Perspektif Epistemik - Jalan Mulus Lamongan (1)


Jalan Maduran - Sekaran - Pucuk

Oleh : W. Masykar
"Waaoww ...Lamongan jalannya mulus ya Mas!?,' ucap kawan saya, Josep Minar saat kali pertama ke Lamongan. Pastinya, dia lama tinggal di Cirebon dan kemudian di Jakarta sebelum akhirnya di Serang Banten.

Dia jurnalis senior, lama di salah satu harian di Jawa Tengah sekaligus punya pengalaman di dunia entertaint. Berbeda dengan saya...- saya lama di dunia tulis menulis setidaknya sejak 1985 an. Tapi saya berangkat sebagai Penulis Lepas di berbagai harian, mingguan, antara lain - Harian Surya, Mingguan Surya, Mingguan Surabaya Minggu, Harian Karya Dharma, Bhirawa, Harian Surabaya Post sampai majalah Al Muslimun Bangil bahkan majalah terbitan Perum Pos dan Giro (PT. POS) Sahabat Pena, dan masih ada lagi - sampai lupa karena semua arsip tulisan dalam bentuk klipping musnah. 

Tentu saja, menulis (artikel, makalah, essay, berita atau cerpen) waktu itu, tidak semudah sekarang untuk bisa dimuat (tayang) di media. Waktu itu, setiap naskah masuk di desk redaksi pasti melalui seleksi ketat oleh editor berpengalaman.

Kembali ke kawan saya, Bang Josep, begitu saya memanggilnya. Dia cukup lama berada di Lamongan (hampir dua bulan) sebelum kembali ke Jakarta, mampir dulu di Tasikmalaya.

Dia terkesan dengan jalan di Lamongan saat saya ajak melaju ke kota dari Pantura (pesisir) menuju Lamongan Kota melintas di jalan raya Blimbing - Laren terus wilayah Maduran dan wilayah Pucuk.

Saat balik ke Utara, saya ajak melewati jalur timur - Sukodadi - Drajat (Paciran) yang saat ini sudah ada angkutan umum, Bus Transjatim Koridor VII.

"Mulus ya, Mas - jalan jalan di Lamongan, kayaknya Pak Bupatinya menaruh perhatian lebih ya," kata Bang Josep mirip stand up komedi.

Saya diam!., tapi dalam batin - saya bertanya sendiri, masa iya, jalan di Lamongan mulus mulus!?. Saya simalakama kalau akan mempertegas ke kawan saya, bahwa jalan jalan di Lamongan sudah mulus rasanya belum juga. Sebaliknya, kalau akan menjelaskan bahwa masih banyak jalan di Lamongan yang rusak amburadul, nanti dikira saya "mengobral" keburukan tanah kelahiran saya sendiri.

"Iya Bang, ini salah satu program unggulan Bupati Lamongan, Pak Yes. Pada periode pertama sebenarnya sudah dimulai program unggulan itu Bang, belum tuntas sehingga pada periode kedua ini, akan dituntaskan," saya berusaha menjelaskan.

Saya berusaha untuk tidak menjelekkan siapapun, meski sebenarnya sangat ingin mengungkapkan perasaan kurang enak, ketika menemui jalan rusak.Mencoba tegar, karena apa yang diucapkan kawan saya, Bang Josep itu, sebenarnya juga tidak salah. 

"Sudah banyak jalan mulus kayak gini, kenapa di beberapa media online (medsos) sering diunggah informasi jalan rusak di Lamongan ya," nerocos Bang Josep seolah tidak yakin, karena hampir dua bulan di Lamongan tidak pernah menemui jalan rusak. Kalaupun ada ya, biasa lubang lubang kecil disejumlah titik ruas jalan tertentu.

Sebagai kawan baik, saya sangat mengapresiasi apa yang diucapkan Bang Josep, karena itulah sudut pandang. Dalam kacamata Perspektif Epistemik, ucapan Bang Josep - di Lamongan jalan jalan nya sudah banyak mulus, tidak salah - meskipun tidak juga sepenuhnya benar. (Bersambung)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama