Ketua KPPS di Tarutung Bunuh Diri, PPWI Sambangi Keluarga Almarhum


TARUTUNG (wartamerdeka.info) – Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) telah melakukan kunjungan langsung ke kediaman almarhum Luhut Aritonang di Tarutung, Rabu, 15 Mei 2019. Luhut Aritonang adalah Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di salah satu wilayah di Tarutung, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, yang meninggal lantaran bunuh diri.

Luhut meninggal dengan cara menggantung diri di pedalaman hutan Tombak Sirambe, Tarutung. Kunjungan tersebut sebagai respon wafatnya Luhut FP Aritonang.

Di kediaman almarhum, Ketua DPC PPWI Tobasa bersama team yang ditugaskan oleh PPWI Nasional telah bertemu dan berkomunikasi dengan istri almarhum, Boru Situmorang.

Berikut ini adalah ulasan detail hasil pertemuan dan penggalian informasi terkait wafatnya Luhut Aritonang yang ditemukan tergantung di pohon di hutan Sirambe di wilayah Desa Parburu 1, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

PPWI Cabang Toba menyempatkan wawancara dengan istri dari Luhut FP Aritonang yakni Br Situmorang terkait kematian dari suaminya  di sekitar hutan Sirambe Desa Parbubu 1 Kecamatan Tarutung, Tapanuli Utara.

Luhut FP Aritonang sehariannya adalah buruh bangunan, namun pada saat menjelang pilpres dan pileg beliau terpilih menjadi Ketua KPPS dan selama kegiatan tersebut, menurut keluarga tidak ada keluhannya serta tugasnya berlangsung dengan baik atau tanpa beban.

Tapi menurut sang isteri, yang pada saat ini sedang mengandung anak yang kedua, bahwa suaminya adalah seorang yang tidak banyak bicara.

“Pada hari Minggu Bapak sering duduk termenung seolah pikiran kosong, dan bila keluarga bertanya padanya tentang apa yang difikirkan, jawaban darinya selalu mengatakan tidak ada apa-apa. Jadi keluarga tidak ada kecurigaan apapun terhadapnya,” tutur isteri Luhut.

Soal kemungkinan ada yang dicurigai sebagai musuh almarhum, isterinya mengatakan bahwa sepanjang pengetahuan ibu ini, suaminya adalah seorang yang banyak bergaul. Suaminya adalah tukang bangunan, dan menurutnya suaminya tidak ada musuhnya atau lawannya.

“Pada hari Senin, (5/05), Bapak  keluar dari rumah dengan tidak membawa apa-apa. Dompet serta motornya semua tinggal di rumah, dan tidak memberitahukan kepada siapapun kemana ia pergi. Setelah berselang sang istri mulai bertanya kepada tetangga dan keluarga tapi tak ada yang bisa beri jawaban yang pas,” ungkapnya.

Namun ternyata beberapa hari sejak kepergiannya, Luhut tak kunjung datang atau pulang, sehingga dilakukan pencarian.

Walaupun sudah banyak yang terlibat dalam pencarian, namun hasilnya nihil. Hal ini membuat si istri bertanya kepada paranormal yang disarankan keluarga. Banyak sudah orang pintar ditanyakan oleh si istri, namun jawaban tunggu saja dia akan pulang.

Luhut pun tak kunjung datang, sehingga keluarga yang berdomisili jauh turut membantu dan membawa paranormal ke Desa Parbubu l tersebut. Pendarian dilakukan menuju ke tempat yang terdeteksi oleh sang paranormal tersebut di pedalaman hutan Tombak Sirambe yang jarang sekali dilalui orang.

“Masyarakat membantu mencari, hingga suatu saat saya mencium bau busuk, say pun teriak ‘bau’!" kata sang isteri.

Masyarakat semakin yakin bahwa bau itu adalah petunjuk, merekapun menyebar mencari dan akhirnya ketemu tergantung di pohon tapi sudah membusuk dengan lidah terjulur badan agak menghitam.

Warga tidak dilarang menyentuh mayat Luhut sampai datang pihak yang berwajib. Sang istri mengetahui bahwa mayat tersebut adalah suaminya dengan melihat pakaiannya. Ia pun tak sanggup melihat dan menghadapi situasi suaminya ternyata bunuh diri. Ia pun pulang ke rumah dan meratap sejadi jadinya.

Polisi pun datang, meneliti dan menyimpulkan bahwa Luhut Aritonang meninggal akibat bunuh diri, karena tidak ada ciri bekas dianiaya. Terlebih hutan Tombak Sirambe tersebut jarang dikunjungi orang.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama