Hari ini, Rabo 27 November 2024, Pilkada serentak digelar. Setelah dua bulan masa kampanye - yang dipenuhi dengan intrik, hoax, fitnah sampai pada janji dari masing masing paslon, hari ini akan ditentukan - siapa paslon yang mendapat simpati dan dukungan riil dari masyarakat pendukungnya sehingga berujung pada keberhasilan memenangkan kontestasi dalam pilkada ini.
Di Lamongan menjelang hari pencoblosan banyak fakta menarik - masyarakat tidak lagi mengedepankan soal jalan rusak, atau hal hal yang dinilai negatif dari salah satu paslon (sebut saja petahana) tapi semua nyaris tertuju pada "amplop". Siapa yang menjatuhkan amplop, dialah yang dipilih. Atau siapa yang amplopnya lebih besar jumlahnya, pasti akan dipilih.
Lantas, bagaimana dengan warga masyarakat yang tidak kebagian amplop? Pertanyaannya, adakah warga yang tidak mendapatkan amplop? Jawabanya tidak lagi banyak, tapi sangat banyak, hampir sama banyaknya dengan yang mendapatkan amplop. Celah ini, nampaknya menjadi penting untuk di telaah. Masyarakat yang tidak mendapatkan amplop ternyata tidak selamanya dan semuanya diam dan passif.
Sikap pasif dan cuek memang menjadi pilihan ketika yang diharapkan tidak kunjung didapatkan. Tapi selain itu, tidak sedikit juga yang tidak mendapatkan amplop tetapi tetap menentukan pilihan. Biasanya, model seperti ini akan dilakukan oleh warga masyarakat yang menganggap memiliki kedekatan emosional dengan paslon tertentu atau pernah ketemu bersalaman berfoto bersama sehingga wajar kalau pada konteks ini, petahana mendapat durian runtuh.
Selain itu, banyak warga masyarakat yang tidak mendapatkan amplop juga tetap menyalurkan hak konstitusionalnya karena menghargai tokoh di lingkungannya atau teman koleganya yang menjadi panutan. Bahkan, ada semacam garansi - mereka di garansi oleh tokoh, teman kolega yang mereka kenal baik untuk tetap menggunakan hak politiknya untuk memilih paslon tertentu.
Nah, bagaimana dengan suara yang tercecer itu, tapi dimana suara tercecer tersebut tidak ada yang bisa mengakomodir - amplop tidak ada, tokoh panutan tidak ada, mau tidak mau mereka akan bersikap pasif sambil menunggu kabar terbaru, atau sama sekali diam dan tidak beranjak kemana mana?(*)