Lakon Santri Mbeling (babak 24)

"Jangkar"
Novel Qosdus Sabil
Babak Keduapuluh empat
FB. Qosdus Sabil 
Ig. qosdus.s
Penulis dapat dihubungi melalui email: qosdussabil@gmail.com 
Biasa dipanggil Gus Bill
Santri Pinggiran Muhammadiyah
Editor: W. Masykar

Tahun pertama aku kuliah di Jember, kereta menuju Situbondo dari Jember masih beroperasi melintasi Bondowoso. Hingga akhirnya kereta tersebut disuntik mati, akibat PJKA tidak kuat membiayai operasionalnya. Alhasil, satu-satunya rute yang belum aku lewati adalah rute Jember Bondowoso dan Situbondo. Aku berdoa untuk kembalinya roda ekonomi di tanah tapal kuda Jawa Timur ini.

Keberhasilan kolonial Belanda salah satunya ditopang oleh perencanaan kawasan produksi komoditas. Berbagai macam komoditas dikembangkan dengan  serius untuk memenuhi kebutuhan  ekspor mancanegara. Devisa yang diterima Belanda menjadi modal penting bagi pembangunan di wilayah induk dan jajahannya.

Ambisi Daendless mewujudkan jalan pos dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Situbondo, menjadi bukti pentingnya mobilisasi produk-produk komoditas dari tanah jajahan untuk diangkut menuju pasar mancanegara.

Keberadaan kota-kota pelabuhan di tanah Jawa menunjukkan kemajuan dunia pelayaran pada masa penjajahan Belanda. 

Pada siang yang terik itu, aku menyusuri komplek pergudangan peninggalan Belanda yang mulai rusak dimakan usia. Sementara dermaga pelabuhan yang di cor menggunakan bahan baja, seolah membisu bersama deburan ombak yang menghantamnya tanpa henti.Kejayaan pelabuhan Jangkar di Situbondo pada era penjajahan terlihat sisa-sisanya hingga kini. Dari Jangkar-lah, berbagai komoditas ekspor diangkut dan dikirimkan ke berbagai negara. Mulai dari gula, tembakau, kopi, kakao, teh, karet, hingga rempah-rempah dan kina menjadi bukti betapa sangat potensialnya budidaya perkebunan di tanah Jawa.

Kini, peran strategis pelabuhan Jangkar tidak seperti dulu lagi. Pelabuhan Jangkar hanya diperuntukkan bagi pelayaran antar pulau saja. Intensitasnya jauh berkurang. Kapal penumpang hanya melayani pelayaran ke Kalianget Sumenep dan ke Lombok.

Padahal, dulu dari pelabuhan Jangkar-lah tembakau Besuki Na-Oogst ini dikapalkan. Tembakau cerutu terbaik kelas dunia yang rutin ikut lelang tembakau di Bremen. Bersaing kualitas dan cita rasa cerutu Kuba.

Akupun membayangkan, alangkah lucunya diriku jika suatu saat ada yang bertanya mengapa pemerintahan rezim Widodo gencar membangun yang namanya infrastruktur. Dan infrastruktur tersebut kemudian malah tidak optimal pemanfaatannya.

Bandar udara Kertajati mewah dan megah, tapi sepi penumpang. Atau pelabuhan laut yang banyak merugi karena besarnya biaya operasional. 

Begitu juga terminal-terminal bus antar kota malah sepi. Penumpang dan perusahaan bus mulai menemukan jalan transaksinya sendiri. Perusahaan angkutan bus mulai banyak yang memiliki pool sendiri, sehingga penumpang merasa lebih nyaman. 

Inilah akibat perencanaan pembangunan lebih berdasarkan mental proyek saja. Yang penting proyek jalan. Dan komisinya ada di tangan....Mengerikan!!!.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama