Seri 19. Penobatan YM. Pangeran Arya Dirgantara Menjadi Raja
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Seluruh penjuru Kerajaan bergemuruh bersorak-sorai, penuh kegembiraan menyambut momen bersejarah penobatan YM. Pangeran Arya Dirgantara sebagai Raja baru. Bendera Kerajaan berkibar dengan megah, irama beduk, rebana dan kecapi pun berdentang di seluruh pelosok, kembang dan wangi bunga segar menghiasi setiap sudut Istana.
Prosesi Upacara Adat Penobatan dimulai dengan penuh khidmat. Raja PYM. Sjamsi, mengenakan pakaian Kerajaan berwarna kuning keemasan yang melambangkan kebijaksanaan, berjalan menuju Singgasana Utama. Di hadapannya, YM. Pangeran Arya Dirgantara berdiri dengan penuh wibawa, mengenakan pakaian Adat khusus yang dirancang untuk Penobatannya sebagai Raja.
Para Perangkat Adat dari seluruh wilayah hadir lengkap dengan pakaian dan perlengkapan sesuai tugas dan fungsi mereka. Diiringi alunan musik tradisional, Sang Yang Mulia Ketua Dewan Adat menyerahkan Mahkota Agung kepada PYM. Sjamsi, simbol kekuasaan tertinggi Kerajaan.
Dengan kedua tangannya, PYM. Sjamsi mantap meletakkan Mahkota itu di atas kepala YM. Pangeran Arya Dirgantara, sambil berkata : "Wahai Anandaku, kini engkau adalah Raja Diraja. Semoga ananda sebagai Raja Paduka Yang Mulia (PYM) Pangeran Arya Dirgantara memerintah dengan kebijaksanaan, kasih sayang, dan keadilan bagi seluruh rakyatmu."
Bahwa "I Manyambungi Todilaling" merupakan gelar dari Raja pertama Kerajaan Balanipa di Tanah Mandar.
"I Manyambungi" adalah Raja pertama Kerajaan Balanipa yang juga dikenal sebagai Mara'dia (artinya : Raja) Pertama di Tanah Mandar.
"Todilaling" adalah Gelar yang disematkan kepada I Manyambungi.
Gelar ini berasal dari kisah tentang "I Manyambungi dan Tujuh orang Penari" yang setia dan rela menyertai Raja ke liang lahat. Dalam bahasa Mandar, Todilaling berarti orang yang diangkat ke dalam liang kubur.
pernah Bertitah :
“Madzondong duambongi anna' matea, mau ana’u, mau appo’u dza muannai menjari Mara’dia mua tania tonamassayanni lita’na to massayanni pa’banua.”
“Dza’ muannai dzai di pe'uluang, mua masuanni pulu-pulunna, mua maddori kedzona, apa iyamo tu'u tau namarruppu-ruppu' lita’.”
“Artinya : manakala besok atau lusa saya mangkat, walaupun anak dan cucu saya, janganlah hendaknya diangkat menjadi Raja jikalau dia bukan orang yang cinta kepada tanah air dan rakyat kecil.”“Jangan pula diangkat seorang calon Raja bila ia mempunyai tutur kata yang kasar, berbuat atau bertindak kaku dan kasar pula, karena orang yang seperti itulah yang akan menghancurkan negeri.”
Kembali secara intensif memahami pusat literasi antara lain : Apabila ada seseorang, sekalipun anak dan cucu dari Raja, jikalau di kemudian hari tidak memiliki kompetensi dan etika yang baik, maka jangan pilih dia menjadi Raja.
"Demi tanah dan rakyatku, aku bersumpah untuk memimpin dengan bijak, menjaga kehormatan Kerajaan ini, dan memajukan kesejahteraan seluruh rakyat. Aku akan selalu mendengar, melayani, dan melindungi mereka."
Setelah prosesi Upacara Adat selesai, pesta besar berlangsung di seluruh penjuru Kerajaan. Rakyat dari berbagai kalangan berkumpul di alun-alun utama untuk merayakan momen ini. Tarian tradisional yang megah dipentaskan, dengan ratusan penari mengenakan pakaian warna-warni khas Kerajaan.
Di Istana, para tamu undangan dari kerajaan tetangga hadir untuk memberikan penghormatan kepada Raja PYM. Pangeran Arya Dirgantara. Mereka membawa hadiah-hadiah istimewa, mulai dari perhiasan hingga hasil bumi terbaik sebagai tanda persahabatan.
YM. Mirah, Sang Permaisuri, menyaksikan dengan haru di samping suaminya, YM. Sjamsi. Ia berkata : "Kita telah berhasil membimbingnya. Kini, tugas besar menanti di tangannya."
Pidato Perdana Raja PYM. Pangeran Arya Dirgantara. Pada puncak perayaan, Raja PYM. Pangeran Arya Dirgantara menyampaikan pidato perdananya di hadapan seluruh rakyatnya :
"Rakyatku yang tercinta, hari ini adalah awal baru bagi kita semua. Aku bukan hanya pemimpin kalian, akan tetapi juga pelayan kalian. Bersama-sama, kita bangkit untuk membangun Kerajaan ini menjadi Unggul, Maju dan Sejahtera dengan penuh harapan untuk masa depan Kerajaan yang lebih cemerlang, memuliakan tradisi, dan menghadirkan kemajuan. Mari kita wujudkan melalui dukungan dan kepedulian dengan bergandengan tangan dan berjalan bersama menuju Kejayaan itu."Pidatonya disambut tepuk tangan meriah. Sorak sorai memenuhi udara langit cerah nan biru, menggema dengan penuh semangat persatuan dan harapan baru.
Seri Penobatan Raja YM. Pangeran Arya Dirgantara menjadi tonggak sejarah baru bagi Kerajaan. Dengan kebijaksanaan yang ia warisi dari orang tuanya dan semangat muda yang penuh inovasi, ia siap membawa Kerajaan ke era kejayaan yang baru. Hari itu bukan hanya tentang suksesi Mahkota yang dikenakan, akan tetapi tentang janji untuk melayani dan memimpin dengan sepenuh Hati.
Momentum ini menjadi awal dari perjalanan panjang seorang Raja muda yang akan menorehkan jejak emas di tanah air yang ia cintai. Rakyat percaya, di bawah kepemimpinannya, Kerajaan akan terus maju dan menjadi panutan bagi Kerajaan lainnya di seluruh penjuru dunia. (Bersambung)