Kapten Laurent dan Sabiq - "Gmail" (bagian 4 episode 1)

"Toutes mes Félicitations" 
Adalah Judul Bagian 4 - toutes mes félicitations (selamat sukses), ini adalah puncak kebahagiaan yang Sabiq rasakan ketika menerima ucapan selamat dari para tamu yang hadir di ujian doktor, termasuk ucapan selamat dari Kapten Laurent. 

Berdua bersama rekannya, Kapten Laurent menuruni tangga lantai yang berundak di ruang amphithéâtre itu menuju podium di bagian depan, di mana Sabiq ramai dikerumuni banyak kolega yang memberikan ucapan selamat. 

Tamu undangan yang lain sudah menuju ruang lain tempat ramah tamah menikmati makanan khas Indonesia, dipandu oleh kolega Sabiq, Bruno dan Wahyu. Kapten Laurent memberikan ucapan tidak bersama dengan banyak orang, tetapi di saat terakhir, sudah agak sepi. Sabiq masih di ruang ujian tersebut, membereskan bahan-bahan presentasi. Kapten Laurent berdiri di depan Sabiq dan memberikan ucapan selamat sukses.

Karya : Bayu W.
"Gmail"
Bagian 4 (episode 1)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"
Terik panas kota Yogyakarta tidak menyurutkan Sabiq berkeliling dari toko ke toko. Bukan sembarang toko, tetapi tempat servis laptop atau bengkel laptop. Malam sebelumnya laptop Sabiq down. Entah apa penyebabnya. Laptop senjata utama Sabiq, semua dokumen selama lebih dari 5 tahun di Prancis ada di dalamnya.
“Bagaimana Mbak?” kata Sabiq kepada karyawan toko tersebut. 
Sabiq sangat gelisah, mengalahkan gelisah nya menunggu jadwal ujian doctor.
“Sebentar ya, atau ditinggal saja laptopnya, nanti ke sini lagi sekitar 2 jam lagi", jawab karyawan itu.
“Saya tunggu saja, bisa ya ? saya sangat perlu kepastiannya Mbak”, jawab Sabiq.
“Coba sebentar, saya masuk dulu, saya tanyakan langsung ke bagian programmer ya”, jawab karyawan.
Akhir tahun 2002, Sabiq memang kembali ke Indonesia untuk berlibur karena aktivitas risetnya sudah selesai, dan laporan thesis sudah tersusun 90%, sekitar 155 halaman. Maka sambil menyelesaikan laporan thesis, Sabiq kembali ke Indonesia. Selama di Indonesia, Sabiq memilih tinggal cari kontrakan di pinggiran kota Yogyakarta, di jalan Bantul, 1,5 km dari ring road selatan. Mas Rohman, teman relawan Komite zakat wilayah Yogyakarta dan Jateng yang mencarikan kontrakan. Maklum kalau tinggal di Nganjuk, akses internet akan susah, karena tempat orang tua Sabiq di kampung.
Lamunan Sabiq tentang perjalanan sampai tinggal di Bantul itu terhenti ketika karyawan servis laptop sudah datang.
“Tunggu sebentar ya Mas, nanti dijelaskan langsung oleh programmer kami”, kata Mbak karyawan tersebut.
Lima menit kemudian programmer datang.
"Mas, ini milik Mas ya laptop ini ?”, tanya programmer.
“Iya, bagaimana Mas, bisa diselamatkan memori nya?” kata Sabiq yang tidak sabar menunggu.
“Begini Mas, sebenarnya masih bisa kita akses ke harddisk internal nya, tetapi saya agak kesulitan bahasanya. Dan satu lagi, tolong saya diberi nomor seri harddisk laptop ini”, jawab programmer. 
“Untuk bahasa saya kira tidak begitu penting Mas!”, tambah programmer sambil memberikan laptop kepada Sabiq.
“O gitu Mas… baik saya coba carikan”, kata Sabiq sambil memasukkan laptop ke dalam tas.

Sabiq kembali bingung, karena laptop itu beli second secara online dan tidak ada informasi apa-apa. Selama ini sudah dipakainya lebih dari 4 tahun tidak ada masalah. Namun entah kenapa, kemarin mengalami error. Siapapun bisa merasakan, kehilangan uang barangkali bisa dicari lagi tetapi bagaimana jika yang hilang itu data-data penting, apalagi data penelitian doktor, laporan thesis yang sudah 90%, tinggal revisi sedikit saja.

Sabiq mencoba ke tempat servis laptop lainnya. Dua – tiga tempat servis didatangi, tetapi hasilnya sama, tidak bisa. 

Akhirnya sore itu Sabiq ke warnet. Membuka gmail dan berkirim email ke Stéphane, pembimbing nya.

“Stéphane, j’ai un problème, mon laptop est en panne… tous les donnes ne peuvent pas être récupérées", (Stéphane, saya punya masalah, laptop saya rusak… semua data tidak bisa diselamatkan) tulis Sabiq.

"Sans doute, je ne vais pas rester longtemps en Indonésie car de tout façon je ne peux pas travailler sans mes données de recherche", (mungkin, saya tidak akan lama tinggal di Indonesia, karena toh saya tidak bisa bekerja tanpa data riset saya) tulis Sabiq.

Setelah itu dienter dan tertulis -sent-, tanda email telah terkirim. Dengan lemas lunglai, Sabiq kembali ke kontrakan, lima belas menit kemudian telah sampai.
"Assalaamu’alaikum", suara salam terdengar di depan kontrakan.
Sabiq baru saja masuk 5 menit. 
Suara yang akrab didengar Sabiq, suara Mas Rohman. Dengan Mas Rohman lah selama ini Sabiq dan juga Komite zakat bekerjasama membina masyarakat yang kurang mampu, menyalurkan dana sosial bantuan dari luar negeri. Mendirikan rumah berobat gratis bagi orang tidak mampu di jalan Bantul.
"Wa’alaikum salam, masuk Mas”, jawab Sabiq agak lesu, kelihatan.
“Sabiq, kenapa koq agak lemes sedih ?", tanya Mas Rohman.
“Barusan saya dari bengkel servis laptop, laptop saya rusak … padahal semua laporan riset saya yang sudah 90% ada di situ semua. Juga data-data yang lain” kata Sabiq.
“Lha khan katanya sudah kamu rekam di CD sebelum pulang”, kata Mas Rohman membantu menjelaskan.
Mas Rohman tahu ketika ikut membantu angkat-angkat kardus saat Sabiq tiba dari stasiun, dan di dalamnya banyak CD, saat itu Sabiq menjelaskan bahwa CD itu adalah data-data risetnya.
“Iya… tapi khan itu data-data masih mentah, yang sudah saya olah dan saya susun laporan masih di laptop itu”, jawab Sabiq.
“Lho katanya selama ini kamu konsultasi secara email dengan pembimbing kamu, pasti sudah ada yang kamu kirimkan… yah paling tidak, tidak semuanya hilang… atau kita cari tempat servis lain”, kata Mas Rohman ikut menenangkan.
“O iya… alhamdulillaah, selama ini memang saya berkirim laporan perkembangan ke Prof Debloyet”, kata Sabiq agak tenang. 

Selama ini memang laporan-laporan riset per bab dikirimkan ke Prof Debloyet, pembimbing utama doctor. Itu permintaan Stéphane karena tidak ingin Sabiq kirim duluan ke dia agar tidak terkesan melangkahi. Biar nanti Prof Debloyet yang menyerahkan ke dia, kata Stéphane suatu hari kepada Sabiq.
“Iya khan, makanya jangan panik dulu… in syaa Alloh ada solusi”, kata Mas Rohman.
“Iya, alhamdulillaah, paling tidak, tidak benar-benar hilang…”, kata Sabiq. 
“Bagaimana, nanti habis isyak kita jadi ke gunung kidul bertemu warga yang selama ini kita bantu atau tidak?”, tanya Rohman.
“Iya, jadi in syaa Alloh … kita magriban saja di Al Manar, terus langsung habis magrib kita berangkat agar bisa isyak an di Gunung kidul”, jawab Sabiq. 
Al Manar adalah masjid pinggir jalan ke arah gunung kidul yang mereka biasa mampir. Sabiq sedikit bisa melupakan masalah laptop nya karena paling tidak laporan yang sudah 90% in syaa Alloh ada di gmail. Ya, di gmail.
Malam itu, Sabiq dan Rohman bertemu warga gunung kidul yang menjadi salah satu penerima bantuan. Mereka mengembangkan usaha kelompok tani, penggemukan kambing, dan juga memelihara ayam kampung. Sederhana, tetapi bantuan modal bergilir tanpa bunga yang dilakukan Komite zakat ini sangat bermanfaat bagi warga gunung kidul tersebut. Pembinaan lain adalah guru ngaji di musholla dan masjid di kampung situ dibantu honornya. Biasanya sebulan sekali Mas Rohman datang mendampingi warga, mendengarkan keluhan dan masukan dari warga.

Bagi kampung gunung kidul, malam itu agak special, karena sengaja Rohman meminta pengurus masjid untuk mengumpulkan para remaja masjid semuanya untuk mendengarkan nasehat atau motivasi dari Sabiq. Anak kampung yang bisa studi ke luar negeri.

Acara diawali pembacaan Al Qur’an oleh wakil remaja masjid dan kemudian sambutan wakil warga yang mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan selama ini, disampaikan oleh kepala kampung. Sekitar 150 an orang memenuhi masjid. Ternyata semua warga kampung datang, padahal awalnya hanya untuk remaja masjid, ternyata semua datang. 

Sabiq memberikan cerita tentang islam di Prancis, dan perjalanan bagaimana dia bisa kuliah. Acara selesai sekitar pukul 22.00, yang sebelumnya beberapa remaja masjid mengajukan pertanyaan ke Sabiq. Malam yang penuh keberkahan, tiba di kontrakan hampir pukul 23.00, langsung istirahat.

“Alhamdulillaah…”, tanpa sadar Sabiq mengucapkan itu di depan computer di warnet. Sehabis subuh Sabiq memang langsung ke warnet, karena menunggu jawaban dari Stéphane.

“Okay, ce n’est pas grave Sabiq, j’en ai déjà parlé à M Debloyet. Et il m’a déjà envoyé tous tes rapports", (okay, tidak masalah Sabiq, saya sudah menyampaikan itu ke M Debloyet. Dan dia sudah mengirimkan semua laporan kamu ke saya) bunyi email Stéphane. Email itu yang menjadikan Sabiq tanpa sadar mengucap Alhamdulillaah keras.

“Si tu veux revenir en France, ça sera mieux à la fin du mois prochain, comme ça tu ne seras pas longtemps d’attendre ta date de soutenance", (jika kamu akan kembali ke Prancis, akan lebih baik akhir bulan depan, sehingga tidak akan lama kamu menunggu tanggal ujian doktor kamu) lanjut isi email Stéphane."Okay, merci beaucoup Stéphane. S’il te plait, tu m‘envoies toutes les files que je les ai envoyés à M Debloyet", (terima kasih banyak Stéphane. Tolong kamu kirimkan ke saya semua file yang telah saya kirimkan ke M Debloyet) jawab Sabiq.

"Je t’informerai dès que j’ai la date de mon retour en France", (saya infokan ke kamu saat saya sudah punya tanggal kembali ke Prancis) tulis Sabiq.

Kemudian pesan itu dikirimkan Sabiq. Sengaja saat ke warnet pagi itu Sabiq membawa harddisk external karena akan mendownload semua file-file yang pernah dikirimkan ke Prof Debloyet. Tetapi sayangnya tidak semua file tersedia, entah kenapa. Ada beberapa Bab laporan yang sudah diperbaiki dan dikirimkan tetapi yang ada hanya versi awalnya saja.

Saat mendownload file, ada pesan masuk dari Stéphane. Disusul banyak pesan masuk lagi, yang dilampiri file bab per bab. Tidak biasanya langsung ada jawaban email, karena selisih waktu yang lima jam lebih lambat dibanding di Indonesia, mungkin Stéphane sedang lembur mengerjakan tugas.

“Alhamdulillaah oh ya Alloh”, Sabiq mengucap lagi syukurnya. 

Meskipun tentu akan ada perbaikan file, tentu tidak akan banyak. Justru file yang dari Stéphane itu yang sudah ada tanda koreksian dari Prof. Debloyet. Sabiq tidak membayangkan jika ternyata file-file itu tidak ada, sedangkan laptopnya rusak. 

Karena Sabiq ingat dengan kata-kata programmer bahwa laptop nya masih bisa dipakai dengan diformat ulang, tetapi semua file hilang. Tidak terasa sudah hampir pukul 8 pagi itu Sabiq di warnet. Setelah semua file didownload ke harddisk external, Sabiq pulang ke kontrakan, mampir sebentar membeli sarapan.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama