Aula lantai 4 Pondok Modern Jabal Uhud Barru tampak ramai sejak Sabtu pagi, 28 Juni 2025 menjadi hari istimewa bagi siswa Taman Kanak-kanak Jabal Uhud Bottolai.
Mereka berdandan rapi, sebagian mengenakan pakaian adat, sebagian lagi kostum tari, mata berbinar penuh semangat dan mungkin sedikit gugup. Hari ini adalah hari penamatan mereka tampil di hari perpisahan.
Acara di buka dengan tarian Paduppa, disambut lantunan lagu Indonesia Raya dan lagu daerah Atuna Tufuli yang menggema di ruangan. Anak-anak tampil dengan percaya diri, menebar senyum dan haru. Tidak sedikit orang tua yang merekam setiap momen, menahan air mata bangga menyaksikan buah hati mereka beraksi di panggung.
Lebih dari sekadar pentas seni, acara ini menjadi refleksi nilai-nilai pendizdikan yang telah ditanamkan sejak dini. Anak-anak membacakan surah-surah pendek, ayat Kursi, hadis, dan doa-doa harian.
Mereka tak hanya tampil di panggung, mereka menunjukkan hasil dari proses pembelajaran yang menyentuh aspek ruhani dan karakter.
Berbagai penampilan tari daerah pun turut mewarnai. Tari Yamko Rambe Yamko dari Papua, Tari To Lolona dari Sulawesi, hingga tarian Islami disuguhkan dengan gaya khas anak-anak yang polos namun penuh makna. Kehangatan suasana semakin terasa ketika para tamu ikut tersenyum dan bertepuk tangan, menikmati setiap penampilan.
Namun satu momen yang paling mencuri perhatian adalah ketika Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari, S.H., M.Si., secara spontan menggendong salah satu anak didik yang terlihat gugup di panggung. Senyum sang bupati yang penuh kasih, serta sorak riang anak-anak dan tamu undangan, menciptakan suasana haru sekaligus hangat.
Momen itu tak sekadar menjadi penghibur, tapi juga simbol kepedulian pemimpin terhadap pendidikan anak usia dini. Dalam keheningan hati, banyak yang menyadari: inilah wajah pendidikan yang Mappadeceng, berniat baik, berbuat baik, dan menebar kebaikan.
Bupati perempuan pertama di Barru yang juga adalah Bunda PAUD, dikenal dengan mottonya “Mappadeceng” ini tampak menyatu dengan suasana, hadir bukan hanya sebagai pejabat, tapi sebagai sosok ibu yang mengayomi.
“Pendidikan usia dini adalah fondasi masa depan. Apa yang kita tanam hari ini, itulah yang akan kita tuai kelak dan mereka merakah nanti menjadi generasi Indonesia Emas 2045", ujarnya dalam sambutan singkat yang disambut tepuk tangan meriah.
Ketua Yayasan Jabal Uhud Bottolai, H. Karim, S.H., dalam kesempatan itu menyampaikan harapannya agar anak-anak kelak menjadi pribadi yang membawa manfaat di mana pun mereka berada.
Sebagai perantau sukses, ia menitipkan pesan Bugis yang sarat makna: “Lao sappa deceng, lisu mappadeceng”. Pergilah mencari kebaikan, dan pulanglah membawa manfaat serta keberkahan. Dan itu sudah dibuktikannya setelah sukses dengan bisnisnya ditanah Papua lalu mendirikan Yayasan Pendidukan ditanah kelahirannya.
Langkah mulia H. Karim mendapat sambutan Bupati Barru. Tagline Mappadeceng Bupati Barru dan tegline H. Karim yaitu Lao Sappa Dalle, Lisu Mappadeceng kini menyatu dibukit Bottolai.
"Kami dari Pemerintah Daerah siap hadir dan memberikan dukungan. Saatnya Jabal Uhud menjadi bagian penting dalam pembangunan pendidikan usia dini di Barru,” tegas Bupati.
Pesan ini bersambut erat dengan nilai-nilai yang dihidupkan di TK Jabal Uhud Bottolai: membentuk karakter sejak dini, menanamkan nilai iman dan takwa, serta mengenalkan budaya dan keberagaman.
Acara kemudian berlanjut ke sesi penyampaian pesan dan kesan dari siswa, penyerahan SKTB secara simbolis, hingga penampilan penutup doa-doa harian oleh anak-anak. Tak sedikit orang tua yang berlinang air mata, bukan karena sedih, melainkan karena bangga, bahwa anak-anak mereka telah melalui fase penting dalam hidup dengan bimbingan yang penuh kasih.
Hari itu, TK Jabal Uhud Bottolai tidak hanya menggelar acara penamatan. Ia merayakan cita-cita. Ia mempertemukan harapan orang tua, dedikasi guru, dan dukungan pemerintah dalam satu panggung kecil yang penuh arti. Dan anak-anak itulah bintangnya.
Karenanya, dari sinilah mereka memulai langkah pertama dalam perjalanan panjang kehidupan. Langkah yang disertai doa dan restu untuk menjadi manusia seutuhnya yang kelak, ketika pergi jauh mencari ilmu, akan pulang membawa kebaikan. (syam m. djafar)