Pada suatu waktu ada pemilihan pemimpin disebuah perusahaan. Perusahaan itu, butuh 3 orang calon pemimpin, namun yang mendaftar ada 12 orang. Karena kebutuhan hanya tiga orang sedangkan yang mendaftar ada dua belas orang, agar adil sekaligus perusahaan juga bisa mendapatkan orang orang yang memiliki kemampuan, kompetensi sesuai kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan, dilakukanlah semacam fit and propertest atau membedah Visi misi masing masing calon.
Mulai dari calon pertama sampai ke 7 tampil didepan menyampaikan visi misi - saat dilanjut orang ke delapan sampai dua belas - ada satu dua orang calon, yang ketika menyampaikan visi misinya tidak tuntas alias putus ditengah jalan lantaran waktu habis karena visi misi yang disampaikan tidak jelas dan berputar putar.
Acara bedah penyampaian visi misi selesai, tim penilai di perusahaan itu, harus memilih tiga orang untuk ditetapkan sebagai pemimpin di perusahan tersebut, sesuai pos yang dibutuhkan - bisa jadi pada posisi pengawas bisa juga manager.
Padahal, kegiatan fit and propertest bertujuan menyeleksi semua calon untuk mencari sosok calon pemimpin yang bukan saja memiliki visi yang baik, sekaligus yang visioner. Alih alih mencari pemimpin perusahaan yang memiliki kemampuan manajerial bagus sekaligus visioner justru mendapatkan sosok yang visi misinya amburadul bahkan saat menyampaikan pun tidak tuntas. Mau tidak mau, perusahaan dirugikan karena sosok seperti ini, dipastikan tidak akan bisa memberi kontribusi apapun pada perusahaan. Sementara, perusahaan harus mengeluarkan benefit tiap bulan untuk mereka.
Cerita itu, lumrah kalau kemudian menjadi pergunjingan anggota perusahaan. Karena seluruh anggota sebenarnya sudah lama menginginkan pemimpin di perusahaan itu, sosok yang memiliki visi yang baik sekaligus visioner. Bahkan belakangan mereka berharap hadirnya pemimpin di perusahaan miliknya adalah orang orang yang memiliki visi sekaligus visioner. Karena dengan visi ada panduan melangkah kedepan - fokus dan terukur. (Bersambung)