3. Pengakuan dan Penghargaan.
Menghargai usaha dan pencapaian peserta didik, baik besar maupun kecil, dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka. Skinner (1953) menunjukkan bahwa reinforcement positif, seperti pujian dan penghargaan, menyapa dan mengusap/menepuk pundaknya niscaya dapat memperkuat perilaku positif dan meningkatkan keterlibatan Peserta Didik.
4. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas.
Melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pendidikan dapat memperkuat dukungan yang diterima peserta didik. Epstein (2001) mengemukakan bahwa keterlibatan orang tua yang aktif dalam pendidikan anak mereka berkontribusi pada hasil belajar yang lebih baik dan kesejahteraan emosional peserta didik.
5. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional.
Fokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional penting untuk membantu peserta didik mengelola emosi mereka dan membangun hubungan yang sehat. Durlak et al. (2011) menemukan bahwa program-program yang mendukung pengembangan keterampilan sosial dan emosional dapat meningkatkan prestasi akademik dan kesejahteraan peserta didik secara keseluruhan.
Adapun Strategi Implementasinya antara lain sebagai berikut :
1. Menerapkan Pembelajaran PAIKEM.
Menggunakan metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Komunikatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, Implementasi P5 atau simulasi dapat membuat pengalaman belajar lebih menyenangkan dan relevan bagi peserta didik.
2. Mengadaptasi Kurikulum.
Menyesuaikan kurikulum agar sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, serta memberikan kebebasan dalam memilih topik yang menarik bagi mereka, dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik.
3. Mengembangkan Program Kesejahteraan.
Program-program yang fokus pada kesejahteraan mental dan emosional, seperti konseling atau intervensi guru BK dan aktivitas relaksasi, dapat membantu peserta didik mengatasi stres dan kecemasan.
4. Menjalin Komunikasi Positif.
Menciptakan saluran komunikasi yang terbuka antara pendidik atau guru, peserta didik, dan dengan orang tua. Hal ini dapat membantu dalam menyelesaikan masalah dan merayakan pencapaian peserta didik.
Referensi :
YM. Sjahrir Tamsi, (2023. 2024) : Bahagia itu Indah bahkan Ibadah., Peran Parenting Terhadap Anak di Era Digital., Urgensi Membangun Komunikasi Menyejukkan Hati Terhadap Peserta Didik di Sekolah., Rasa Empati Menggetarkan Hati Manusia., Urgensi Cipta Kondisi Gerakan Nasional Sekolah Bahagia (GNSB).
Editor : W. Masykar