Oleh : YM. Sjahrir Tamsi
Pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam membangun sebuah bangsa yang beradab dan maju. Di dalam proses pendidikan, peran seorang Pendidik atau Guru tidak dapat diabaikan, sebab merekalah yang berada di garis depan dalam membentuk karakter dan intelektualitas generasi penerus bangsa. Maka dari itu, sangatlah layak jika Pendidik atau Guru dihargai dengan sapaan yang terhormat seperti "Yang Mulia" (YM). Sapaan ini bukan sekadar penghormatan, akan tetapi juga pengakuan terhadap dedikasi, pengorbanan, dan tanggung jawab besar yang dipikul oleh para Pendidik atau Guru. Mereka adalah "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa".
Makna dan Filosofi di Balik Sapaan "Yang Mulia" Secara etimologis : Istilah "Almukarrom" berasal dari kata "Mukarrom" atau "Mukarram" yang berarti "Mulia". Oleh karena itu, "Almukarrom" memiliki arti "Yang Dimuliakan" atau "Yang Mulia". Dalam tradisi, gelar Almukarrom biasanya disematkan kepada Tokoh Agama hingga Ulama yang dihormati dan disegani karena ilmunya, senioritasnya, serta perilaku dan akhlaknya yang menjadi teladan. Gelar ini juga kadang diberikan kepada mereka yang sudah teruji pengetahuannya serta pengalaman hidupnya, menjadikan mereka panutan dalam masyarakat.
Gelar Almukarrom tidak hanya merujuk pada Tokoh Agama, akan tetapi juga dapat diberikan kepada siapa pun yang dianggap "Mulia" karena ilmunya, perilaku, serta kontribusi mereka kepada masyarakat. Oleh karena Mukarram memiliki pengertian, definisi, maksud atau makna "Yang Mulia". Sehingga dalam konteks ini, maka sejatinya Pendidik juga layak menerima gelar tersebut.
Pendidik, layaknya Ulama, memiliki peran krusial dalam menyebarkan ilmu pengetahuan dan membentuk karakter masyarakat yang berakhlak. Mereka adalah individu yang pantas dihormati dan dimuliakan karena pengorbanan mereka dalam mendidik generasi penerus bangsa.
Pendidik adalah arsitek peradaban yang membangun pondasi bagi generasi muda. Tanpa bimbingan dan arahan mereka, sulit dibayangkan bagaimana suatu bangsa dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, “Setiap orang menjadi Guru, setiap rumah menjadi Sekolah.” Hal ini menekankan betapa pentingnya posisi Pendidik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sapaan "Yang Mulia" merefleksikan kedudukan istimewa. Ini memberikan pengakuan kepada Pendidik atau Guru sebagai figur yang tidak hanya mengajarkan ilmu, akan tetapi juga membentuk moral dan etika anak bangsa.
Pendidik sering kali bekerja melebihi jam formal yang ditetapkan oleh Satuan Pendidikan. Mereka menghabiskan waktu untuk menyiapkan bahan (modul) ajar, melakukan evaluasi, serta membimbing Peserta Didiknya di luar jam pelajaran. Tanggung jawab moral yang mereka emban dalam memastikan perkembangan intelektual dan moral Peserta Didiknya sangatlah besar. Penghormatan melalui sapaan "Yang Mulia" dapat menjadi simbol penghargaan terhadap komitmen Pendidik yang tanpa pamrih menghibahkan dirinya bagi kemajuan pendidikan.
1. Peran Sentral dalam Pembangunan Bangsa.
Pendidik adalah arsitek peradaban yang membangun pondasi bagi generasi muda. Tanpa bimbingan dan arahan mereka, sulit dibayangkan bagaimana suatu bangsa dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, “Setiap orang menjadi Guru, setiap rumah menjadi Sekolah.” Hal ini menekankan betapa pentingnya posisi Pendidik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sapaan "Yang Mulia" merefleksikan kedudukan istimewa, ini memberikan pengakuan kepada Pendidik atau Guru sebagai figur yang tidak hanya mengajarkan ilmu, akan tetapi juga membentuk moral dan etika anak bangsa.
Pendidik sering kali bekerja melebihi jam formal yang ditetapkan oleh Satuan Pendidikan. Mereka menghabiskan waktu untuk menyiapkan bahan (modul) ajar, melakukan evaluasi, serta membimbing Peserta Didiknya di luar jam pelajaran. Tanggung jawab moral yang mereka emban dalam memastikan perkembangan intelektual dan moral Peserta Didiknya sangatlah besar. Penghormatan melalui sapaan "Yang Mulia" dapat menjadi simbol penghargaan terhadap komitmen Pendidik yang tanpa pamrih menghibahkan dirinya bagi kemajuan pendidikan.
Seorang Pendidik tidak hanya bertugas menyampaikan pengetahuan, akan tetapi juga menjadi teladan dalam perilaku dan sikap. Pendidikan karakter yang diterapkan Pendidik atau Guru memiliki peran penting dalam membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, akan tetapi juga memiliki integritas dan rasa tanggung jawab sosial. Tanggung jawab ini menjadikan Profesi Pendidik atau Guru sebagai profesi yang "Mulia" dan layak mendapat penghormatan secara khusus.
Di beberapa negara, penghormatan terhadap Pendidik atau Guru ditunjukkan melalui sapaan formal dan ritual khusus. Di Jepang, misalnya, Pofesi Pendidik atau Guru sangat dihormati sehingga seorang Guru mendapatkan status yang hampir sama dengan seorang Tokoh Masyarakat. Hal ini menciptakan budaya penghormatan yang tinggi terhadap Pendidik atau Guru. Di Indonesia, meski belum ada sapaan khusus seperti "Yang Mulia" secara formal, sapaan ini dapat menjadi langkah awal untuk mendorong peningkatan apresiasi terhadap Profesi Pendidik atau Guru sebagaimana telah diterapkan Plt. Kepala Sekolah, YM. Sarifuddin, S.Pd.I., M.Pd. kepada semua Pendidik atau Guru pada UPTD SMKN1 Tapalang Barat Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, 2 September 2024. Dengan adanya penghargaan simbolis seperti sapaan tersebut di atas, diharapkan dapat memacu Pendidik atau Guru untuk terus meningkatkan kualitas dirinya, sekolahnya dan kualitas pendidikan secara umum.
Untuk mendukung penguatan status Pendidik di mata masyarakat, ada beberapa rekomendasi yang bisa dipertimbangkan :
1. Penetapan Sapaan "Yang Mulia" secara Formal.
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat atau lembaga pendidikan dapat mempertimbangkan untuk menetapkan sapaan formal seperti “Yang Mulia” disingkat "YM" di depan namanya bagi Pendidik atau Guru, baik dalam acara formal maupun sehari-hari. Ini akan memberikan citra positif terhadap Profesi Pendidik atau Guru dan meningkatkan rasa bangga bagi mereka yang menekuni profesi ini.
Penghormatan melalui sapaan juga harus dibarengi dengan penguatan status sosial Pendidik atau Guru di masyarakat. Ini dapat dilakukan melalui pemberian insentif, peningkatan kesejahteraan, dan kesempatan pengembangan diri bagi semua Pendidik atau Guru.
Dalam kurikulum pendidikan, penghargaan terhadap Pendidik atau Guru dapat menjadi bagian penting dari pendidikan karakter. Peserta Didik diajarkan untuk menghormati dan mengapresiasi Pendidik atau Gurunya sebagai figur penting dalam hidup dan kehidupan mereka.
Pendidik atau Guru adalah pilar penting dalam pembangunan bangsa yang beradab dan berkarakter. Menghargai mereka dengan sapaan "Yang Mulia" adalah langkah simbolis yang dapat memperkuat kedudukan mereka di masyarakat dan mendorong apresiasi lebih besar terhadap Profesinya. Pemberian sapaan ini bukan hanya sekedar formalitas, akan tetapi juga manifestasi pengakuan betapa besar tanggung jawab dan kontribusi pada Pendidik atau Guru dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.
1. Dewantara, Ki Hajar. Pendidikan. Yogyakarta : Taman Siswa, 1961;
2. Tilaar, H.A.R. Pedagogik Teoritis. Jakarta: Rineka Cipta, 2000;
3. Winataputra, Udin S. Pendidikan Karakter: Teori dan Praktik. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010;
4. Zuchdi, Darmiyati. Pendidikan Karakter untuk Bangsa. Yogyakarta: UNY Press, 2011;
5. Suryadi, Ace. "Profesionalisme Pendidik/Guru dan Tantangan Globalisasi Pendidikan." Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, vol. 16, no. 3, 2010, pp. 123-135;
6. YM. Sjahrir Tamsi : Peran Penting Kepala Sekolah sebagai Manajer. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2023;
7. YM. Sjahrir Tamsi : Kepala Sekolah : Kreatif, Inovatif, dan Penuh Empati. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2024;
8. YM. Sjahrir Tamsi : Kepala Sekolah : Kompeten dan Profesional. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2024;
9. YM. Sjahrir Tamsi : Memaknai Profesi Guru : Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2024;
10. YM. Sjahrir Tamsi : Peran Guru dalam Mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2024;
11. YM. Sjahrir Tamsi : Memaknai Hati Nurani Dalam Meniti Hidup dan kehidupan se Hari-hari. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2023;
12. YM. Sjahrir Tamsi : Komunikasi Adalah Cara Utama Dalam Mendidik Anak. Realitaindonesia.id. Mamuju. 2023;
13. YM. Sjahrir Tamsi : Peran Penting Kepala Sekolah sebagai Manajer. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2023;
14. YM. Sjahrir Tamsi : Membangun Model Pendidikan Menggugah Hati Peserta Didik. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2024;
15. YM. Sjahrir Tamsi : Urgensi Membangun Komunikasi Menyejukkan Hati Terhadap Peserta Didik di Sekolah. Ide-ta.com. Mamuju. 2023;
16. YM. Sjahrir Tamsi : Membangun Karakter Bangsa yang Utuh. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2023;
17. YM. Sjahrir Tamsi : Urgensi Cipta Kondisi Gerakan Nasional Sekolah Bahagia (GNSB). Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2024;
18. YM. Sjahrir Tamsi : Rasa Empati Menggetarkan Hati Manusia. Mamuju. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2024;
19. YM. Sjahrir Tamsi : Membangun Keberagaman Peserta Didik UPTD SMKN 1 Tapalang Barat. Wartamerdeka.Info. Mamuju. 2024.
Editor : W. Masykar