Bagian 2 (episode 2)
Pagi itu masih gelap, sekitar 1 setengah jam sebelum subuh... suara sayup-sayup takbir masih berkumandang dari suara pengeras langgar-langgar yang bersautan... lirih, hanya suara orang tua yang melantunkan takbiran...tidak ada lagi suara takbir anak-anak, entah karena capek takbiran keliling kemarin sore atau sibuk siap-siap riyayan dengan baju barunya. Seperti itu tradisi malam riyayan di kampung Sabiq.
Sabiq juga sedang sibuk, tetapi sangat beda kesibukan Sabiq dan kakaknya dibandingkan dengan anak sebayanya. Kesibukannya adalah 'ngguyangi sapi' memandikan sapi di kali kulon, sungai kecil sebelah barat rumah, sekitar 250 m dari rumah Sabiq. Seperti itulah aktivitas hari pertama riyayan Sabiq.
"Yang ingin riyayan bukan kamu saja, jadi kalau kamu mau riyayan ya sapinya diurusin dulu, termasuk dimandikan" kata Pak Joyo.Perlu juga diketahui bahwa Pak Joyo memegang prinsip adat jawa yang kuat, bahwa sapi itu "rojo koyo" rajanya kekayaan atau rajanya harta, jadi meskipun sapi bukan milik sendiri alias sapi maro milik orang lain, tetap di rumah harus ada sapi. Dan karena sapi adalah rojo koyo, maka sapi harus diperlakukan sebagai raja, dimuliakan. Jika sapi bersuara lirih saja harus segera ditengok ke kandang ada apa, apa karena haus, atau karena makanan habis, atau karena kaki kesrimpet tambang 'terlilit tali'. Itulah perhatian yang luar biasa Pak Joyo terhadap sapi atau hewan piaraan.
Suatu sore ada suara sapi dari kandang dan Sabiq tidak menghiraukannya. Saat itu Sabiq sedang belajar.
"Sabiq, kamu tidak dengar apa2 ? itu sapi nya ada apa ? segera ditengok!", kata Pak Joyo.
"Nggih Pak!", (iya Pak) jawab Sabiq sambil bergegas ke kandang.
Memang hanya 3 ekor sapi di kendang, dan juga tidak terlalu gemuk, karena tidak mampu membelikan katul 'tepung sisa sampingan saat giling padi', tapi dalam hal perhatian / kasih sayang, semua orang yang punya sapi di kampung situ, pasti kalah dengan Pak Joyo.
"Jika kamu lapar, maka sapi pun juga lapar, maka jika kamu mau makan harus tengok ke kandang dulu, sudah ada makanan untuk sapi atau belum", nasehat Pak Joyo ke Sabiq.
Pagi itu, ketika selesai memandikan, sapi dibawa pulang, disiapkan makanan dan ngombe nya, minumannya. Barulah Sabiq dan kakaknya boleh mandi dan siap-siap untuk ber riyayan, yaitu sholat di mesjid.
Ya, baju riyayan.
Baju riyayan Sabiq adalah baju seragam sekolah merah putih, sragam SD... dan selalu harus dijahit lebih longgar.
“Nanti jangan lupa bilang ke penjahit agar ukurannya lebih longgar” pesan Mbok nya Sabiq. “Ngunduri gedhe” tambahnya (semakin tumbuh besar).
Meskipun seperti itu, Sabiq tetap enjoy saja, dan tidak pernah merasa minder... ya, meskipun terkadang kenyataannya juga pernah merasa malu dengan teman-teman seusianya, tetapi tetap saja enjoy menikmati masa-masa saat itu. Tetap bermain bal-balan / main sepak bola dengan teman-teman sekolah.
Kampung tempat tinggal Sabiq, sebenarnya bukan kampung terpencil sebenarnya. Listrik sudah ada sejak Sabiq duduk di pertengahan tahun kelas V SD, jadi sekitar tahun 1983 an. Contoh lainnya, teman-teman seusia Sabiq juga banyak yang punya sepeda mini, dan banyak yang kerjaannya main-main saja, duduk-duduk mainan di pinggir jalan. Bukti lain bahwa teman-teman Sabiq juga banyak yang sebelum masuk SD sudah bersekolah di TK, sedangkan Sabiq dan kakaknya tidak... sekolah Sabiq semasa usia TK adalah sekolah alam, yaitu membantu orang tua di sawah, ladang, dan kandang.
Suasana riyayan selalu ramai sekali ….. para tetangga perantau yang sukses dan yang biasa, semua mudik, dan brangkat ke masjid jalan kaki beramai-ramai …. Anak-anak duduk bergerombol di pojok belakang masjid dekat tumpukan berkat / tumpeng, termasuk Sabiq dan teman-temannya madrasah. Berharap selesai sholat dapat bagian 1 atau paling tidak dapat kebagian makan daging ayam …. Bagi Sabiq, masjid sudah seperti rumahnya kedua, karena selama bertahun-tahun Sabiq dan teman-temanya madrasah tiap siang sehabis sekolah SD masuk madrasah dan malamnya ngaji di masjid.
Luar biasa, istilah sekarang *sekolah terpadu / full day school…* Lha padahal program seperti itu sudah ada sejak jaman Sabiq sekolah dulu, tahun 1980 an dan bahkan jauh sebelum itu. Pagi sekolah pelajaran umum di SD, siang s.d habis ashar sekolah madrasah, dan malam mulai magrib s.d habis isyak sekolah khusus agama di masjid / surau. Bahkan tidak jarang anak-abak yang tidurnya di serambi atau ruang kanan kiri dari ruang utama sholat di masjid / surau, kemudian sebelum subuh dibangunkan oleh marbot. Kemudian habis subuh baru pulang ke rumah untuk mandi ganti baju dan sekolah SD. Istilah keren sekarang disebut sekolah "boarding school" … dulu juga sudah ada.
Jadi yang ada sekarang ini bukan model baru, hanya perbaikan saja istilahnya, tetapi yang jelas model pembelajaran seperti itu sudah ada dan dipraktikkan di seluruh daerah di Indonesia. Bahkan hasil pendidikan seperti itu banyak tokoh-tokoh bangsa yang masa kecilnya sudah berproses dengan sistem pendidikan terpadu dan boarding …. Bahkan lebih dari itu semua, "sekolah berguru dengan alam dan lingkungan"
Anak berbuat nakal di manapun di kampung tersebut, selalu mendapat teguran dan bahkan dijewer dari orang tua siapapun. Maka anak dididik oleh lingkungan, tidak pernah ada complain dari orang tua.
Saat riyayan, anak-anak kecil keliling antar rumah untuk bersejarah atau bersilaturahim riyayan dan berharap pulang dikasih saku. Bahkan bagi Sabiq dan teman-temannya sudah hapal betul, rumah mana yang rutin memberi uang saku, dan roti nya yang enak-enak …. Maka di rumah itu lah, anak-anak akan berlama-lama saat bertamu riyayan dan belum mau pulang kalau belum diberi uang saku.
Paling senang jika bertamu, disalami, disuruh masuk, habis itu ditinggal ke dapur atau ke belakang … pasti roti-roti habis… kepolosan anak kampung masih benar-benar ada… yang punya rumah, sudah biasa pasti ngabsen anak siapa, anak yang ke berapa, sekolah di mana, kabar Bapak Ibu nya bagaimana dan titip salam…. Semuanya sudah rutin pasti ditanyakan. Beberapa rumah sudah menyiapkan uang recehan yang baru-baru dan siap dibagikan ke anak-anak yang datang.
Kue khas riyayan di kampung Sabiq adalah jenang, krupuk gadhung, dan rengginang… di rumah para sesepuh pasti ada jenis jajanan itu. Tetapi berbeda dengan di rumah yang pemiliknya masih separoh umur, jajanannya adalah roti-roti yang dibeli atau dipesan di pasar / toko. Sabiq dan teman-temannya paling senang jika bertamu di rumah yang sajiannya roti.
Seminggu setelah riyayan, waktunya kembali masuk sekolah. Hari pertama masuk sekolah adalah bersalam-salaman dengan Bapak Ibu guru. (*)