Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi: NKRI Bersyariah? No Way-lah, Karena Hanya Akan Meretakkan Kebhinekaan

Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi, mantan Aster Kasad
BREBES (wartamerdeka.info) - Di sela-sela kesibukannya dalam rangka HAUL ibundanya yang telah wafat pada 2014, Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi mantan Aster Kasad di kediamannya di Brebes Jawa Tengah kota kelahirannya, sempat menanggapi pertanyaan sejumlah wartawan tentang NKRI Bersyariah.

Mengawali penjelasannya, Saurip Kadi kembali mengingatkan pernyataan Presiden Joko Widodo di Wolrd Summit di Bali tahun lalu, bahwa THE WINTER IS COMING. Warning Kepala Negara tersebut, sangatlah mendasar karena sebentar lagi bakal terjadi banyak perubahan besar di dunia dan otomatis juga di Indonesia. Untuk itu kita jangan kagetan kalau mendengar ada gagasan baru seperti NKRI Bersyariah.

Bicara SYARIAH, Saurip Kadi mengingatkan,  mau bicara JUDUL apa ISI. Kalau bicara judul, karena rakyat kita 95% lebih Muslim, maka dengan menyebut RAKYAT saja, artinya mengkait kepentingan 95% Muslim. Dan kita harus tahu, bahwa bicara soal syariah dalam bernegara, para pendiri bangsa dulu sudah final untuk menghapus  istilah tersebut, demi lahirnya NKRI tanpa diskriminasi terhadap pengikut agama lainnya.

"Lagi pula seyogyanya yang sudah final, jangan diungkit-ungkit lagi. Ini kan "akad nikah" kita ber NKRI. Waktu tenaga dan juga biaya jangan  dikeluarkan untuk hal-hal yang bakal melahirkan perselisihan," ujarnya, hari ini.

Syariah Dalam Arti ISI

Bicara ayat Al Qur'an termasuk tentang syariah adalah kewajiban semua umat Islam untuk menjalankannya. Persoalan yang kita hadapi adalah syariah yang mana yang harus kita pedomani. Karena Allah SWT sendiri tidak mengatur tata nilai yang setiap saat bisa berubah sesuai perkembangan jaman.

"Untuk nilai-nilai keillahian semua juga tahu itu akan kekal. Begitu juga nilai-nilai instrinsik yang diajarkan oleh Kanjeng Rosul, juga akan langgeng. Tapi begitu mengkait nilai operasional dan apalagi nilai terapan lainnya, tak terkecuali tata cara ritual kan adanya di FIQIH. Jangankan tentang bernegara, lah syariat sholat dalam arti tata cara ritual sembahyang yang meliputi gerakan, bacaan, jumlah rakaat dan juga waktu saja adanya kan di FIQIH,"  ujar Syaurip Kadi.

Menurut Saurip Kadi, mustahil kalau Allah SWT dan juga Kanjeng Rosul mematok aturan kehidupan manusia  dalam bernegara. Mosok Tuhan melalui Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW membakukan isi UUD dan perundang-undangan dalam  bernegara. "Kalau semua semua diposisikan sebagai Sunnah Rosul,  yaa sudah kalau kita pergi kemanapun baiknya naik UNTA saja," ujarnya sambil tersenyum.

Dan ketika kita bicara FIQIH, tambahnya, maka akan timbul perdebatan panjang, jangankan antar ummat beragama, sesama muslim saja dijamin akan ribut. Karena, mustahil kita bisa menyatukan FIQIH untuk semua madzab yang ada. Dan kalau itu diterus-teruskan akhirnya agama akan berubah menjadi sumber mala petaka kemanusiaan.

"Lagi pula berkat kemajuan IT, soal pengaturan negara dengan nilai-nilai Islam disadari atau tidak, realitanya
sudah tergelar kok. Lihat itu GOJEK dan UBER ini kan nilai-nilai ekonomi Syariah (Islam). Sebentar lagi juga ada Mata Uang Crypto yang tidak lagi menginduk pada salah satu mata uang, dengan demikian untuk transparansi dan keadilan lintas bangsa secara otomatis juga akan terwujud. Daripada meributkan istilah, maka kita beri judul saja dengan istilah ekonomi kerakyatan atau gotong royong atau koperasi, kan maknanya sama saja," tambah Saurip Kadi.

Intinya, tandas Saurip Kadi, untuk nilai-nilai yang akan berubah sesuai  kemajuan peradaban,  termasuk yang dulu tergelar  saat Kanjeng Rosul masih sugeng, jangan diposisikan sebagai konsep baku dari Tuhan. Sudah pasti, kalau kaitannya nilai luhur atau nilai instrinsik dan apalagi nilai keillahian, yaa wajib hukumnya untuk kita junjung tinggi.

"Tegasnya, kalau pakai embel-embel NKRI BERSYARIAH segala, NO WAY lah. Karena itu hanya akan meretakkan kebhinekaan kita. Dan jangan gunakan alasan karena mayoritas muslim segala lah. NKRI kan tidak mengenal mayoritas – minoritas. Kita gak usah mengembangkan alasan karena Islam melindungi semua agama segala. Sesama Muslim, faktanya banyak kok yang saling menindas, bahkan sampai peradabannya kini hancur lebur. Negara-lah yang wajib melindungi semua agama, suku dan kebhinekaan lainnya," pungkasnya. (A)

7 Komentar

  1. Setuju👍,Mayjen ini,jasmaninya maju pesat,sayangnya,rohaninya juga mengikuti ikutan

    Maklumlah ,jika akal dipakai akal akalan,dia lupa QS 96,QS 14:2,Apalagi jika dikaikan QS 1,QS 2:1 & 7

    Mayjen itu merasa paling okelah,dia tidak tahu siapa siapa yg diproses secara kuahp kaitan kuhp

    Harusnya alumni Tidar,bahas bahaya idea komunis di Indonesia(minoritas) merasa sekarang paling berjasa di lingkungan MAYOTIRAS MUSLIM
    ....agar pahami PIAGAM MADINAH

    BalasHapus
  2. Kalau kita mau ambil contoh/bukti bahwa hukumm islam pernah berhasil diterapkan dapat melindungi semua pemeluk agama kala itu selama lebih dari ratusan tahun untuk berbagai suku bangsa, bahkan sejarah paling fenomenal sebuah negara yang dipimpin Umar bin Abdul Aziz hanya sekitar 2 tahun menerapkan hukum islam berhasil mehapus praktek korup, nepotisme, kecurangan dan sikap culas lainnya yang dilakukan oleh pejabat negara, hilangnya orang orang yang berhak menerima zakat karena semua penduduk negerinya sudah sejahtera, otomatis kriminal menurun, apakah itu bulan bisa dijadikan bukti?

    BalasHapus
  3. Islam di bumi indonesia ini mayoritas tapi yang menolah syari'ah justru yang mayoritas, aneh kan? Walaupun atau bahkan pemeluk agama lain tidak berani terang terangan menolak krn memang jumlahnya minoritas

    BalasHapus
  4. Bisa jadi yang menolak syahadatnya perlu dipertanyakan, atau penyakit WAHN (teramat sangat cinta dunia dan lalai akan kematian/takut mati)sudah merontokkan imannya

    BalasHapus
  5. Barang kali apa yang saya sampaikan di atas dapat dikatakan dasar2 faham islam radikal, sebenarnya sejak awal dulu hingga detik ini islam tidak ada yang radikal tapi yang ada manusia yg berbuat radikal (manusianya), karenanya siapa pun anda maka bijaklah berfikir apalagi anda seorang yang telah besyahadat

    BalasHapus
  6. 'Ilmu islam itu harus dipelajari dan difahami secara kaffah agar dapat diterapkan secara kaffah pula, karena jika ia hanya dipelajari saja secara kaffah dan tidak sampai pada pemahaman maka pemeluknya hanya sebagai penyampai 'ilmu yang ulung saja dan 'ilmunya tidah sejalan dengan tujuan makna iman

    BalasHapus
  7. Sebagaimana sabda Rosulullah saw makna iman dalam islam adalah sesuatu kebenaran dalam hati yang datangnya dari Allah dan diucapkan dengan lidah dan dibuktikan dengan perbuatan/'amal atau dengan bahasa yang lebih mudah satunya hati, kata dan perbuatan sehingga tujuannya sampai pada derajat tertinggi, seperti para nabi dan rasul serta orang2 yang mengikuti jejak risalahnya, begitu apa yang diterangkan dalam al qur'an, maka kalau manusia di bumi ini ingin mulia derajatnya maka berpegangtuguhlah dengan aturanNya

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama